Tua Muda Bisa Kena, Kenali Apa Itu Gangguan Aritmia Jantung, Gejala dan Pencegahannya
Ilustrasi: Gangguan aritmia jantung, tua muda bisa kena disebabkan oleh gaya hidup nggak sehat. (CVRTI - The University of Utah)
16:39
12 September 2024

Tua Muda Bisa Kena, Kenali Apa Itu Gangguan Aritmia Jantung, Gejala dan Pencegahannya

  Selain kanker, penyakit jantung menjadi salah satu penyakit yang paling mematikan di seluruh dunia. Salah satu jenis penyakit jantung yang disebabkan oleh faktor gaya hidup adalah gangguan aritmia jantung.    Menjelaskan mengenai gangguan aritmia jantung, Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, Sp.JP(K) Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah RS Siloam TB Simatupang menerangkan, aritmia jantung, atau gangguan ritme jantung, adalah kondisi medis yang signifikan dengan potensi dampak serius terhadap kesehatan dan kualitas hidup seseorang.    Gangguan ini mencakup berbagai ketidaknormalan dalam ritme detak jantung, dari detak yang terlalu cepat (takikardia) hingga terlalu lambat (bradikardia), dan dapat mengganggu fungsi jantung dalam memompa darah secara efisien.   

  Gampangnya, aritmia jantung adalah kondisi saat detak jantung tidak mengikuti ritme normalnya. Pada takikardia, detak jantung melebihi 100 detak per menit dan dapat menyebabkan gejala seperti palpitasi, sesak napas, dan nyeri dada.   Takikardia dapat dibagi lebih lanjut menjadi berbagai jenis, seperti takikardia supraventrikular yang melibatkan gangguan di atas ventrikel (bilik jantung merupakan dua ruang yang lebih besar yang terletak di bagian bawah jantung) dan takikardia ventrikular yang berasal dari ventrikel.    Sebaliknya, bradikardia adalah kondisi saat detak jantung lebih rendah dari 60 detak per menit dan dapat menyebabkan gejala seperti pusing, kelelahan, dan bahkan pingsan.   

  "Aritmia ini dapat mengganggu aliran darah ke organ vital dan meningkatkan risiko komplikasi serius seperti stroke, gagal jantung, dan kematian mendadak akibat jantung," kata dr. Yoga di Jakarta, Kamis (12/9).   Dirinya melanjutkan, berbagai faktor dapat memicu aritmia jantung. Penyakit jantung koroner adalah salah satu penyebab utamanya, yang terjadi ketika penyempitan atau kerusakan pada pembuluh darah jantung mengganggu aliran darah dan aktivitas listrik jantung.    "Kelainan struktural jantung seperti penyakit katup atau kardiomiopati juga dapat memicu aritmia dengan mengubah bentuk atau fungsi jantung. Selain itu, gangguan elektrolit, seperti ketidakseimbangan kalium, natrium, atau kalsium, memainkan peran penting dalam mempengaruhi aktivitas listrik jantung," terang dr. Yoga.  

  Kondisi medis lain, termasuk hipertensi dan diabetes, dapat memperburuk risiko aritmia. Penggunaan obat-obatan tertentu dan konsumsi alkohol atau kafein yang berlebihan juga dapat memicu gangguan ritme jantung.    Selain faktor lingkungan, genetika juga memiliki peran, individu dengan riwayat keluarga yang mengalami aritmia atau kelainan jantung tertentu berpotensi terkena aritmia lebih tinggi.   Meskipun tidak semua kasus aritmia dapat dicegah, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko. Mengadopsi gaya hidup sehat adalah langkah utama, antara lain dengan menjalani diet yang seimbang seperti banyak mengonsumsi buah-buahan, sayur-sayuran yang kaya serat makanan atau minuman rendah lemak, dan melakukan olahraga secara teratur.   

  Menghindari alkohol dan kafein juga merupakan salah cara untuk  mengurangi risiko pemicu aritmia. Selain itu, untuk mengelola faktor risiko kardiovaskular seperti hipertensi, diabetes, dan kadar kolesterol tinggi, pengobatan yang tepat dan pemeriksaan kesehatan secara rutin juga sangat penting untuk dilakukan.   Kemudian, mengelola stres dan menjaga berat badan ideal juga berperan penting pada faktor kesehatan jantung. Pemeriksaan kesehatan jantung secara berkala, seperti elektrokardiogram (EKG) dan tes pemantauan ritme, dapat membantu mendeteksi potensi masalah sejak dini dan memungkinkan intervensi lebih awal.   Sebagai pencegahan, deteksi aritmia sering kali memerlukan pemantauan yang cermat. Elektrokardiogram (EKG) adalah alat utama untuk mendiagnosis aritmia dengan merekam aktivitas listrik jantung dan mendeteksi ketidaknormalan ritme.    Untuk pemantauan jangka panjang, Holter Monitor dapat digunakan untuk merekam aktivitas jantung selama 24 hingga 48 jam dan memberikan informasi lebih detail tentang ritme jantung di berbagai waktu.  

  Event monitor yang dipakai untuk periode lebih lama atau dalam beberapa minggu, memungkinkan pasien untuk merekam gejala jantung saat beraktivitas, membantu dokter mengidentifikasi pola yang mungkin tidak terlihat dalam pemantauan singkat.    Selain alat-alat ini, peta risiko yang mempertimbangkan faktor-faktor seperti riwayat keluarga dan kondisi medis juga dapat membantu dalam menilai kemungkinan gangguan ritme.   "Perawatan untuk aritmia jantung dapat melibatkan berbagai pendekatan tergantung pada jenis dan keparahan aritmia. Obat-obatan antiaritmia seperti Amiodarone dapat digunakan untuk mengontrol atau mengembalikan ritme jantung kembali normal. Antikoagulan mungkin diperlukan untuk pasien dengan fibrilasi atrium guna mencegah pembentukan gumpalan darah yang dapat menyebabkan stroke," dr. Yoga menambahkan.   Obat-obatan seperti Beta-Blocker dan Calcium Channel Blockers juga sering digunakan untuk mengatur detak jantung dan mengurangi gejala. Terapi elektrofisik seperti kardioversi menggunakan kejutan listrik untuk mengembalikan ritme jantung yang normal, sedangkan ablasi kateter, yang melibatkan penggunaan energi radiofrekuensi atau cryoablation, dapat menghilangkan area jaringan jantung yang menyebabkan aritmia.    Dalam kasus yang lebih kompleks, pemasangan pacemaker atau Implantable Cardioverter Defibrillator (ICD) mungkin diperlukan untuk mengatur detak jantung dan mencegah aritmia berbahaya. Prosedur bedah seperti maze procedure mungkin diperlukan untuk mengatasi fibrilasi atrium dengan membuat jalur listrik yang terkoordinasi di jantung.  

  Dengan perawatan aritmia jantung telah mengalami kemajuan pesat berkat berbagai metode inovatif yang tersedia saat ini. Pilihannya adalah antara ablasi konvensional dan cryoablation.   Cryoablation adalah teknik perawatan terbaru yang menggunakan suhu sangat rendah untuk membekukan jaringan jantung yang menyebabkan gangguan ritme. Prosedur ini dimulai dengan pemberian anestesi lokal dan sedasi ringan untuk memastikan kenyamanan pasien.    Kateter dimasukkan melalui pembuluh darah dan dipandu ke jantung menggunakan teknologi pencitraan canggih. Energi dingin diterapkan melalui kateter untuk membekukan area target, sehingga menghentikan sinyal abnormal yang menyebabkan aritmia.    Cryoablation memiliki keunggulan signifikan sebagai teknik minimal invasif dibandingkan dengan ablasi konvensional, karena mengurangi risiko kerusakan pada jaringan sehat dan memiliki profil risiko komplikasi yang lebih rendah.   

  Prosedur ini umumnya efektif dan memiliki waktu pemulihan yang lebih singkat, tetapi tidak semua pasien cocok untuk cryoablation. Metode ini sering digunakan untuk fibrilasi atrium dan takikardia supraventrikular dan pemilihan prosedur harus didasarkan pada penilaian medis yang cermat.    Kendala utama dari cryoablation termasuk risiko komplikasi seperti pendarahan dan kerusakan jaringan serta efektivitas yang mungkin bervariasi danmemerlukan terapi tambahan.

Editor: Banu Adikara

Tag:  #muda #bisa #kena #kenali #gangguan #aritmia #jantung #gejala #pencegahannya

KOMENTAR