Dirut BRI: Holding Ultra Mikro Dorong Pertumbuhan Ekonomi Inklusif
Direktur Utama BRI Sunarso ketika menghadiri gelaran World Exonomic Forum (WEF) 2024 di Davos, Swiss(Dok. BRI )
22:08
17 Januari 2024

Dirut BRI: Holding Ultra Mikro Dorong Pertumbuhan Ekonomi Inklusif

- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mengungkapkan, adanya Holding Ultra Mikro mampu mendorong perolehan nilai ekonomi sekaligus nilai sosial.

Holding Ultra Mikro beranggotakan BRI, Pegadaian, dan Permodalan Nasional Madani (PNM). Holding BUMN ini bertujuan mempermudah akses pembiayaan kepada para pelaku usaha ultramikro.

Direktur Utama BRI Sunarso menyebut, BRI sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki peran sebagai agen pembentuk nilai dan agen pengembangan.

Untuk dapat menjalankan dua peran tersebut, penting bagi BRI untuk mencetak keuntungan.

"Dengan memperoleh keuntungan atau economic value, maka perusahaan BUMN bisa memiliki modal untuk menciptakan social value sehingga ekonomi akan berputar. BRI sudah membuktikan selama ini bisa menjalankan peran economic value dan social value secara simultan, salah satunya melalui keberadaan Holding Ultra Mikro," kata dia, Rabu (17/1/2024).

Ia menambahkan, sepanjang 2023 sudah terdapat 37 juta nasabah peminjam yang terintegrasi dalam Holding Ultra Mikro.

Jumlah tersebut sekaligus mengurangi jumlah nasabah yang belum mendapatkan akses keuangan formal.

BRI Research Institute mengestimasikan bisnis UMi (ultra mikro) yang belum mendapatkan pembiayaan formal telah menurun dari 30 juta pada tahun 2018 menjadi sekitar 14 juta pada 2023.

Ketika dirinci dari jumlah tersebut, sebanyak 3-6 juta di antaranya tidak terlayani perbankan.

Sedangkan sebanyak 4-5 juta lainnya mendapatkan pembiayaan dari teman atau keluarga. Adapun, sebanyak 3-5 juta bisnis ultramikro masih mengakses pinjaman dari rentenir.

Lebih lanjut Sunarso mengungkapkan, dalam Holding Ultra Mikro ini PNM telah menyalurkan Rp 41,57 triliun pada 15 juta pelaku usaha wanita lewat PNM Mekaar.

Sebagai pembanding, Gramen Bank di Bangladesh telah menyalurkan pembiayaan kepada 10,45 juta orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 97 persen merupakan perempuan.

Sedikit catatan, Grameen Bank merupakan lembaga pembiayaan yang menerima hadiah Nobel Perdamaian pada 2006.

"PNM yang tergabung dalam Holding Ultra Mikro, kini pantas mengklaim dirinya sebagai group lending terbesar di dunia. Hal ini merupakan wujud BRI Group dalam melakukan pemberdayaan kepada wanita prasejahtera (underprivileged women) dan mendukung pencapaian SDGs khususnya yang terkait dengan kesetaraan gender," tandas Sunarso.

Hadiri WEF

Sunarso sendiri sedang menghadiri gelaran World Economic Forum (WEF) 2024 yang diadakan di Davos, Swiss pada tanggal 15-19 Januari 2024.

WEF tahun ini mengusung tema “Rebuilding Trust” dengan empat agenda prioritas yakni terkait keamanan dunia (Achieving Cooperation and Security in a Fractured World), penciptaan pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja (Creating Growth and Jobs for New Era), penggunaan Artificial Intelligence (AI) untuk mendorong ekonomi Masyarakat, serta tema keberlanjutan terkait perubahan iklim, alam dan energi (A Long Term Strategy for Climate, Nature and Energy).

"Dari empat agenda tersebut, tiga topik di antaranya sejalan dengan apa yang selama ini BRI lakukan, tiga topik tersebut di antaranya creating growth & jobs, penggunaan AI, dan strategy for climate, nature and energ,"kata Sunarso

Sunarso fokus membahas satu tema yang sangat relate dan relevan dengan BRI dalam kaitannya pemberdayaan UMKM yakni tema creating growth and jobs for new era.

Sesuai kajian Bappenas (2023) sebut dia, dalam dua dekade ke depan, yakni pada 2045, Indonesia akan mencapai usia emas 100 tahun. Dan pada 2041, Indonesia diperkirakan dapat menjadi negara berpendapatan tinggi (high income), dengan syarat rata-rata pertumbuhan ekonomi sebesar 6 persen.

Namun demikian lanjut dia, sesuai dengan yang diungkapkan LPEM FEB UI karena kondisi perekonomian global yang kurang mendukung, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan di kisaran 5 persen per tahun, pertumbuhan kredit nasional pun tidak lebih dari 15 persen, dan tingkat kemiskinan ekstrem persisten di angka 1,7 persen.

"Untuk menghadapi tantangan tersebut, diperlukan mesin pertumbuhan ekonomi baru agar Indonesia dapat tumbuh lebih cepat yang bersifat inklusif," ujar dia.

Editor: Agustinus Rangga Respati

Tag:  #dirut #holding #ultra #mikro #dorong #pertumbuhan #ekonomi #inklusif

KOMENTAR