Perspektif Hera F Haryn, VP BCA: Jadi Ibu Bentuk Cara Memimpin Saya
Hera F. Haryn, Executive Vice President (EVP) Corporate Communication & Social Responsibility BCA.(DOK. PT BANK CENTRAL ASIA TBK)
18:36
22 Desember 2025

Perspektif Hera F Haryn, VP BCA: Jadi Ibu Bentuk Cara Memimpin Saya

- Menjadi seorang ibu yang bekerja tak pernah menawarkan jalan yang mudah.

Sebagai seorang yang perempuan, peran vital seorang ibu sangat dibutuhkan dalam masa tumbuh kembang anak.

Seiring dengan itu, kehidupan kiwari juga membuka kesempatan bagi seorang ibu untuk memiliki karier yang cemerlang dalam dunia profesional, tak terkecuali industri finansial.

 Hera F. Haryn, Executive Vice President (EVP) Corporate Communication & Social Responsibility BCA.DOK. PT BANK CENTRAL ASIA TBK Hera F. Haryn, Executive Vice President (EVP) Corporate Communication & Social Responsibility BCA.

Peran di BCA

Hera F Haryn adalah salah satu contoh sukses gambaran seorang ibu yang juga sukses meniti karier profesional di industri perbankan.

Saat ini, Hera mengepalai divisi Corporate Communication and Social Responsibility di bank swasta terbesar di Indonesia yaitu PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

Sehari-hari, Hera bertugas mengelola komunikasi perusahaan,
relasi dengan media, serta program-program corporate share value di bawah payung Bakti
BCA.

Dengan segudang tanggung jawab yang diemban, Hera justru mengakui perannya sebagai ibu justru menginspirasi caranya bersikap sebagai pemimpin.

Sebagai seorang ibu, ia bisa lebih empatik dalam mendengar, lebih sabar dalam menghadapi tantangan, tetapi tetap tegas dalam menjaga nilai.

Menjadi seorang ibu bagi Hera ternyata tak hanya berkaitan dengan peran merawat keluarga. Lebih daripada itu, seorang ibu perlu memiliki ketangguhan, berkorban, dan berani mengambil pilihan-pilihan sunyi yang sering tidak terlihat oleh publik.

Tekuni karier jurnalistik selama 15 tahun

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn.KOMPAS.com/AGUSTINUS RANGGA RESPATI EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn.

Pada mulanya, Hera memulai perjalanan kariernya dari dunia jurnalistik. Ia bahkan, telah menekuni profesi tersebut selama hampir 15 tahun.

Sebelum masih ke dunia profesional, ia telah memulai siaran sejak masih di kampus. Adapun, sejak awal 2008 Hera memutuskan untuk bergabung dengan Metro TV.

Sepanjang karier jurnalistiknya, ia juga sempat bergabung dengan beberapa media penyiaran lain seperti Bloomberg TV Indonesia, CNN Indonesia TV, dan terakhir di CNBC Indonesia TV sebelum memutuskan mencoba tantangan baru di industri yang berbeda.

"Bagi saya, setiap individu punya jalannya masing-masing dalam meniti karier. Perjalanan ini
pun saya maknai sebagai proses belajar yang tiada henti," ucap Hera.

Bagi Hera, bergabung dengan BCA dan mulai menekuni komunikasi korporat pada 2019 menjadi titik transisi penting bagi perjalanan kariernya.

Tantangan terbesar dalam perjalanan karier

Di sepanjang perjalanan profesional, Hera dihadapkan dengan beragam tantangan. Setiap tantangan yang dihadapi Hera diakuinya memberi pelajaran berharga yang membuat kian berdaya.

Salah satu tantangan terbesar dalam perjalanan profesional Hera adalah memimpin tim
dengan latar belakang yang sangat beragam, baik dari sisi generasi, pengalaman, maupun cara pandang.

"Dari situ saya belajar bahwa kepemimpinan tidak hanya soal pencapaian hasil, tetapi juga
tentang bagaimana kita memperlakukan orang lain di dalam prosesnya," ujar dia.

Ia menambahkan, rasa hormat yang setara (equal respect) sangatlah penting. Menghargai setiap individu secara setara, tanpa memandang usia atau senioritas, menjadi fondasi penting dalam cara berinteraksi dan berkomunikasi.

(Kiri ke kanan) EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn dan Co-Founder and Creative Conceptor TULOLA Happy Salma dalam Press Conference TULOLA: Reflection of Lights di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (28/11/2025).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA (Kiri ke kanan) EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn dan Co-Founder and Creative Conceptor TULOLA Happy Salma dalam Press Conference TULOLA: Reflection of Lights di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (28/11/2025).

"Apapun tantangannya, fokus berorientasi pada hasil demi kepentingan dan kemajuan perusahaan harus menjadi prioritas kita," imbuh dia,

Dengan pengalaman karier di bidang yang berbeda, leluar dari zona nyaman, seperti transisi karier ternyata juga merupakan tantangan tersendiri bagi Hera.

Tak bisa menolak, transisi karier memaksa kita untuk belajar menaklukan banyak tantangan baru demi pencapaian yang lebih tinggi dan berdampak bagi lebih banyak orang.

Bias gender dalam dunia kerja

Dalam perjalanan profesionalnya, Hera mengakui tantangan dan dinamika selalu ada. Hal ini tak terkecuali situasi bias gender yang seringkali tidak bisa dihindarkan.

"Namun, saya melihat bahwa kunci untuk menyikapinya bukan semata pada isu gender,
melainkan pada kejelasan nilai dan prinsip yang kita pegang," ujar dia.

Dalam konteks BCA, Hera menyebut, antara nilai bisnis dan dampak sosial, misalnya, tidak perlu dipandang bertentangan, melainkan berjalan beriringan.

Nilai-nilai yang diusung BCA sejalan dengan semangat yang dijalankan melalui Bakti BCA. Keduanya ibarat berada di satu panggung yang sama, saling melengkapi dan menguatkan.

Sebagai institusi keuangan, tentu BCA punya tanggung jawab profesional yang besar. Pada
aat yang sama, Hera juga membangun Bakti BCA sebagai bagian dari upaya menciptakan
nilai bersama bagi masyarakat.

Dengan pijakan nilai yang jelas tersebut, setiap keputusan, termasuk yang menyangkut
reputasi perusahaan dan dampak sosial, dapat diambil secara seimbang dan obyektif, tanpa
perlu terjebak pada bias atau persepsi personal.

Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn saat konferensi pers virtual, Kamis (26/1/2022).Tangkapan layar Zoom. Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn saat konferensi pers virtual, Kamis (26/1/2022).

Kunci perempuan raih posisi penting di dunia korporat

Hera sadar betul, kompetensi yang paling penting dimiliki perempuan dalam jabatan-jabatan penting di perusahaan adalah kesadaran dan pengembangan diri
yang kuat.

"Saya banyak terinspirasi dari kisah perempuan-perempuan luar biasa, baik di Indonesia
maupun di dunia, yang mampu memberi dampak besar dan tercatat dalam sejarah," kata Hera.

Ia memaknai perjalanan menuju posisi eksekutif sebagai proses yang panjang. Hera sendiri bilang tidak pernah menetapkan tujuan untuk menjadi role model, melainkan fokus memberikan versi terbaik dari dirinya.

Bagi dia, langkah awal yang penting adalah membangun hubungan yang sehat dengan diri
sendiri mulai dari mengenal, mengembangkan, dan berdamai dengan diri.

"Sehingga bisa merasa utuh dan berbahagia," timpal dia.

Dari situ, Hera berujar, tahap berikutnya adalah menjadi pribadi yang baik dan memberi manfaat bagi orang lain, apapun kontribusinya.

Adapun, sepanjang perjalanannya, ia merasa hambatan terbesar perempuan untuk mencapai posisi pimpinan di perusahaan adalah pola pikir (mindset), baik dari lingkungan maupun diri sendiri.

Banyak perempuan terpaksa dihadapkan pada dua pilihan, antara karier atau keluarga.

"Padahal, dengan dukungan yang tepat dari orang-orang sekitar, keduanya bisa berjalan
beriringan," tutur dia.

Peran BCA dukung lingkungan kerja inklusif bagi perempuan

Hera mengaku beruntung, BCA memiliki komitmen kuat terhadap keberagaman dan inklusi perempuan di tempat kerja.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn ketika ditemui di Menara BCA, Senin (15/7/2024).KOMPAS.com/ AGUSTINUS RANGGA RESPATI EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn ketika ditemui di Menara BCA, Senin (15/7/2024).

Salah satu upaya untuk mewujudkan kesetaraan gender di lingkungan kerja adalah dengan meningkatkan peran perempuan di level manajer senior dan direktur.

"Kami menyediakan program pengembangan kepemimpinan, mentoring, serta kebijakan kerja
yang mendukung keseimbangan hidup," ungkap dia.

Selain itu, melalui Bakti BCA perusahaan juga mendorong perempuan di masyarakat agar bisa berdaya. Dengan kata lain, inklusivitas bukan hanya coba diwujudkan dalam internal perusahaan, tetapi juga eksternal.

Sedikit catatan, komposisi pekerja perempuan di BCA yang telah mencapai 61,1 persen dari total tenaga kerja pada 2024.

Menariknya, sebanyak 61,4 persen insan BCA yang menduduki posisi di level manajer adalah
perempuan.

Data tersebut menginspirasi Hera dalam memimpin tim untuk senantiasa memegang teguh prinsip inklusivitas tersebut.

"Saya percaya bahwa setiap individu membawa perspektif yang unik, dan tugas pemimpin adalah menciptakan ruang aman untuk kolaborasi yang inklusif itu," tutur Hera.

Ia mengungkapkan, generasi muda terutama talenta perempuan yang kreatif dan kolaboratif perlu diberi ruang untuk bereksplorasi.

Seiring dengan itu, rekan–rekan senior di tempat kerja juga perlu selalu dirangkul dan dihargai atas pengalaman mereka.

"Kunci dari kolaborasi di dalam tim yang saya ciptakan adalah dengan saling percaya dan fokus pada tujuan bersama," ucap dia.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn usai Kick Off Revitalisasi Kebun Kopi Cikoneng di Bogor, Jawa Barat, Senin (10/6/2024).KOMPAS.com/Haryanti Puspa Sari EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn usai Kick Off Revitalisasi Kebun Kopi Cikoneng di Bogor, Jawa Barat, Senin (10/6/2024).

Keseimbangan karier dan keluarga

Sebagai seorang ibu, Hera tentu berulang kali dihadapkan pada keseimbangan antara tanggung jawab profesional dan kehadirannya untuk keluarga.

Namun demikian, ia meyakini keseimbangan bukan sekadar membagi waktu secara matematis, melainkan bagaimana bisa benar-benar hadir di setiap momen penting keluarga kita.

"Saat bersama keluarga, saya berusaha untuk tidak terdistraksi, meletakkan ponsel, dan fokus pada percakapan maupun kebersamaan saya bersama keluarga," cerita Hera.

Sedangkan di dunia kerja, saya terbiasa mengelola prioritas dengan disiplin, sehingga ketika pulang ke rumah saya bisa memberikan waktu berkualitas untuk keluarga.

Hera memegang sebuah prinsip sederhana terkait hal ini. Ia yakin, kualitas kehadiran akan meninggalkan jejak yang lebih dalam daripada kuantitas waktu.

"Dengan cara itu, saya bisa tetap menjalankan tanggung jawab profesional tanpa kehilangan
kedekatan dengan keluarga," ungkap dia.

Prioritaskan waktu bersama anak

Dalam menjalani waktu bersama anak, Hera percaya bahwa rutinitas kecil bisa menjadi jangkar emosional bagi anak.

Di tengah jadwal yang padat, saya selalu menyisihkan waktu untuk percakapan sederhana setiap hari, seperti saat makan malam bersama atau pada akhir pekan.

"Momen singkat itu menjadi ruang aman bagi anak untuk bercerita, bertanya, atau sekadar merasa didengar," ungkap dia.

(Kiri ke kanan) EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn dan Co-Founder and Creative Conceptor TULOLA Happy Salma dalam Press Conference TULOLA: Reflection of Lights di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (28/11/2025).KOMPAS.com/DEVI PATTRICIA (Kiri ke kanan) EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn dan Co-Founder and Creative Conceptor TULOLA Happy Salma dalam Press Conference TULOLA: Reflection of Lights di The Dharmawangsa, Jakarta Selatan, Jumat (28/11/2025).

Selain itu, Hera juga berusaha menjaga konsistensi. Di tengah situasi di pekerjaan begitu dinamis, ia tetap berusaha berkomitmen untuk menghadirkan rutinitas berkualitas bersama anak.

Dalam menjaga hubungan emosional, Hera berpegang bahwa komunikasi terbuka adalah kunci utama.

Ia memberikan pemahaman kepada anak bahwa ibunya sedang bekerja. Hera pun berusaha
selalu menjelaskan ketika tidak bisa hadir untuknya karena sibuk, sehingga anak tidak
merasa diabaikan.

Transparansi ini penting agar anak belajar bahwa pekerjaan adalah bagian
dari tanggung jawab, bukan alasan untuk menjauh dari mereka.

Selain itu, ia juga menggunakan strategi micro-moments. Artinya meski fisik terbatas, ia
berusaha hadir lewat hal-hal kecil, seperti mengirim pesan singkat, menanyakan kabar, atau
memberikan afirmasi sederhana.

"Anak merasakan bahwa perhatian dan kasih sayang tetap penuh, meski saya sedang menghadapi tekanan pekerjaan atau sedang tidak hadir secara fisik di dekatnya," ungkap Hera.

Makna Hari Ibu: peran jadi orang tua bentuk cara memimpin

Hari Ibu bagi Hera adalah momen refleksi yang mendalam. Bukan hanya tentang peran
merawat, tetapi juga tentang ketangguhan, pengorbanan, dan pilihan-pilihan sunyi yang
sering tidak terlihat oleh publik.

"Menjadi seorang ibu mengajarkan saya untuk lebih jujur pada prioritas, lebih peka terhadap manusia, dan lebih bijak dalam memaknai sukses," ungkap Hera.

ilustrasi ucapan Hari Ibu 2025.Pexels.com ilustrasi ucapan Hari Ibu 2025.

Sementara itu, dalam perjalanan karier, peran sebagai orang tua justru membentuk cara saya memimpin. Hera bisa lebih empatik dalam mendengar, lebih sabar dalam menghadapi tantangan, tetapi tetap tegas dalam menjaga nilai.

Ia yakin, kepemimpinan lahir dari keseimbangan antara profesionalisme dan kemanusiaan, dan Hari Ibu adalah pengingat bahwa kekuatan seorang pemimpin seringkali berakar dari peran penuh kasih di lingkup keluarga.

Menghadapi rasa bersalah tak selalu mendampingi anak

Bagi seorang ibu yang bekerja, salah satu momen yang sulit untuk dihadapi adalah kehilangan waktu melihat masa tumbuh kembang anak. Hal ini tak jarang membuat ibu memiliki rasa bersalah.

Bagi Hera, rasa bersalah itu manusiawi dan hampir semua ibu pernah mengalaminya.

"Pesan saya, jangan biarkan rasa bersalah menghalangi potensi diri kita," ungkap dia.

Justru dengan bekerja, kata Hera, ia menunjukkan kepada anak bahwa ibu bisa menjadi sosok inspiratif yang berdaya, mandiri, dan tetap penuh kasih.

Faktor terpenting adalah memastikan bahwa saat bersama, ia benar-benar hadir, mendengar, memahami, dan terhubung secara emosional.

Hera sendiri memiliki tiga pegangan yang perlu dimiliki oleh semua ibu yang bekerja dan ingin tetap berkembang di dunia profesional tanpa meneinggalkan pertumbuhan anak.

Pertama-tama, seorang ibu perlu untuk mengenali dan terima batas diri. Dengan kata lain, tidak semua hal harus dikerjakan sendiri.

Selanjutnya, penting untuk komunikasikan kebutuhan dan aspirasi secara terbuka, baik di rumah maupun di tempat kerja. Ketiga, seorang ibu tetap perlu menginvestasikan waktu pada pengembangan diri.

"Karena ibu yang terus bertumbuh akan menjadi teladan yang kuat bagi anak-anaknya," ucap dia.

Adapun, hal yang tak kalah penting bagi Hera adalah kehadiran emisional bagi anak di tengah-tengah kesibukan pekerjaannya.

Kehadiran emosional ini bisa dimulai dari hal-hal sederhana seperti mendengarkan cerita mereka tanpa distraksi, menjaga rutinitas kecil yang konsisten, dan menunjukkan bahwa perasaan mereka itu penting.

Hera bilang, anak-anak sangat peka, mereka bisa merasakan ketulusan. Ia percaya kehadiran emosional bukan soal durasi, melainkan kualitas keterhubungan.

Bahkan dalam kesibukan, satu percakapan penuh perhatian bisa meninggalkan kesan yang
lebih dalam daripada berjam-jam kebersamaan tanpa fokus.

Dalam menjalani peran sebagai ibu yang memiliki karier dalam pekerjaan, kehadiran dukungan dari orang-orang tersayang merupakan fondasi yang krusial.

Ilustrasi Hari IbuUnsplash Ilustrasi Hari Ibu

Keberhasilan seorang ibu bekerja hampir tidak pernah berdiri sendiri. Dukungan pasangan, keluarga, maupun lingkungan kerja yang saling percaya dan menghargai peran satu sama lain memungkinkan seorang ibu untuk menjalani perannya dengan lebih seimbang dan berkelanjutan.

"Saya percaya keberhasilan perempuan di posisi strategis adalah hasil kolaborasi antara
individu yang berkomitmen, keluarga yang mendukung, dan perusahaan yang memberi
ruang," ujar dia.

Perempuan bisa pilih karier dan keluarga sekaligus

Hera berharap ke depan semakin banyak perempuan yang dibebaskan dari pilihan antara karier atau keluarga. Menurut dia, perempuan punya kapasitas besar untuk memimpin
sekaligus hadir secara penuh bagi keluarga.

"Dengan ekosistem yang tepat, kebijakan perusahaan yang mendukung, budaya kerja yang inklusif, serta dukungan keluarga, keduanya bisa berjalan berdampingan dan saling menguatkan," ujar dia.

Tak hanya itu, perempuan Indonesia diimbau untuk berani mengambil peran strategis, sambil tetap menjadikan keluarga sebagai sumber energi dan inspirasi.

Kesempatan itu tentu tak bisa datang dengan sendirinya. Perusahaan perlu memperkuat kebijakan yang berorientasi pada keberlanjutan Sumber Daya Manusia (SDM), seperti fleksibilitas kerja, sistem penilaian berbasis kinerja, serta budaya kerja yang inklusif dan suportif bagi semua karyawan, termasuk perempuan.

"Lebih dari itu, penting untuk membangun kepemimpinan yang memahami bahwa keberagaman pengalaman, termasuk pengalaman sebagai ibu, adalah aset strategis, bukan hambatan," tutup dia.

Tag:  #perspektif #hera #haryn #jadi #bentuk #cara #memimpin #saya

KOMENTAR