Tekanan Global Bayangi IHSG, Analis Waspadai Koreksi ke Area 8.400
– Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Jumat (19/12/2025) di level 8.609. Posisi ini melemah sekitar 0,10 persen dibandingkan penutupan pekan sebelumnya.
Pelemahan IHSG diikuti aksi jual bersih investor asing. Nilai outflow asing di pasar reguler tercatat mencapai Rp 365 miliar.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas, David Kurniawan, menjelaskan tekanan pada IHSG dipicu sentimen global. Salah satunya berasal dari data tingkat pengangguran Amerika Serikat.
Lapangan kerja AS memang bertambah pada November. Namun, tingkat pengangguran justru naik ke 4,6 persen. Kondisi ini memberi sinyal pasar tenaga kerja mulai melemah di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan.
Sentimen global lain datang dari Jepang. Bank of Japan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 0,75 persen. Level ini menjadi yang tertinggi sejak 1995.
Sementara itu, dari domestik, Bank Indonesia memutuskan menahan suku bunga acuan di level 4,75 persen. Kebijakan ini diarahkan untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
“Sentimen-sentimen tersebut membuat pergerakan IHSG sedikit lesu,” ujar David melalui keterangan pers, Senin (22/12/2025).
Analis teknikal MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menilai tekanan koreksi masih berpeluang berlanjut. Berdasarkan analisis gelombang, IHSG diperkirakan berada pada bagian gelombang [iv] dari wave 5 dalam skenario utama.
Dengan posisi tersebut, indeks dinilai rawan melanjutkan koreksi jangka pendek. Area yang berpotensi diuji berada di kisaran 8.464 hingga 8.560, sekaligus menutup celah tipis yang terbentuk sebelumnya.
“IHSG melanjutkan koreksinya sebesar 0,10 persen ke 8,609 dan masih didominasi oleh tekanan jual meskipun cenderung mengecil, dan sudah break MA20. Kami memperkirakan, saat ini IHSG sedang berada pada bagian dari wave [iv] dari wave 5 pada label hitam, sehingga selanjutnya IHSG rawan terkoreksi dahulu untuk menguji 8,464-8,560 sekaligus menutup area gap tipisnya,” ujar Herditya.
Skenario terburuk juga perlu diwaspadai. Dalam kondisi ini, IHSG diperkirakan telah menyelesaikan wave (1) dan berpotensi terkoreksi lebih dalam menuju area psikologis 8.000-an.
“Namun worst case (merah), IHSG sudah menyelesaikan wave (1) dan akan terkoreksi cukup dalam ke area 8,000-an,” paparnya.
Pekan ini, aktivitas perdagangan bursa berlangsung lebih singkat. Bursa hanya buka selama tiga hari, yakni 22–24 Desember 2025. Libur dan cuti bersama Natal jatuh pada 25–26 Desember 2025.
David meminta investor mencermati perkembangan Framework Agreement antara Amerika Serikat dan Indonesia. Sejumlah pejabat AS, seperti diberitakan Financial Times dan Reuters, menilai kesepakatan tersebut berisiko batal. Indonesia dinilai mundur dari komitmen yang disepakati pada Juli lalu.
Terkait proyeksi IHSG menembus level 9.000 hingga akhir 2025, David menilai peluang itu masih terbuka. Namun, realisasi target tersebut bergantung sejumlah faktor.
Faktor pendukung mencakup belanja pemerintah dan kebijakan fiskal agresif, pelonggaran moneter berkelanjutan, perbaikan kondisi global, stabilitas makro, re-rating valuasi, peningkatan kinerja korporasi, serta minat investor yang kembali menguat.
Rekomendasi Saham IPOT Pekan Ini
PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) direkomendasikan buy on pullback. Harga saat ini berada di Rp 1.585. Area beli berada di kisaran Rp 1.500–Rp 1.550. Target harga Rp 1.700 dengan potensi kenaikan 13,33 persen. Stop loss ditempatkan di Rp 1.440. Saham ini dinilai menarik seiring harga emas mencetak rekor baru dan pergerakan saham masih bertahan di MA5.
PT Adi Sarana Armada Tbk (ASSA) direkomendasikan buy di level Rp 1.180. Target harga berada di Rp 1.280 atau potensi naik 8,47 persen. Stop loss di Rp 1.130. Secara teknikal, ASSA masih berada dalam tren naik jangka pendek dan sempat mengalami penolakan di MA20.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) direkomendasikan buy on breakout. Level beli berada di Rp 2.800 dengan target Rp 3.000 atau potensi kenaikan 7,14 persen. Stop loss dipasang di Rp 2.700. Saham ini dinilai mampu bertahan di atas MA20 dan menunjukkan potensi breakout.
Selain saham, IPOT juga merekomendasikan reksa dana saham Premier ETF IDX High Dividend 20 (XIHD). Bank Indonesia berkomitmen mendorong pertumbuhan ekonomi melalui ekspansi likuiditas. Target pertumbuhan M0 adjusted dipatok dua digit mulai Desember 2025 hingga 2026.
Kebijakan ini didukung penurunan posisi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia serta pembelian Surat Berharga Negara di pasar sekunder. Kondisi ini dinilai mendukung penurunan suku bunga, percepatan kredit perbankan, serta penguatan pasar keuangan domestik.
Disclaimer: Artikel ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Seluruh rekomendasi berasal dari analis sekuritas. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab investor. Lakukan riset secara mandiri sebelum mengambil keputusan.
Tag: #tekanan #global #bayangi #ihsg #analis #waspadai #koreksi #area #8400