6 Tren Dunia Kerja 2026 Versi Glassdoor: PHK Belum Usai?
– Laporan Worklife Trends 2026 yang dirilis Glassdoor menunjukkan sejumlah perubahan signifikan dalam dinamika tempat kerja global.
Ini terutama terkait persepsi karyawan terhadap kepemimpinan dan stabilitas kerja.
Dikutip dari Forbes, Minggu (23/11/2025), dalam laporan tersebut, penyebutan “ketidakselarasan” dalam ulasan karyawan tentang kepemimpinan senior melonjak 149 persen dari 2024 hingga 2025.
Ilustrasi bekerja.
Istilah “kesenjangan” naik 24 persen, sementara “ketidakpercayaan” meningkat 26 persen.
Pada saat yang sama, porsi pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam skala kecil, yang melibatkan kurang dari 50 pekerja, membesar dari 38 persen pada 2015 menjadi 51 persen pada 2025.
Glassdoor mencatat tren ini sebagai indikasi perubahan besar dalam cara karyawan menilai kepemimpinan serta kepercayaan mereka terhadap organisasi di tengah lingkungan kerja yang terus bertransformasi.
Berikut enam tren utama dunia kerja yang disoroti Glassdoor dalam laporan tersebut.
1. Kesenjangan antara karyawan dan pimpinan makin lebar
Glassdoor menyebut penurunan signifikan dalam kepercayaan terhadap manajemen senior. Penyebutan “ketidakselarasan”, “kesenjangan”, dan “ketidakpercayaan” naik pesat dalam ulasan selama 2024-2025.
“Para pekerja merasakan gejolak emosi yang luar biasa selama enam tahun terakhir,” ujar Daniel Zhao, Kepala Ekonom Glassdoor.
“Di puncak pandemi, para pemimpin bersikap transparan dan rentan. Sekarang banyak yang kembali menggunakan gaya bicara korporat, dan para pekerja tidak lagi merasa bahwa para pemimpin mereka mendukung mereka,” katanya.
Banyak karyawan kini mengamati bagaimana perusahaan menangani PHK, mandat kembali ke kantor, dan adopsi AI, yang dinilai kerap mengorbankan kepercayaan dan moral.
Ilustrasi pemutusan hubungan kerja (PHK).
2. Pola “PHK selamanya” menjadi kondisi normal baru
Glassdoor menemukan bahwa PHK kecil yang dilakukan secara bergilir kini menjadi pola umum. Perusahaan cenderung melakukan pemangkasan berulang dalam jumlah kecil, bukan sekali dalam jumlah besar.
Penyebutan terkait PHK dan ketidakamanan kerja pada akhir 2025 tercatat lebih tinggi dibandingkan awal 2020.
Menurut laporan ini, meski pendekatan tersebut dipandang perusahaan sebagai cara “halus” mengelola penggajian, dampaknya terhadap budaya organisasi cukup besar.
Pola “PHK selamanya” dikaitkan dengan meningkatnya kelelahan, ketidakterikatan, dan ketidakpercayaan di lingkungan kerja menjelang 2026.
3. Kembali ke kantor berjalan lambat, peluang karier turun
Glassdoor menemukan bahwa pekerja jarak jauh dan hybrid mengalami penurunan signifikan dalam persepsi peluang karier.
Rata-rata peringkat peluang karier turun dari 4,1 pada 2020 menjadi 3,5 pada 2025. Sementara itu, mandat kembali bekerja di kantor tidak banyak mengubah porsi hari kerja yang dilakukan secara jarak jauh, tetapi kekhawatiran tentang visibilitas meningkat.
Temuan Glassdoor menunjukkan peringkat peluang karier mengalami penurunan paling tajam bagi karyawan yang menyebutkan kerja jarak jauh atau hybrid.
Adapun tingkat keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi alias work-life balance masih lebih tinggi, namun selisihnya makin mengecil dibandingkan pekerja kantor.
Tren tersebut menggambarkan dilema fleksibilitas versus visibilitas yang kemungkinan terus berlanjut pada 2026.
Ilustrasi AI. Gen Z Jadikan ChatGPT sebagai Teman Curhat, Benarkah AI Didesain untuk Menyenangkan Penggunanya?
4. Dampak AI masih terbatas, meski kekhawatiran tinggi
Kecemasan pekerja terhadap AI meningkat, tetapi gangguan nyata terhadap pekerjaan masih tergolong kecil. Kepuasan karyawan dalam pekerjaan yang sangat terpapar AI hanya sedikit menurun sejak 2022.
Beberapa profesi, seperti penerjemah dan insinyur perangkat lunak, mencatat penurunan lebih besar, namun jumlah pekerjanya relatif kecil dalam keseluruhan angkatan kerja.
Glassdoor menilai sebagian besar organisasi masih berada pada tahap eksperimen dalam mengadopsi AI. Transformasi diperkirakan berlangsung bertahap sepanjang 2026.
5. Pelamar kerja menjadi lebih hati-hati, tingkat penolakan tawaran kerja turun
Selektivitas pelamar kerja menurun di tengah pasar kerja yang lebih ketat. Glassdoor mencatat bahwa pada 2025, pelamar 12 persen lebih kecil kemungkinannya menolak tawaran kerja dibandingkan pada 2023.
Dengan tingkat perekrutan berada di posisi terendah dalam 10 tahun terakhir, semakin banyak pencari kerja menerima posisi yang sebelumnya mungkin akan mereka tolak.
Sekitar tiga dari empat tawaran kerja yang dilaporkan ke Glassdoor diterima, dan tingkat penolakan mencapai titik terendah sejak 2020.
Glassdoor menemukan bahwa kondisi ini turut memicu rasa stagnasi karena sebagian pekerja merasa terjebak dalam pekerjaan yang kurang sesuai.
6. Upah pekerja "entry-level" mulai pulih
Ilustrasi fresh graduate, cara sukses meskipun IPK kecil.
Satu area yang menunjukkan perkembangan positif adalah peningkatan upah untuk lulusan baru alias fresh graduate.
Setelah inflasi menekan daya beli pada 2020 sampai 2022, upah pekerja awal karier atau entrry-level diperkirakan melampaui level 2020 pada 2026.
Upah riil sempat turun 4,1 persen pada 2020-2022, namun pulih karena pertumbuhan upah 4,3 persen melampaui inflasi 3,0 persen selama tiga tahun terakhir.
Menavigasi tantangan dunia kerja 2026
Menurut Glassdoor, tren dunia kerja menuju 2026 ditandai dengan ketidakamanan kerja yang berkelanjutan serta pilihan sulit antara fleksibilitas dan kemajuan karier.
“Para pemimpin perlu memperhatikan kesenjangan yang semakin lebar antara mereka dan para pekerja,” kata Zhao.
“Kesenjangan tersebut berisiko memicu krisis disengagement yang semakin parah pada tahun 2026," jelas dia.
Di sisi lain, laporan ini mencatat adanya titik terang berupa pemulihan upah dan meningkatnya peluang di kota-kota kecil, sementara dampak AI terhadap pekerjaan untuk saat ini masih terbatas.
Tag: #tren #dunia #kerja #2026 #versi #glassdoor #belum #usai