Dorong Efisiensi Logistik Nasional, SPSL Genjot Integrasi Antarmoda
PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL), anak usaha PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, berupaya menurunkan biaya logistik nasional sekaligus meningkatkan daya saing pelabuhan Indonesia di kawasan.(DOKUMENTASI PELINDO SOLUSI LOGISTIK)
17:28
5 November 2025

Dorong Efisiensi Logistik Nasional, SPSL Genjot Integrasi Antarmoda

– PT Pelindo Solusi Logistik (SPSL), anak usaha PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo, menegaskan komitmennya sebagai penyedia solusi logistik terintegrasi untuk memperkuat efisiensi rantai pasok nasional.

Melalui strategi integrasi antarmoda, digitalisasi layanan, serta optimalisasi aset strategis, SPSL berupaya menurunkan biaya logistik nasional sekaligus meningkatkan daya saing pelabuhan Indonesia di kawasan.

Direktur Utama SPSL Joko Noerhudha mengatakan, langkah integrasi dilakukan melalui sinergi antar-entitas Pelindo Group, perluasan jaringan layanan, dan pengembangan kawasan hinterland.

“Kami memperkuat konektivitas darat, laut, dan udara agar rantai logistik nasional lebih efisien dan terukur,” ujarnya dalam keterangannya Rabu (5/11/2025).

Menurut Joko, efisiensi biaya logistik menjadi kunci peningkatan daya saing nasional, khususnya di tengah tekanan biaya distribusi dan kebutuhan percepatan arus barang antarpulau.

Hingga triwulan III-2025, SPSL mencatatkan kinerja positif. Volume lapangan logistik mencapai 1,09 juta boks atau 101,39 persen dari target tahunan, aktivitas freight forwarding tumbuh 116,46 persen, dan produksi ruang sewa tercatat 251.540 meter persegi (102,97 persen dari RKAP). Pengusahaan listrik meningkat menjadi 3,83 juta kWh atau 122,16 persen dari target.

Salah satu proyek prioritas SPSL dalam mendukung efisiensi logistik nasional adalah optimalisasi Jalan Tol Cibitung–Cilincing (JTCC) yang dikelola oleh cucu usaha PT CTP Tollways. Jalan tol ini menjadi koridor logistik utama yang menghubungkan kawasan industri Bekasi dan Karawang dengan Pelabuhan Tanjung Priok.

Direktur Utama CTP Yaya Ruhiya mengatakan, pihaknya memberikan diskon tarif hingga 50 persen bagi kendaraan golongan II hingga V untuk mendorong trafik kendaraan logistik.

“Kami juga membuka akses baru di Wanajaya untuk peningkatakn trafik,” ujarnya.

Hingga akhir triwulan III-2025, trafik kendaraan di JTCC tumbuh 9,7 persen menjadi 9,54 juta unit.

Konektivitas JTCC ke depan akan diperluas melalui proyek New Priok East Access (NPEA) yang digarap anak usaha SPSL, PT Akses Pelabuhan Indonesia (API). Direktur Utama API Juli Tarigan menjelaskan, proyek NPEA akan menjadi jalur logistik baru yang langsung menghubungkan JTCC dengan Pelabuhan Kalibaru.

“Akses ini akan mengurangi kemacetan di wilayah utara Jakarta sekaligus menjadi bagian dari pengembangan logistics hub di sepanjang koridor JTCC,” kata Juli.

Bangun Ekosistem Logistik Terpadu

Selain pengembangan infrastruktur, SPSL juga memperkuat layanan logistik end-to-end melalui anak usahanya PT Multi Terminal Indonesia (MTI). Layanan yang disiapkan meliputi freight forwarding, customs clearance, hingga project cargo handling.

Direktur Utama MTI Budi Azmi menyebut, pihaknya memperluas kemitraan global untuk rute ekspor-impor menuju Asia Timur, Timur Tengah, Eropa, dan Amerika Utara.

“Kami ingin memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global melalui layanan logistik yang efisien dan kompetitif,” ujarnya.

Melalui strategi integrasi ini, SPSL menargetkan terciptanya rantai pasok nasional yang lebih efisien, terukur, dan mampu mempercepat mobilitas barang dari kawasan industri ke pelabuhan utama.

“Kami percaya efisiensi logistik adalah fondasi daya saing nasional. Dengan integrasi antarmoda dan digitalisasi, SPSL siap menjadi tulang punggung logistik Indonesia,” pungkas Joko.

Tag:  #dorong #efisiensi #logistik #nasional #spsl #genjot #integrasi #antarmoda

KOMENTAR