Perbankan Syariah Harus Modern dan Kompetitif
Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo (dua dari kiri) dalam Joint High Level Seminar and Investor Forum BI. (BTN for Jawapos)
17:27
5 Oktober 2025

Perbankan Syariah Harus Modern dan Kompetitif




Pergeseran nasabah ke perbankan syariah menuntut layanan yang modern dan kompetitif. Perlu penguatan digital untuk mendorong penetrasi produk dan layanan keuangan syariah. Sehingga mampu menjawab kebutuhan perbankan masyarakat. 

Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Anggoro Eko Cahyo menyatakan, Indonesia saat ini bukan hanya negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Tapi juga menjadi kontributor terbesar kedua aset perbankan syariah di Asia Pasifik. Yakni sebesar 13 persen.

Hanya saja, selama lebih dari 10 tahun, penetrasi market share industri perbankan syariah Indonesia masih stagnan. Baru di bawah 5 persen. Sejak 2021, adanya bank syariah dengan aset yang besar mampu mendorong peningkatan penetrasi pasar keuangan syariah meningkat 7 sampai 8 persen.

Peningkatan ini didorong perubahan perilaku masyarakat yang semakin rasional. Riset internal BSI menunjukkan segmen nasabah universalist dan rationalist memilih bank syariah berdasarkan keunggulan fungsional dan manfaat produk. Jumlah kedua kelompok tersebut telah meningkat dari 46,2 persen pada 2014 menjadi 59,1 persen pada 2024.

Sebagai pemahaman, nasabah rasionalis merupakan kelompok yang mementingkan fitur-fitur dan kritis terhadap pemahaman produk. Sedangkan, nasabah tipe universalist, yaitu kelompok masyarakat yang menginginkan transparansi dari penjualan produk yang ditawarkan.

Menurut Anggoro, pergeseran ini adalah sinyal kuat bahwa nasabah kini menuntut layanan syariah yang kompetitif dan modern. "Untuk itu, penguatan digital menjadi hal dasar untuk mendorong penetrasi produk dan layanan keuangan syariah. Kondisi di Indonesia juga sejalan dengan tren global bahwa cashless sekarang ini adalah sebuah transformasi," ujar Anggoro dalam Joint High Level Seminar and Investor Forum Bank Indonesia (BI) bersama International Islamic Liquidity Management Corporation (IILM), Islamic Financial Services Board (IFSB), dan Islamic Development Bank (IsDB), di Hotel Kempinski, Jakarta, akhir pekan lalu. 

Untuk memenuhi tuntutan itu, lanjut dia, BSI sebagai bank syariah terbesar bertransformasi menyediakan layanan digital untuk individu maupun institusi. Termasuk mendigitalisasi layanan bank emas yang baru saja dilaunching tahun ini melalui aplikasi BYOND. Nasabah dapat bertransaksi dari sisi finansial, sosial dan juga melakukan kegiatan spiritual.

"Sementara BEWIZE by BSI adalah transformasi cash management BSI untuk nasabah institusi," terangnya. 

Anggoro menyatakan kesiapan BSI untuk menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional. Baik melalui digitalisasi dan juga inovasi instrumen keuangan syariah, salah satunya sukuk. Pihaknya juga aktif dalam mendukung likuiditas di pasar modal syariah melalui sukuk. Salah satunya, menerbitkan sukuk berkelanjutan ESG Rp 8 triliun yang mendapat animo sangat baik subscribed lebih dari 100 persen.

Produk-produk investasi dalam bentuk sukuk kepada investor retail juga terus digenjot. Melalui pasar primer maupun sekunder. Lewat mobile banking BYOND, nasabah bisa bebas memilih kebutuhan investasinya melalui penerbitan sukuk yang dikeluarkan pemerintah. 

"Digitalisasi adalah salah satu fokus perusahaan untuk memperluas inklusi keuangan syariah yang saat ini masih terpaut jauh dari hasil survey literasi produk dan keuangan syariah," ucapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, layanan keuangan yang didasari oleh faktor keimanan ini sejatinya tak hanya bertujuan profit. Tapi juga aspek sosial seperti pendidikan dan lainnya. "Ekonomi syariah dan lembaga keuangan syariah memiliki tujuan mensejahterakan umat," katanya.

Dia mengungkap, lima tantangan yang harus dijawab untuk mendorong pertumbuhan penetrasi produk keuangan syariah. Yakni, produk yang kompetitif dan menjawab kebutuhan pasar. Lalu, pricing instrumen keuangan syariah harus menggambarkan misi komersial tapi juga sosial. Kemudian, transaksi digital dan channel kemudahan mengakses produk dimanapun dan kapanpun. 

"Keempat, kolaborasi antar jasa keuangan dan pemerintah. Kelima, likuiditas di pasar modal," ungkap alumnus Iowa State University itu. 

Pengalaman Indonesia menunjukkan, kehadiran pasar uang syariah dan operasi moneter syariah semakin memperkuat ekosistem keuangan syariah melalui penyediaan berbagai instrumen pengelolaan likuiditas untuk perbankan syariah. Selama Januari 2023 hingga Juni 2025, sebanyak 94 persen bank syariah telah aktif berpartisipasi dalam pasar uang antarbank syariah. Dari sisi transaksi, dalam periode yang sama, Syariah Interbank Placement Agreement (SIPA) merupakan instrumen pasar uang antarbank syariah yang menunjukkan peningkatan paling signifikan.

"Perkembangan ini menegaskan bahwa pasar uang syariah makin berperan penting sebagai sumber likuiditas yang efisien, sekaligus memperkuat fondasi intermediasi perbankan syariah dalam mendukung stabilitas sistem keuangan," beber Perry. 

Terpisah, Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menyatakan, Indonesia memerlukan 3 hingga 4 bank syariah besar. Supaya kompetisi layanan terjadi. Sebab, jika terjadi monopoli, maka arahnya kapitalisme. 

"Jadi, tidak ada single player. So kita jangan memberikan kapitalisme ke industri syariah. Jadi mestinya industri syariah dilakukan oleh banyak bank," ujarnya. 

Menurut Nixon, ekosistem syariah sangat khas beragam. Ada tabungan haji, umrah, tabungan emas, gadai emas, hingga pembiayaan perumahan yang potensinya luar biasa. Persepsi masyarakat juga akan lebih positif jika sudah menjadi bank umum syariah.

"Bahkan banyak lembaga pengelola dana muslim yang menunggu momentum ini untuk menempatkan dana mereka," ungkapnya. 

Nixon berterima kasih kepada BSI yang telah membuat memperbaiki persepsi masyarakat mengenai industri perbankan syariah nasional. Sebelum ada BSI, terdapat sejumlah pemain seperti Bank Syariah Mandiri (BSM), Bank Negara Indonesia (BNI) Syariah, Bank Rakyat Indonesia (BRI) Syariah yang selalu ada masalah. 

"Bolak-balik ada persoalan. Tapi begitu merger (menjadi) BSI, jalannya lebih benar. Creating good perception, apa yang terjadi hari ini? Pertumbuhan industri syariahnya double digit," tandasnya. 

Editor: Estu Suryowati

Tag:  #perbankan #syariah #harus #modern #kompetitif

KOMENTAR