Apa Dampak Orangtua yang Toxic Bagi Anak hingga Dewasa?
- Sebagian orang dibesarkan oleh orangtua toxic yang memprioritaskan kebutuhan sendiri, menggunakan manipulasi, dan menciptakan dinamika penuh ketegangan.
Menurut Jenny Flora Wells, terapis klinis dan holistic therapist, orangtua yang toxic memiliki dampak yang besar pada kehidupan anak dari kecil hingga dewasa.
“Orangtua toxic menunjukkan pola perilaku yang memicu rasa bersalah, ketakutan, dan kecemasan karena cenderung mengutamakan kebutuhan mereka di atas kebutuhan anak,” ujarnya, seperti dilansir dari Best Life, Jumat (5/12/2025).
Dampak orangtua toxic bisa memengaruhi cara mereka berinteraksi, mengenali diri, hingga membangun hubungan. Berikut penjelasan ahli soal dampak orangtua toxic terhadap kehidupan anak.
Dampak orangtua toxic terhadap tumbuh kembang anak
Apa Itu orangtua toxic?
Meski istilah toxic bukan diagnosis klinis, banyak terapis menggunakan istilah ini untuk menggambarkan pola perilaku bermasalah yang merugikan anak, baik secara emosional maupun mental.
Terapis klinis Christina McWalter Granahan menyebutkan orangtua toxic umumnya tidak mampu bertanggung jawab atas perilakunya.
“Mereka yang tidak memiliki kemampuan atau kemauan untuk melakukan refleksi diri, sehingga tidak bisa mengambil tanggung jawab atas perilaku mereka,” katanya.
Toxic parenting tidak selalu berbentuk kekerasan fisik. Banyak perilaku berbahaya yang lebih halus, seperti manipulasi emosional, kontrol berlebihan, atau komunikasi yang tidak stabil.
Ilustrasi
Konselor dan pendiri Mindful Kindness Counseling, Bonnie Scott menambahkan, orangtua toxic sering kali menciptakan kekacauan, bersifat tidak dapat diprediksi, dan sangat mengontrol.
Salah satu indikator paling jelas adalah bagaimana mereka memenuhi kebutuhan emosionalnya melalui anak.
Jika kebutuhan tersebut dipenuhi dengan cara memicu rasa bersalah, ketakutan, atau kewajiban, maka pola itu bisa dikategorikan sebagai toxic.
Bagaimana orangtua toxic berdampak pada masa anak-anak?
Tumbuh bersama orangtua toxic dapat memengaruhi perkembangan emosional sejak usia dini.
Wells menjelaskan, anak seperti spons yang menyerap lingkungan sekitar, sehingga perilaku toxic bisa sangat mengacaukan sistem emosi mereka.
Menurutnya, menghadapi orangtua yang mudah berubah mood dan penuh ketidakpastian dapat membuat anak berada dalam mode fight or flight berkepanjangan.
“Kondisi bertahan hidup yang terus-menerus ini menimbulkan stres, kecemasan, hingga depresi,” tutur Wells.
Tubuh anak menjadi terbiasa merasa tidak aman, sehingga memengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka.
Granahan menambahkan, orangtua toxic tidak mampu menampung emosi anak, terutama emosi yang dianggap negatif, seperti marah, kecewa, atau sedih.
“Anak belajar bahwa hanya emosi tertentu yang diterima. Kepribadian mereka kemudian berkembang berdasarkan pengalaman terbatas itu,” ujarnya.
Karena tidak memiliki contoh dinamika keluarga yang sehat, anak dari orangtua Toxic kerap menganggap pola komunikasi itu normal. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi kepercayaan diri mereka.
“Mereka tumbuh tidak mempercayai insting sendiri dan sering tidak yakin dengan identitas mereka,” terang Scott.
Apa dampak orangtua toxic pada kehidupan dewasa anak?
Dampak toxic parenting tidak berhenti ketika seorang anak dewasa dan mulai hidup mandiri. Banyak pola yang terbawa secara tidak sadar.
Menurut Scott, anak yang sering dikritik saat kecil berisiko menjadi perfeksionis ketika dewasa. Mereka belajar bahwa satu-satunya cara untuk merasa aman adalah dengan melakukan segalanya dengan sempurna.
Di sisi lain, konselor klinis dan terapis seks, Jackie Golob menambahkan, toxic parenting juga bisa menumbuhkan perilaku people-pleasing atau tidak bisa menolak orang lain.
“Anak dengan orangtua toxic memiliki harga diri rendah. Ketika dewasa, ini muncul dalam bentuk batasan lemah dan kesulitan menyampaikan kebutuhan,” ungkapnya.
Secara emosional, banyak orang dewasa yang dibesarkan oleh orangtua toxic kesulitan membangun hubungan. Mereka terbiasa menekan emosi untuk menghindari konflik.
“Karena tidak pernah melihat contoh penyelesaian konflik yang sehat, mereka sulit menghadapi perbedaan dalam hubungan,” kata Scott.
Bagi yang memiliki anak, pola ini bisa menurun tanpa disadari. Trauma masa kecil dapat diterapkan kepada generasi berikutnya, misalnya melalui standar perfeksionis yang tidak sehat.
Orangtua toxic dapat memengaruhi cara anak memandang diri, merasa aman, dan menjalin hubungan hingga dewasa.
Dampaknya tidak selalu terlihat langsung, tetapi terakumulasi dan menetap dalam berbagai aspek kehidupan.
Jika kamu merasa mengalami situasi ini, mencari bantuan profesional dapat menjadi langkah penting untuk membangun ulang rasa aman dan identitas diri yang lebih sehat.
Tag: #dampak #orangtua #yang #toxic #bagi #anak #hingga #dewasa