Indonesia Tuan Rumah atau Penonton di Era Elektrifikasi?
Ilustrasi pabrik BYD di Subang.(Dealer BYD)
15:04
7 Juni 2025

Indonesia Tuan Rumah atau Penonton di Era Elektrifikasi?

NAMA Elon Musk nyaris tak terpisahkan dari perbincangan tentang masa depan teknologi. Sebagai otak di balik Tesla, SpaceX, dan Neuralink, Musk kerap dipuja sebagai pionir disrupsi global.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ketokohannya tak lagi steril dari kontroversi. Ia mundur dari pemerintahan Donald Trump karena menentang kebijakan iklim, lalu terlibat perseteruan publik menjelang pemilu AS 2024.

Tak sedikit pengamat yang menilai, dari ikon masa depan, Musk kini mulai menjadi beban bagi merek yang dibangunnya sendiri.

Reputasi Musk yang menurun turut menyeret performa Tesla di sejumlah pasar. Di Eropa, penjualan Tesla anjlok hampir 50 persen pada April 2025.

Selanjutnya di Jerman, salah satu pasar otomotif terbesar, penurunan mencapai sepertiga.

 

Pengaruh Musk yang besar terhadap brand image Tesla kini menjadi pedang bermata dua, kharismanya mengangkat, tapi kontroversinya mengguncang.

Bahkan di Indonesia, meski disambut hangat oleh Jokowi selaku Presiden saat itu, kiprah Tesla masih lebih banyak hadir di tataran simbolik: launching Starlink, kunjungan forum, tanpa kejelasan investasi otomotif nyata.

Di saat citra Tesla melambat, produsen mobil listrik asal China, BYD, justru melaju cepat dalam senyap dan penuh strategi.

Sementara publik sibuk membicarakan Musk, mobil-mobil BYD telah berseliweran di jalanan Indonesia.

Kuartal pertama 2025 mencatatkan penjualan lebih dari 8.200 unit, menjadikan BYD pemimpin pasar kendaraan listrik nasional dengan pangsa lebih dari 36 persen.

Produk-produk mereka seperti Dolphin, Atto 3, dan Seal langsung diterima pasar berkat kombinasi harga terjangkau, spesifikasi relevan, dan ketersediaan stok.

BYD tak hanya menjual. Mereka membangun fondasi. Perusahaan ini tengah membangun pabrik senilai 1 miliar dollar AS di Subang, Jawa Barat, berdiri di atas lahan 108 hektare, lebih luas dari Tesla Gigafactory Texas.

Proyek ini sempat diganggu premanisme lokal yang menuntut jatah proyek, tapi tetap dilanjutkan tanpa kompromi berarti.

 

Bahkan ketika pabrik BYD di Shandong, China ditutup, manajemen segera memastikan bahwa operasional di Indonesia tetap aman dan menjadi bagian strategis dari ekspansi global mereka, terutama menghadapi kebijakan tarif tinggi Amerika terhadap kendaraan listrik China.

Ekspansi taksi Listrik: Vietnam menyerbu, Indonesia tertinggal

Tak hanya di segmen kendaraan pribadi, lanskap transportasi umum pun tengah berubah. Perusahaan taksi asal Vietnam, Xanh SM, resmi meluncurkan layanan taksi listrik di Jakarta pada Desember 2024.

Dengan menggunakan armada VinFast VF e34, mereka menargetkan mengoperasikan 10.000 unit pada 2025, strategi agresif yang memadukan penjualan dengan layanan, sekaligus menandai ambisi Vietnam menguasai pangsa pasar mobilitas perkotaan Indonesia.

Model ini berbeda dari sekadar ekspor. Xanh SM hadir dengan ekosistem: kendaraan, pengemudi, aplikasi, dan operasi.

Mereka bukan sekadar menjual mobil, tapi membentuk pasar. Konsep ini mempercepat adopsi kendaraan listrik sambil menciptakan ketergantungan baru terhadap layanan asing.

Sebagai pembanding, Bluebird, perusahaan taksi lokal yang telah lebih dahulu menggunakan armada listrik, tercatat mengoperasikan sekitar 300 unit taksi listrik hingga akhir 2024, dan berencana menambah 1.000 unit pada 2025.

Meski progresif, laju ekspansi mereka tertinggal jauh. Ketika perusahaan Vietnam membanjiri jalanan dengan 10.000 armada, pelaku dalam negeri masih terpaku pada skema subsidi dan ketergantungan impor.

Tesla ke Malaysia: Indonesia ditinggal, BYD dirangkul

CEO SpaceX Elon Musk menyambut Jokowi di Gedung Stargate SpaceX. Keduanya melakukan pertemuan sebelum mengunjungi fasilitas SpaceX. BIRO SETPRES RI via VOA INDONESIA CEO SpaceX Elon Musk menyambut Jokowi di Gedung Stargate SpaceX. Keduanya melakukan pertemuan sebelum mengunjungi fasilitas SpaceX. Ironisnya, ketika Indonesia mati-matian menyambut Elon Musk, dari pertemuan bilateral hingga panggung utama peluncuran Starlink, Tesla justru memilih Malaysia sebagai kantor regional Asia Tenggara.

Negeri jiran itu berhasil merancang insentif investasi yang jelas, menawarkan kepastian ekosistem, dan menyederhanakan regulasi.

Tesla merespons dengan nyata: membuka markas, menjalin mitra lokal, dan mengembangkan distribusi.

Respons pemerintah Indonesia mulai berubah. Jika sebelumnya semua energi diplomatik difokuskan untuk merayu Tesla, kini mereka mulai mendekati pemain yang sudah nyata berinvestasi.

BYD mendapat kemudahan izin, lahan, dan bahkan pengawalan dari pejabat tinggi. Tanpa banyak sorotan media, BYD kini menjadi mitra strategis paling serius dalam elektrifikasi Indonesia.

Hal ini menandai pergeseran pendekatan: dari simbol ke substansi. Pemerintah tampaknya mulai menyadari bahwa menyambut tokoh besar tidak selalu berbuah investasi.

Sementara produsen seperti BYD dan Xanh SM datang bukan dengan presentasi, melainkan dengan pabrik, dealer, dan armada.

Fakta-fakta ini mempertegas satu hal: BYD, bukan Tesla atau merek Eropa, kini menjadi penguasa baru jalanan Indonesia.

Tuan rumah atau penonton di era elektrifikasi?

Dengan transisi pemerintahan ke Presiden Prabowo Subianto, pertanyaannya kini bukan hanya siapa yang diajak bicara, tapi siapa yang benar-benar diajak bekerja.

Prabowo dikenal punya relasi baik dengan Musk, tapi publik berharap pendekatan yang lebih berorientasi hasil.

Indonesia punya peluang besar menjadi pusat manufaktur kendaraan listrik Asia Tenggara. Namun peluang itu tak menunggu sambutan atau seremoni.

Negara-negara lain sedang membangun pabrik, rantai pasok, dan insentif. Kita masih berkutat dengan lahan, birokrasi, dan sambutan panggung.

Pada akhirnya, ini bukan soal siapa yang paling terkenal. Ini soal siapa yang paling serius. Apakah Indonesia ingin menjadi panggung pemain asing, atau pangkalan industri masa depan?

Apakah kita akan tetap menjadi konsumen pasif, atau bangkit sebagai produsen strategis?

Pilihan itu sudah di depan mata. Dan waktu kita tak banyak.

Tag:  #indonesia #tuan #rumah #atau #penonton #elektrifikasi

KOMENTAR