



LPEI: Sawit, Sarden, Gula, dan Produk Rumah Tangga Masih Punya Potensi Ekspor yang Besar
Di tengah tantangan global seperti tarif baru dan perang dagang AS–Tiongkok, beberapa komoditas dalam negeri diyakini masih memiliki prospek ekspor yang menjanjikan. Eksportir Indonesia masih memiliki peluang untuk memperluas pasar melalui kerja sama strategis seperti Trans Pacific Partnership (TPP), BRICS, dan berbagai perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan negara-negara strategis lainnya.
Market Intelligence & Leads Management Chief Specialist Indonesia Eximbank (LPEI), Rini Satriani menjelaskan, komoditas seperti minyak sawit, perikanan (seperti ikan sarden), gula, dan produk rumah tangga masih memiliki potensi perdagangan yang besar di negara-negara BRICS dan TPP.
"Potensi perdagangan (unrealized potential) minyak sawit dan turunannya di negara-negara BRICS dan TPP mencapai USD 9,8 juta. Ikan sarden memiliki potensi sebesar USD 23 juta, komoditas gula mencapai USD 5,4 juta, dan produk rumah tangga seperti sampo mencapai USD 32,9 juta," ujar Rini di Jakarta, Kamis (1/5).
Menghadapi tantangan proteksionisme global yang terus berkembang, Indonesia perlu bersiap menghadapi realitas baru dalam keseimbangan arus perdagangan internasional. Eksportir nasional dituntut untuk mampu menangkap peluang melalui inovasi, sikap proaktif, serta daya saing yang agresif dengan terus mengeksplorasi pasar-pasar ekspor baru.
Rini melanjutkan, Indonesia Eximbank, sebagai bagian dari instrumen kebijakan pemerintah, akan terus mendukung pelaku ekspor nasional tidak hanya melalui penyediaan fasilitas keuangan. Selain itu juga melalui layanan non-keuangan seperti penyediaan informasi pasar, identifikasi prospek buyer, analisis kondisi pasar tujuan, serta pendampingan berbasis keahlian guna meningkatkan kapabilitas dan pengetahuan strategis (knowledge asset) para eksportir Indonesia.
Lebih lanjut, Rini menyampaikan bahwa diversifikasi pasar merupakan langkah strategis yang perlu ditempuh untuk memperluas akses ekspor, salah satunya dengan memanfaatkan kerja sama ekonomi seperti Trans-Pacific Partnership (TPP), BRICS, dan berbagai peluang dari negara-negara mitra dagang strategis lainnya.
"Memang tidak mudah untuk mengalihkan pasar ekspor, namun hal ini dapat dicapai jika eksportir mampu mengidentifikasi buyer yang kredibel serta memiliki akses pasar yang tepat. Selama kualitas produk terus dijaga, maka loyalitas buyer akan tumbuh dan mendorong terjadinya repeat order secara berkelanjutan," katanya.
Dampak perang tarif antara AS dan Tiongkok terhadap ekspor Indonesia disebut Rini akan bersifat langsung dan tidak langsung. Sekitar 10 persen ekspor Indonesia ke AS akan terekspos langsung oleh kebijakan tarif resiprokal AS.
Sementara itu, dampak tidak langsung akan dirasakan melalui rivalitas yang tinggi akibat pengalihan ekspor dan rantai pasok dari Tiongkok ke negara-negara lain, termasuk Indonesia. Meskipun demikian, Indonesia tetap optimistis menatap prospek ekspor jangka menengah dan panjang.
Di tengah tensi perdagangan global yang belum sepenuhnya mereda, kewaspadaan terhadap kebijakan tarif dan proteksionisme tetap diperlukan. Namun, peluang pasar baru melalui skema kerja sama internasional dan perluasan akses ke negara mitra dagang non-tradisional menjadi ruang tumbuh yang perlu dimaksimalkan oleh pelaku ekspor nasional.
Ekspor Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif di tengah tantangan global yang dihadapi. Secara kumulatif, ekspor nasional pada periode Januari hingga Maret 2025 tumbuh sebesar 6,9 persen. Pertumbuhan ini ditopang oleh komoditas utama seperti CPO (Crude Palm Oil), besi dan baja, serta mesin dan perlengkapan elektrik.
Sekitar 60,5 persen dari total ekspor Indonesia pada periode Januari hingga Maret 2025 tersebar ke sejumlah komoditas utama, antara lain lemak dan minyak nabati (12,8 persen), bahan bakar mineral (12,8 persen), besi dan baja (10,3 persen), mesin dan perlengkapan elektrik (6,7 persen), serta kendaraan dan bagiannya (6,4 persen).
Eksportir Indonesia saat ini telah berhasil memasarkan produknya ke 192 negara di seluruh dunia, dengan 65,8 persen dari total ekspor terkonsentrasi pada 10 negara tujuan utama seperti Tiongkok, Amerika Serikat, India, Jepang, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, Thailand, Taiwan, dan Belanda.
"Tiongkok dan Amerika Serikat menjadi mitra dagang terbesar, menyumbang 33,9 persen dari total ekspor. Mitra dagang seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand juga menunjukkan pertumbuhan positif, dan Indonesia juga mampu menahan penurunan ekspor ke India, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan," kata Rini.
Tag: #lpei #sawit #sarden #gula #produk #rumah #tangga #masih #punya #potensi #ekspor #yang #besar