Sajak: Agama
ILUSTRASI. (BUDIONO/JAWA POS)
11:52
8 September 2024

Sajak: Agama

Agama

Agama memelukku dari belakang.

Lalu dari depan.

Ada kehangatan,

kadang kepanasan.

Lama-lama muncul tanya

kira-kira apa jenis kelaminnya.

 


Orang-orang berpelukan dengan agama.

Mereka teriak-teriak kadang tertawa-ria.

Ada juga yang memaksa orang lain

untuk meninggalkan agama

dan mengajak memeluk agama yang sama.

 


Agamaku suka bercanda.

Suka berpuisi. Suka senja.

Suka agama lain juga.

 


Lama-lama aku bisa

menebak jenis kelaminnya.

Dia agama yang tak peduli jenis kelamin.

 


Bapakku pernah ingatkan,

hati-hati meluk agama,

jangan terlalu kencang

karena bisa bikin salah sangka.

 


Mungkin dia ada benarnya.

Kapan hari ada orang mukul orang,

katanya demi agama.

Setahuku agama tak pernah minta kita marah.

 


Palmerah, Agustus 2024

---

Percaya Diri

 


Ustad, aku masih ingat nasihatmu

: dunia hanya tipu-tipu.

tempat canda tawa sehingga

tak perlu terlalu gegabah

memasukkan puja-puji

ke dalam hati.

 


Sebab, kadang itu

menjerumuskan kita

ke dasar rasa hina tak terperi.

 


Tapi lihat itu, ustad,

para ahli jual motivasi,

membujukku untuk jangan rendah diri.

tampil apa adanya

dan siap merengkuh dunia.

 


Sekali lagi tapi, mereka bilang,

antara rasa percaya diri

dan tak tahu diri

sungguh batasnya tipis sekali.

 


Palmerah, Juli 2024

---

Tangga Peron

 
Tukang sapu itu mengumpulkan serbuk-serbuk rindu yang tercecer dari kakimu ketika buru-buru mengejar kereta.

 

Dia satukan semua rindu ke dalam pengki sebelum membuangnya ke bak sampah non-daur ulang. Rindumu mambu oleh waktu.

 
Dalam gerbong kereta kau merutuki ruang yang menghimpit sampai sesak. Juga oleh beban kerja yang tak pernah jeda.

 
Tukang sapu itu mengumpulkan serbuk-serbuk rindu yang tercecer dari kakimu ketika gegas mengejar kereta. 


Dia satukan semua rindu ke dalam pengki sebelum membuangnya ke bak sampah. Seekor kucing kaget dan melompat dari dalam bak sampah. Tukang sapu tak kalah kaget. 


Pengki jatuh, serbuk rindu tumpah, beterbangan menyesaki udara, menyesaki dada. Ada yang mati tersedak rindu.


Sudimara, Juli 2024

---

HILMI FAIQ , Jurnalis dan sastrawan. Menulis cerpen, puisi, dan novel.

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #sajak #agama

KOMENTAR