



Dari Pameran Tunggal Infinity Yin Yang, Ketika Dua Dimensi Tak Lagi Bisa Menaungi Gagasan
KARYA tiga dimensi berukuran jumbo menyambut pengunjung pameran Infinity Yin Yang di Ruang A Galnas. Melihatnya sekilas pun sudah terasa kemegahannya. Tinggi karya itu mencapai 4,62 meter dan lebar 2 meter. Apalagi, kilau dalam karya seni yang dibuat dari aluminium dan stainless steel itu memberi kesan mewah nan indah.
Begitu dicermati, di tengah tampak sosok perempuan yang seakan-akan menggeliat. Kepalanya menengadah melihat langit. Barangkali inilah representasi dari kebangkitan seorang Lini Natalini Widhiasi. Perupa perempuan yang sejak era ’70-an telah tersohor sebagai pelukis cilik asal Surabaya.
Lini menuturkan, pameran ini merupakan momentum pentingnya karena telah beberapa tahun vakum dari pameran tunggal. Meski begitu, setelah proses vakum tersebut, ternyata energinya meluap-luap. ”Seluruh pengalaman hidup itu dituangkan dalam karya,” kata Lini.
Tercatat kali terakhir menggelar pameran tunggal pada 2008 lalu. Pameran 16 tahun lalu itu bertajuk The Eyes of Lini. Meski vakum pameran tunggal, hampir setiap tahun Lini selalu ambil bagian dalam pameran bersama.
Yang pasti, karya-karyanya di pameran ini merupakan kristalisasi dari pengalamannya dengan berbagai status. Mulai istri, ibu, hingga ibu-ibu darmawanita. ”Semua tumplek bleg dalam karya-karya itu,” tuturnya kepada Jawa Pos.
Termasuk soal perasaannya dalam mendidik anak-anak. Cintanya yang begitu besar membuatnya serasa tidak ada waktu untuk berkarya. ”Namun, setelahnya kok rasanya begitu berenergi untuk berkarya. Meluap-luap untuk berkarya, tidak ada habisnya,” urainya.
MENCOLOK: Perupa Lini Natalini Widhiasi tak lagi berkutat dengan karya-karya dua dimensi. Lini mengeksplorasi bahan alumunium dan stainless sebagai media karyanya. (FEDRIK TARIGAN/JAWA POS)
Salah satu karya itu berjudul Upside Down Mind. Sebuah karya berbentuk segitiga terbalik yang terbuat dari aluminium dan stainless steel. Yang di ujung segitiga terbalik itu bermunculan warna cerah yang menyenangkan mata. Hijau, kuning, ungu, dan biru layaknya warna pantulan hologram.
Yang membuat tanda tanya, warna-warna itu muncul tanpa ada lampu yang terlihat menyorot. Ternyata, lampu itu disorot dari atas dan memanfaatkan lantai sebagai pemantul sinar. Kalau pengunjung tak jeli dengan teknik ala Lini itu, pengunjung pasti bertanya-tanya bagaimana hal itu bisa terjadi.
Lini menuturkan, karya ini merupakan pengalamannya menyerap fenomena pembalikan akal pikiran. Yang belakangan terjadi dalam kehidupan sosial dan bernegara. ”Fenomena memutarbalikkan akal manusia itu yang saya tangkap dan tuangkan dalam karya ini,” ujarnya.
Memang di tangan dingin Lini, sebuah fenomena yang sering kali membuat dahi mengerut di media sosial justru bisa menjadi artistik. Indah dan penuh tanda tanya. ”Ya, itu untuk menyoroti yang terjadi di media sosial belakangan ini,” terangnya.
SEBAGAI TETENGER: Perupa Lini Natalini Widhiasi memaparkan periode berkeseniannya yang terbentang lebih dari empat dekade. (FEDRIK TARIGAN/JAWA POS)
Penggunaan aluminium dan stainless steel merupakan karakter Lini. Kekuatan dan bahkan unsur yang membuat banyak orang standing applause. Sudah sejak 1994, Lini menerobos ruang dua dimensi menuju tiga dimensi. Konsistensi itu juga mencengangkan. ”Karena saya merasa dua dimensi tidak lagi mampu menaungi ide dan gagasan. Sekat kotak bernama frame itu perlu diterobos untuk memberikan kebebasan dalam berkarya,” tegasnya.
Penggunaan aluminium dan stainless itu pula yang diakui kurator pameran Citra Smara Dewi sebagai mendobrak pakem. Menurutnya, pameran ini merupakan peristiwa fenomenal karena merupakan produk pengetahuan dan eksplorasi material sekaligus teknik. ”Pameran ini berangkat dari titik semangat kebebasan,” terangnya.
Pameran ini, bagi Citra, menjadi salah satu pameran terlama yang dikuratori. Dia mengakui untuk menguratori karya Lini itu membutuhkan waktu satu tahun. ”Kalau pameran lain mungkin beberapa minggu, ini satu tahun,” jelasnya. (idr/c6/dra)
Tag: #dari #pameran #tunggal #infinity #yang #ketika #dimensi #lagi #bisa #menaungi #gagasan