Nilai Ekonomi Digital Indonesia 2025 Capai Rp 1.672 Triliun, Terbesar se-Asia Tenggara
Ilustrasi ekonomi digital(SHUTTERSTOCK)
18:18
13 November 2025

Nilai Ekonomi Digital Indonesia 2025 Capai Rp 1.672 Triliun, Terbesar se-Asia Tenggara

- Nilai ekonomi digital Indonesia tahun 2025 diperkirakan mencapai hampir 100 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.672 triliun.

Angka tersebut naik 14 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, dan menjadikan Indonesia sebagai pasar ekonomi digital terbesar se-Asia Tenggara.

Data ini dipaparkan langsung oleh Google yang bekerja sama dengan Temasek, dan Bain Company dalam laporan tahunan terbaru e-Conomy SEA 2025.

Country Director Google Indonesia, Veronica Utami, mengatakan bahwa Gross Merchandise Value (GMV) hampir 100 miliar dollar AS tersebut mencerminkan adanya pertumbuhan ekonomi digital yang kuat di Indonesia.

"Indonesia masih tetap menjadi yang paling besar di Asia Tenggara dengan GMV-nya sekarang mencapai hampir 100 miliar dollar AS," ujar Vero saat memaparkan laporan e-Conomy SEA 2025 di kantor Google Indonesia di Jakarta, Kamis (13/11/2025).

Veronica Utami, Country Director Google Indonesia saat memaparkan laporan e-Conomy SEA 2025 di kantor Google Indonesia di Jakarta, Kamis (13/11/2025).KOMPAS.com/Marsha Bremanda Veronica Utami, Country Director Google Indonesia saat memaparkan laporan e-Conomy SEA 2025 di kantor Google Indonesia di Jakarta, Kamis (13/11/2025).

Sebagai informasi, Gross Merchandise Value (GMV) ekonomi digital merupakan akumulasi nilai pembelian dari masyarakat Indonesia melalui platform digital. Sederhananya, GMV ini adalah pendapatan berdasarkan hasil akumulasi belanja masyarakat yang dilakukan secara digital.

Menurut Veronica, peningkatan GMV tersebut ditopang oleh enam sektor kunci ekonomi digital Indonesia, di mana masing-masing mencatatkan pertumbuhan dua digit sepanjang tahun.

Keenam sektor tersebut, antara lain meliputi e-commerce, transportasi dan layanan pesan antar makanan, online travel, media online, serta layanan keuangan digital.

"Yang menarik, seluruh sektor kunci ekonomi digital Indonesia juga mencatatkan pertumbuhan sebanyak dua digit. Ini adalah akselerasi signifikan dari tahun ke tahun," papar Vero.

Nilai ekonomi digital Indonesia tahun 2025 diperkirakan mencapai 100 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.672 triliun, menjadikan Indonesia sebagai pasar ekonomi digital terbesar se-Asia Tenggara.KOMPAS.com/Marsha Bremanda Nilai ekonomi digital Indonesia tahun 2025 diperkirakan mencapai 100 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.672 triliun, menjadikan Indonesia sebagai pasar ekonomi digital terbesar se-Asia Tenggara.

Sektor e-commerce jadi kontributor terbesar

Sektor e-commerce disebut menjadi salah satu kontributor terbesar bagi nilai ekonomi digital di Indonesia.

Vero menjelaskan, GMV sektor ini diproyeksikan tumbuh lebih dari 14 persen hingga mencapai 71 miliar dollar AS (sekitar Rp 1,187 triliun), dibandingkan tahun sebelumnya.

"Sektor e-commerce tetap menjadi kontributor terbesar bagi GMV di Indonesia. Salah satu faktornya karena didorong oleh pesatnya pertumbuhan video commerce," pungkas Vero.

Video commerce adalah konten video yang dibuat khusus untuk mempromosikan dan menjual produk secara online, seperti misalnya Live yang marak di platform e-commerce saat ini.

Menurut Vero, video commerce di Tanah Air kini diibaratkan sebagai "mesin" yang sudah mengakselerasi seluruh sektor e-commerce yang ada.

Pertumbuhan volume transaksi video commerce di Indonesia melonjak hingga 90 persen dari tahun ke tahun. Waktu yang dihabiskan konsumen untuk menonton video yang berkaitan dengab belanja pun meningkat hingga lebih dari 400 persen.KOMPAS.com/Marsha Bremanda Pertumbuhan volume transaksi video commerce di Indonesia melonjak hingga 90 persen dari tahun ke tahun. Waktu yang dihabiskan konsumen untuk menonton video yang berkaitan dengab belanja pun meningkat hingga lebih dari 400 persen.

Pertumbuhan ini terlihat dari volume transaksi video commerce yang melonjak hingga 90 persen dari tahun ke tahun, bahkan tahun 2025 ini mencapai angka transaksi hingga 2,6 miliar.

"Peningkatan volume transaksi di Indonesia didukung oleh peningkatan ekosistem penjual dan juga toko yang berkembang sangat pesat, yakni 75 persen dari tahun ke tahun. Jumlah total penjual dan toko juga diperkirakan mencapai 800.000 di seluruh Indonesia," tutur Vero.

Vero melanjutkan, secara keseluruhan, pertumbuhan video commerce di Indonesia didominasi oleh kategori-kategori tertentu, di mana saat ini konsumen sangat mengandalkan visualisasi dan demonstrasi produk secara langsung.

Bahkan laporan mengungkap, dalam satu tahun terakhir, waktu yang dihabiskan konsumen Indonesia untuk menonton video yang berkaitan dengan belanja meningkat lebih dari 400 persen.

"Ini menandakan bahwa audience, tidak hanya menonton, mereka juga adalah konsumen yang punya intensitas tinggi. Biasanya dalam fase research atau sedang mengambil keputusan belanja," jelasnya.

Sektor lain ikut tumbuh

Seperti disinggung di atas, selain sektor e-commerce, ada beberapa sektor lain yang ikut memengaruhi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia. Mulai dari transportasi dan layanan pesan antar makanan, online travel, media online, serta layanan keuangan digital.

Sektor transportasi dan layanan pesan antar makanan, online travel, tercatat memiliki pertumbuhan sekitar 13 persen dari tahun ke tahun dan mencapai 10 miliar dollar AS.

Lalu sektor media Online, yang mencakup gaming, periklanan, dan musik (termasuk video on demand), menunjukkan peningkatan pertumbuhan sebesar 16 persen dan mencapai total nilai 9 miliar dollar AS.

Terakhir, sektor layanan keuangan digital (DFS), yang mencatat pertumbuhan Gross Transaction Value (GTV) mencapai 538 miliar dollar AS (sekitar Rp 8,999 triliun), mewakili pertumbuhan 27 persen dari tahun ke tahun.

Menurut laporan Google, pertumbuhan tersebut sebagian besar didorong oleh faktor pembayaran digital Qris dan digital lending yang saldo buku pinjamannya diproyeksikan tumbuh sebesar 29 persen dari 2024 hingga 2025.

Laporan e-Conomy SEA tahun 2025 sendiri, untuk pertama kalinya, diperluas dari yang awalnya terdiri dari enam negara (SEA 6) menjadi 10 negara (ASEAN-10). Enam negara tersebut, meliputi Brunei, Kamboja, Laos, dan Myanmar.

Dalam kesempatan yang sama, Senior Partner Bain & Company, Aadarsh Baijal, mengatakan bahwa tambahan dari ASEAN-10 ini memberikan sekitar 2 persen GMV ekstra.

Aardash menyebut, ke depannya angka tersebut akan digunakan untuk menandai peringatan 10 tahun laporan e-Conomy SEA berikutnya.

"Seperti disebutkan sebelumnya, kami telah memperluas cakupan ke ASEAN-10. Angka tersebut yang akan kami gunakan ke depan, baik untuk menandai peringatan 10 tahun laporan ini," kata Arash.

Tag:  #nilai #ekonomi #digital #indonesia #2025 #capai #1672 #triliun #terbesar #asia #tenggara

KOMENTAR