Doa Malam Nisfu Syaban Lengkap Tulisan Arab Latin dan Terjemah
Ilustrasi. Umat muslim berdoa di malam Isra Miraj. (Pexels/Anastasia Shuraev)
14:45
13 Februari 2024

Doa Malam Nisfu Syaban Lengkap Tulisan Arab Latin dan Terjemah

- Di dalam Islam ada waktu-waktu tertentu yang dianggap spesial oleh umat Islam. Salah satunya adalah Syaban yang datang antara bulan Rajab dan bulan Ramadhan.

Dianggap spesial karena bulan Syaban menjadi sebuah kesempatan yang besar bagi umat Islam untuk bisa mendapatkan ampunan yang seluas-luasnya serta dibukakannya pintu rahmat oleh Allah SWT.

Nisfu dapat diartikan sebagai pertengahan, sementara Syaban yaitu bulan Syaban. Sehingga Nisfu Syaban dipahami sebagai pertengahan bulan Syaban atau separuh bulan Syaban. Maka tanggal 15 Syaban 1445 H akan jatuh pada Ahad, 25 Februari 2024.

Sehingga malam Nisfu Syaban 2024 terhitung sejak Sabtu, 24 Februari 2024 setelah Matahari tenggelam (waktu maghrib). Hal ini karena perhitungan kalender Islam Hijriah dihitung berdasarkan perhitungan Bulan bukan Matahari. Sehingga pergantian hari terjadi ketika masuk waktu Magrib.

Selama bulan Syaban umat Islam berlomba-lomba untuk melakukan berbagai amalan yang diperintahkan Allah SWT. Bahkan ada sebuah permintaan khusus yang dipanjatkan oleh umat Islam lewat doa malam nisfu syaban.

Umat Islam memanfaatkan malam nisfu syaban sebagai persiapan untuk berlatih menyambut datangnya bulan Ramadhan. Sehingga, momennya tepat sekali untuk memperbanyak beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Doa yang diajarkan Rasulullah SAW ini merupakan salah satu bulan yang di dalamnya terdapat sebuah malam mulia Allah SWT akan mengabulkan doa-doa yang dipanjatkan hamba-Nya. Malam yang di dalamnya Allah memberi ampunan bagi setiap hamba yang meminta ampun. Itulah malam nisfu Sya'ban (separuh bulan Sya'ban). Dikutip dari website jatim.nu.or.id memaparkan bahwa Imam Muhammad bin Idris as-Syafi'i berkata dalam kitab Al-Umm juz 1 halaman 231:

وَبَلَغَنَا أَنَّهُ كَانَ يُقَالُ إنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِيْ خَمْسِ لَيَالٍ فِيْ لَيْلَةِ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةِ الْأَضْحَى وَلَيْلَةِ الْفِطْرِ وَأَوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبٍ وَلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ
Artinya: Telah sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan dalam lima malam, yaitu : malam Jumat, malam Idul Adlha, malam Idul Fitri, malam pertama Bulan Rajab dan malam Nisfu Sya’ban.

Hal itu juga dikuatkan oleh ucapan seorang tabiin ternama yaitu Atha' bin Yasar yang disebutkan oleh Imam ash-Shofuri dalam kitab karyanya Nuzhatul Majalis juz 1 halaman 165 :



قَالَ عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ مَا بَعْدَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَهِىَ مِنَ اللَّيَالِى الَّتِيْ يُسْتَجَابُ فِيْهَا الدُّعَاء
Artinya: Atha' bin Yasaar berkata: Tidak ada malam yang lebih utama setelah Lailatul Qadar dari pada malam Nisfu Sya’ban. Ia merupakan salah satu malam di dalamnya doa akan dikabulkan.

Oleh karena itu pada malam-malam tersebut hendaknya memperbanyak doa dan memohon ampun kepada Allah SWT. Terutama malam nisfu Sya'ban yang sudah di depan mata. Ada beberapa cara dan bacaan yang diajarkan oleh para Ulama, seperti disebutkan Syeikh Abdul Hamid bin Muhammad Ali Kudus dalam kitabnya Kanzunnajah Wassuruur halaman 47-48.

وَقَدْ جُمِعَ دُعَاءٌ مَأْثُوْرٌ مُنَاسِبٌ لِلْحَالِ خَاصٌّ بِلَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ مَشْهُوْرٌ، يَقْرَؤُهُ الْمُسْلِمُوْنَ تِلْكَ اللَّيْلَةَ الْمَيْمُوْنَةَ فُرَادَى وَجَمْعًا فِيْ جَوَامِعِهِمْ وَغَيْرِهَا، يُلَقِّنُهُمْ أَحَدُهُمْ ذَلِكَ الدُّعَاءَ، أَوْ يَدْعُوْ وَهُمْ يُؤَمِّنُوْن كَمَا هُوَ مَعْلُوْمٌ

Artinya: Sungguh telah dikumpulkan doa ma'tsur (yang diajarkan Nabi) yang sesuai dengan keadaan khusus di malam nisfu Sya’ban. Doa itu dibaca kaum muslimin pada malam yang berkah tersebut, baik sendirian atau bersama-sama di masjid-masjid mereka dan di tempat lainnya. Salah satu dari mereka menuntun doa tersebut atau dia yang berdoa, sementara yang lainnya mengamininya.



Namun sebelum berdoa, hendaknya terlebih dahulu membaca surat Yasin tiga kali dengan beberapa niat seperti yang tertera pada lanjutan kitab Kanzunnajah Wassurur.

وَكَيْفِيَّتُهُ: تَقْرَأُ أَوَّلًا قَبْلَ ذَلِكَ الدُّعَاءِ بَعْدَ صَلَاةِ الْمَغْرِبِ سُوْرَةَ يَسٍ ثَلَاثًااَلْأُوْلَي : بِنِيَّةِ طُوْلِ الْعُمْرِ . اَلثَّانِية : بِنِيَّةِ دَفْعِ الْبَلَاءِ اَلثَّالِثَةُ : بِنِيَّةِ الْاِسْتِغْنَاءِ عَنِ النَّاسِ وَكُلَّمَا تَقْرَأُ السُّوْرَةَ مَرَّةً تَقْرَأُ بَعْدَهَا اَلدُّعَاءَ مَرَّةً

Artinya: Caranya adalah setelah shalat maghrib, sebelum membaca doa, kamu membaca surat Yasin tiga kali. Bacaan Yasin pertama diniati agar diberi panjang umur, bacaan Yasin kedua diniati agar terhindar dari bala, dan bacaan Yasin ketiga diniati agar tidak menggantungkan diri dengan orang lain. Setiap selesai membaca surat Yasin kamu iringi dengan membaca doa nisfu Sya’ban.

Syeikh Abdul Hamid di halaman 48-49 kitab Kanzunnajah Wassurur juga menyebutkan cara lain yang diriwayatkan oleh Imam ad-Dairobi.

وَقَالَ الْعَلَّامَةُ الدَّيْرَبِيُّ فِيْ مُجَرَّبَاتِهِ؛ وَمِنْ خَوَاصِّ سُوْرَةِ يس كَمَا قَالَ بَعْضُهُمْ أَنْ تَقْرَأَهَا لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ الأُوْلَى بِنِيَّةِ طُوْلِ اْلعُمْرِ وَالثَّانِيَةُ بِنيَّةِ دَفْعِ الْبَلاَءِ وَالثَّالِثَةُ بِنِيَّةِ اْلإسْتِغْنَاءِ عَنِ النَّاس ثُمَّ تَدْعُوْ بِهَذَا الدُّعَاءِ (عَشْرَ مَرَّاتٍ) يَحْصُلُ الْمُرَادُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى، وَهُوَ

Artinya: Imam ad-Dairobi berkata dalam kitab Mujarrobat, di antara khasiat surat Yasin, seperti yang dikatakan oleh sebagian ulama, kamu membacanya tiga kali pada malam nisfu Sya’ban. Pertama diniati agar diberi panjang umur; kedua diniati agar terhindar dari bala; ketiga diniati agar tidak menggantungkan diri dengan orang lain kemudian kamu membaca doa ini sepuluh kali. Insyaallah apa yang dikehendaki akan berhasil.

Dilansir dari muslimkita.com untuk bacaan niat puasa Nisfu Syaban yang dapat dibaca di siang hari sebagai berikut:
نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ شَعْبَانَ لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latinnya: "Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i sunnati Sya‘bana lillâhi ta‘âlâ"
Artinya: “Aku berniat puasa sunah Sya‘ban hari ini karena Allah SWT."

Niat Puasa Qadha Ramadhan
"Nawaitu shauma ghadin an qadha'i fardhi syahri ramadhani lillahi ta'ala"

Dikutip dari muslim.or.id memaparkan ada beberapa amalan yang biasa dilakukan oleh Rasulullah dan para as-salafus-shalih pada bulan ini. Amalan-amalan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Memperbanyak puasa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memperbanyak puasa pada bulan ini tidak seperti beliau berpuasa pada bulan-bulan yang lain.

عَنْ عَائِشَةَ -رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا- قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لاَ يَصُومُ, فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللهِ -صلى الله عليه وسلم- اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلاَّ رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha bahwasanya dia berkata, “Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpuasa sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berbuka, dan berbuka sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa. Dan saya tidak pernah melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyempurnakan puasa dalam sebulan kecuali di bulan Ramadhan. Dan saya tidak pernah melihat beliau berpuasa yang lebih banyak daripada bulan Sya’ban.” (HR Al-Bukhari no. 1969 dan Muslim 1156/2721)

2. Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an mulai diperbanyak dari awal bulan Sya’ban , sehingga ketika menghadapi bulan Ramadhan, seorang muslim akan bisa menambah lebih banyak lagi bacaan Al-Qur’an-nya. Salamah bin Kuhail rahimahullah berkata:

كَانَ يُقَالُ شَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ الْقُرَّاءِ
“Dulu dikatakan bahwa bulan Sya’ban adalah bulan para qurra’ (pembaca Al-Qur’an).” Begitu pula yang dilakukan oleh ‘Amr bin Qais rahimahullah apabila beliau memasuki bulan Sya’ban beliau menutup tokonya dan mengosongkan dirinya untuk membaca Al-Qur’an. (Lathaiful-Ma’arif libni Rajab Al-Hanbali hal. 138)

3. Mengerjakan amalan-amalan shalih
Seluruh amalan shalih disunnahkan dikerjakan di setiap waktu. Untuk menghadapi bulan Ramadhan para ulama terdahulu membiasakan amalan-amalan shalih semenjak datangnya bulan Sya’ban , sehingga mereka sudah terlatih untuk menambahkan amalan-amalan mereka ketika di bulan Ramadhan. Abu Bakr Al-Balkhi rahimahullah pernah mengatakan:

شَهْرُ رَجَب شَهْرُ الزَّرْعِ، وَشَهْرُ شَعْبَانَ شَهْرُ سُقْيِ الزَّرْعِ، وَشَهْرُ رَمَضَانَ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ.
“Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya’ban adalah bulan menyirami tanaman dan bulan Ramadhan adalah bulan memanen tanaman.” Dan dia juga mengatakan:

مَثَلُ شَهْرِ رَجَبٍ كَالرِّيْحِ، وَمَثُل شَعْبَانَ مَثَلُ الْغَيْمِ، وَمَثَلُ رَمَضَانَ مَثَلُ اْلمطَرِ، وَمَنْ لَمْ يَزْرَعْ وَيَغْرِسْ فِيْ رَجَبٍ، وَلَمْ يَسْقِ فِيْ شَعْبَانَ فَكَيْفَ يُرِيْدُ أَنْ يَحْصِدَ فِيْ رَمَضَانَ.
“Perumpamaan bulan Rajab adalah seperti angin, bulan Sya’ban seperti awan yang membawa hujan dan bulan Ramadhan seperti hujan. Barang siapa yang tidak menanam di bulan Rajab dan tidak menyiraminya di bulan Sya’ban bagaimana mungkin dia memanen hasilnya di bulan Ramadhan.” (Lathaiful-Ma’arif libni Rajab Al-Hanbali hal. 130)

4. Menjauhi perbuatan syirik dan permusuhan di antara kaum muslimin
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa Allah subhanahu wa ta’ala akan mengampuni orang-orang yang tidak berbuat syirik dan orang-orang yang tidak memiliki permusuhan dengan saudara seagamanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ لَيَطَّلِعُ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ, فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ, إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ.
“Sesungguhnya Allah muncul di malam pertengahan bulan Sya’ban dan mengampuni seluruh makhluknya kecuali orang musyrik dan musyahin.” (HR Ibnu Majah no. 1390. Di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Ibni Majah)

Musyahin adalah orang yang memiliki permusuhan dengan saudaranya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga secara khusus tentang orang yang memiliki permusuhan dengan saudara seagamanya:

تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلاَّ رَجُلاً كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا.
“Pintu-pintu surga dibuka setiap hari Senin dan Kamis dan akan diampuni seluruh hamba kecuali orang yang berbuat syirik kepada Allah, dikecualikan lagi orang yang memiliki permusuhan antara dia dengan saudaranya. Kemudian dikatakan, ‘Tangguhkanlah kedua orang ini sampai keduanya berdamai. Tangguhkanlah kedua orang ini sampai keduanya berdamai. Tangguhkanlah kedua orang ini sampai keduanya berdamai’” (HR Muslim no. 2565/6544)

5. Hukum menghidupkan malam pertengahan bulan Sya’ban
Pada hadits di atas telah disebutkan keutamaan malam pertengahan bulan Sya’ban. Apakah di-sunnah-kan menghidupkan malam tersebut dengan ibadah? Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan:

وَصَلَاةُ الرَّغَائِبِ بِدْعَةٌ مُحْدَثَةٌ لَمْ يُصَلِّهَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَلَا أَحَدٌ مِنْ السَّلَفِ، وَأَمَّا لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَفِيهَا فَضْلٌ، وَكَانَ فِي السَّلَفِ مَنْ يُصَلِّي فِيهَا، لَكِنَّ الِاجْتِمَاعَ فِيهَا لِإِحْيَائِهَا فِي الْمَسَاجِدِ بِدْعَةٌ وَكَذَلِكَ الصَّلَاةُ الْأَلْفِيَّةُ.
“Dan shalat Raghaib adalah bid’ah yang diada-adakan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah shalat seperti itu dan tidak ada seorang pun dari salaf melakukannya. Adapun malam pertengahan di bulan Sya’ban, di dalamnya terdapat keutamaan, dulu di antara kaum salaf (orang yang terdahulu) ada yang shalat di malam tersebut. Akan tetapi, berkumpul-kumpul di malam tersebut untuk menghidupkan masjid-masjid adalah bid’ah, begitu pula dengan shalat alfiyah.” (Al-Fatawa Al-Kubra (V/344))

6. Hukum shalat alfiyah dan shalat raghaib di malam pertengahan bulan Sya’ban
Tidak ada satu pun dalil yang shahih yang menyebutkan keutamaan shalat malam atau shalat sunnah di pertengahan malam di bulan Sya’ban . Baik yang disebut shalat alfiyah (seribu rakaat), dan shalat raghaib (12 rakaat). Mengkhususkan malam tersebut dengan ibadah-ibadah tersebut adalah perbuatan bid’ah. Sehingga kita harus menjauhinya. Apalagi yang dilakukan oleh sebagian kaum muslimin. Mereka berkumpul di masjid, beramai-ramai merayakannya, maka hal tersebut tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Imam An-Nawawi mengatakan tentang shalat Ar-Raghaib yang dilakukan pada Jumat pertama di bulan Rajab dan malam pertengahan bulan Sya’ban:

وَهَاتَانِ الصَّلاَتَانِ بِدْعَتَانِ مَذْمُومَتَانِ مُنْكَرَتَانِ قَبِيحَتَانِ ، وَلاَ تَغْتَرَّ بِذِكْرِهِمَا فِي كِتَابِ قُوتِ الْقُلُوبِ وَالإْحْيَاءِ
“Kedua shalat ini adalah bid’ah yang tercela, yang mungkar dan buruk. Janganlah kamu tertipu dengan penyebutan kedua shalat itu di kitab ‘Quutul-Qulub’ dan ‘Al-Ihya’’. (Al-Majmu’ lin-Nawawi (XXII/272). [13] HR Ibnu Majah no. 1388. Syaikh Al-Albani mengatakan, “Sanadnya Maudhu’,” dalam Adh-Dha’ifah no. 2132)

7. Hukum berpuasa di pertengahan bulan Sya’ban
Mengkhususkan puasa di siang pertengahan bulan Sya’ban tidak dianjurkan untuk mengerjakannya. Bahkan sebagian ulama menghukumi hal tersebut bid’ah. Adapun hadits yang berbunyi:

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ، فَقُومُوا لَيْلَهَا وَصُومُوا نَهَارَهَا.
“Apabila malam pertengahan bulan Sya’ban, maka hidupkanlah malamnya dan berpuasalah di siang harinya.”13

Maka hadits tersebut adalah hadits yang palsu (maudhu’), sehingga tidak bisa dijadikan dalil. Akan tetapi, jika kita ingin berpuasa pada hari itu karena keumuman hadits tentang sunnah-nya berpuasa di bulan Sya’ban atau karena dia termasuk puasa di hari-hari biidh (ayyaamul-biid/puasa tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan hijriyah), maka hal tersebut tidak mengapa. Yang diingkari adalah pengkhususannya saja. Demikian beberapa ibadah yang bisa penulis sebutkan pada artikel ini. Mudahan kita bisa mengoptimalkan latihan kita di bulan Sya’ban untuk bisa memaksimalkan ibadah kita di bulan Ramadhan.

Doa Nisfu Sya’ban ini disadut dengan mengganti dhamir mufrad menjadi dhamir jamak dari Kitab Maslakul Akhyar karya Sayyid Utsman bin Yahya (Jakarta, Alaidrus: tanpa tahun) halaman 77-80. Doa Nisfu Sya’ban ini berikut Surat Yasin biasa dibaca tiga kali oleh masyarakat secara bersama-sama selepas Maghrib di masjid, musola dan semisalnya dengan harapan seperti disebutkan di atas. Dikutip dari islam.nu.or.id

Editor: Hanny Suwin

Tag:  #malam #nisfu #syaban #lengkap #tulisan #arab #latin #terjemah

KOMENTAR