Wihara Boen San Bio, Salah Satu Kelenteng Tertua di Tangerang, Bukti Toleransi Beragama yang Tinggi
–Bagi masyarakat keturunan Tionghoa, Tahun Baru Imlek menjadi salah satu momentum sakral dalam kehidupan mereka. Dirayakan setiap tahun berdasar sistem kalender lunar, Imlek menjadi salah satu cara pengharapan masyarakat Tionghoa kepada Sang Maha Agung dan para leluhur.
Dirayakan juga oleh komunitas masyarakat Tionghoa di Tangerang, salah satu destinasi tempat ibadah saat Tahun Baru Imlek adalah Wihara Nimmala. Dikenal juga dengan Kelenteng Boen San Bio, tempat itu menjadi salah satu situs sejarah di Tangerang yang juga lekat dengan masyarakat Cina Benteng.
Kelenteng Boen San Bio memiliki sejarah dan bentuk bangunan unik di sekitar Pasar Baru, Kota Tangerang. Saat perayaan Tahun Baru Imlek, Kelenteng Boen San Bio kembali menjadi tuan rumah bagi komunitas masyarakat Tionghoa peranakan di Tangerang dan sekitarnya.
Ramai, tapi mengalir, kelenteng Boen San Bio dikunjungi umat yang merayakan Tahun Baru Imlek sejak Jumat (9/2). Area parkir Kelenteng Boen San Bio terbilang luas dan memadai. Umat dan pengunjung dipastikan dapat tempat parkir yang layak di kelenteng yang berlokasi di Jalan KS Tubun, Karawaci, Kota Tangerang.
Kelenteng Boen San Bio didominasi warna merah, kuning, dan biru. Di bagian atap gerbang masuk terdapat patung burung phoenix (Fenghuang atau Hong) dan naga. Di bagian pojok sisi kiri akan terlihat rumah minyak yang menyediakan beragam botol minyak untuk ritual sembahyang.
Di halaman depan ada patung singa penjaga (Cioksay); patung betina yang sedang bermain dengan anaknya sementara yang jantan sedang memegang bola. Saat perayaan Tahun Baru Imlek, Kelenteng Boen San Bio terasa megah dengan banyaknya pengunjung yang hadir.
Memasuki koridor, terdapat sebuah hiolo yang terbuat dari marmer sebagai tempat membakar hio atau dupa. Di setiap sudut kelenteng dipenuhi ruang-ruang persembahan kepada nenek moyang lengkap dengan meja altar dan patung sang dewa.
Masuk lebih dalam, kelenteng itu terasa keindahan arsitektur. Apalagi, langit pada Sabtu (10/2) begitu cerah. Biru, dipadu dengan gumpalan awan yang menambah estetika bangunan kelenteng.
Seolah terbawa ke era masa lalu, kelenteng itu membuat pengunjung seperti masuk ke mesin waktu. Ada taman dan beberapa altar pemujaan, umat khusyuk beribadah di Tahun Naga Kayu ini.
Awal mulanya, kelenteng itu dibangun seorang saudagar Tionghoa bernama Lim Tau Koen untuk kebutuhan pemujaan para saudagar Tionghoa yang datang ke Nusantara. Sekaligus sebagai tempat meletakkan patung Dewa Bumi (Kim Sin Khongco Hok Tek Tjeng Sin) yang dibawa Kaufmann dari Banten.
Boen San Bio secara harfiah berarti kebajikan setinggi gunung. Boen San Bio, yang sekarang menjulang megah di area seluas 4.650 meter persegi itu, awalnya seluruh bangunan terbuat dari bambu dan kayu, dengan dinding terbuat dari gedek sementara, sedangkan atapnya terbuat dari daun rumbia.
Hal menarik lain dari kelenteng itu adalah petilasan tokoh yang menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Yakni Raden Surya Kencana dan istrinya. Mulanya, petilasan asli berada di bagian depan kelenteng. Hingga karena bagian depan kelenteng terkena pelebaran jalan, Petilasan Raden Surya Kencana dipindahkan ke bagian dalam.
Kehadiran Kelenteng Boen San Bio juga menjadi simbol keberagaman dan toleransi beragama. Hal dapat dilihat saat Tahun Baru Imlek ini. Ada beberapa pengunjung muslim dan muslimah yang mengenakan hijab berkunjung ke tempat ini dan disambut baik para penjaga serta pengurus wihara.
Karena yang datang ke kelenteng tidak hanya umat kelenteng saja untuk sembahyang di petilasan tersebut, tetapi juga banyak umat Islam yang datang ke Kelenteng Boen San Bio untuk berziarah ke Petilasan Raden Surya Kencana dan istrinya.
Setiap hari besar agama Islam, Yayasan Vihara Nimmala juga selalu mengadakan syukuran. Pada 1972, Yayasan Vihara Nimmala Boen San Bio resmi didirikan dan berjalan hingga kini.
Seiring berjalannya waktu, kelenteng Boen San Bio mengalami beberapa kali renovasi dan pemugaran. Bukti toleransi beragama yang tinggi dari kelenteng itu adalah adanya area Pura, peribadatan umat Hindu persis di sebelah Wihara Boen San Bio. Di belakangnya, juga terdapat masjid yang saat waktu duhur tiba, kumandang azan terdengar keras sampai ke area kelenteng.
Tag: #wihara #boen #salah #satu #kelenteng #tertua #tangerang #bukti #toleransi #beragama #yang #tinggi