Calon Menantu Paku Alam X Jalani Prosesi Nyengker pada Dhaup Ageng Pernikahannya, Apa itu Nyengker?
Persiapan dhaup ageng putra bungsu KGPAA PA X yaitu BPH Kusumo Kuntonugroho dengan Laily Annisa Kusumastuti. (Dok Istimewa Media Center)
12:00
9 Januari 2024

Calon Menantu Paku Alam X Jalani Prosesi Nyengker pada Dhaup Ageng Pernikahannya, Apa itu Nyengker?

Prosesi Nyengker merupakan salah satu hal yang harus dilalui oleh calon pengantin yang akan memasuki lingkungan Pura Pakualaman terutama calon pengantin perempuan dari masyarakat biasa.

Mengutip Radar Jogja (Radar Jogja), Ketua Bidang II Panitia Dhaup Ageng Pakualaman 2024, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Radyo Wisroyo, menuturkan, prosesi Nyengker telah dimulai sejak Senin (8/1) oleh calon pengantin perempuan, Laily Annisa Kusumastuti dan keluarganya.

"Ini yang memang berbeda dengan acara pernikahan-pernikahan di masyarakat. Biasanya memang kalau acara nyantri adalah penganten kakung,” ucapnya, Senin (8/1).

Hal ini menurutnya karena yang telah menjadi bagian dari Pakualaman adalah Putra Paku Alam X, BPH Kusumo Kuntonugroho.

Dengan begitu calon pengantin perempuan lah yang wajib masuk ke puri dan ditempatkan di Kagungan Dalem Kepatihan Gandhok Wetan.

"Esensi dari nyengker yang utama adalah mempersiapkan jiwanya sebelum nanti masuk acara lainnya. Ada siraman, midodareni, panggih, sungkem, dan segala macam. Akan digladi semua oleh abdi dalem yang bertugas, termasuk (gladi untuk) orang tua caten putri," ujarnya.

Menurutnya prosesi Nyengker yang dahulu berlangsung satu bulan telah disederhanakan menjadi lebih singkat menyesuaikan perkembangan zaman.

Pada Dhaup Ageng Pakualaman kali ini prosesi ini dilakukan selama dua hari.

"Tapi kita mengambil esensinya, adat ini yang masih kita pegang di adat Pakualaman supaya bisa lestari. Memang kita harapkan tidak menerima tamu yang lain secara bebas. Cuma diberi waktu pada saat midodareni, meski tidak bisa menjumpai teman secara bebas," ujarnya.

KRT Radyo Wisroyo menuturkan jika pada prosesi kali ini tidak terdapat ritual-ritual khusus, seperti berpuasa sebagai bentuk mensucikan jiwa, tidak boleh bertemu dengan calon pengantin laki-laki, dan sebagainya.

"Memang kalau zaman dahulu yang diikuti para pendahulu tidak boleh bertemu dengan calon penganten kakung. Di era sekarang tidak ketemu langsung kan bisa WA dan video call,” tuturnya.

Ia pun menjelaskan bahwa Nyengker tak hanya dimaknai hanya sekadar fisik bagaimana menyembah dan sungkem. Namun, juga mempersiapkan kejiwaan maupun dalam memantapkan hati.

Hal tersebut dikarenakan ketika telah menjadi istri seorang pangeran putra Adipati Pura Pakualaman akan banyak mengikuti berbagai acara adat.

Selain itu, terdapat perbedaan antara prosesi Nyengker yang dilakukan di Keraton Yogyakarta dengan Pura Pakualaman.

Nyengker lingkungan Pura Pakualaman adalah calon pengantin putri yang diterima, sementara di lingkungan Keraton Yogyakarta adalah calon pengantin laki-laki yang diterima.

Tak hanya itu, tempat pelaksanaannya pun berbeda, jika Keraton Yogyakarta menggunakan Bangsal Kasatrian, sementara Pura Pakualaman menggunakan Kagungan Dalem Gedhong Ijem karena tak memiliki bangsal tersebut.

"Inilah kegiatan nyengker yang tidak dijumpai di acara pernikahan masyarakat pada umumnya. Calon penganten kakung juga diberikan gladi, tapi tidak sebanyak putri," pungkas KRT Radyo Wisroyo.

Dalam pernikahan putra dari Adipati Pura Pakualaman ini akan terpasang 52 umbul-umbul setinggi 7 – 7,5 meter yang dipasang di area pelaksanaan Dhaup Ageng.

Umbul-umbul tersebut dipasang di Kagungan Dalem Kepatihan, Pura Pakualaman, serta sekitarnya.

Dekorasi tersebut menggunakan setidaknya 400 papah janur, 50 lebih bambu yang dirangkai menjadi penjor atau umbul-umbul, dan 70 batang pisang. Selain itu, juga menggunakan banyak melati, roncean mawar merah, dan putih.

Dalam pembuatan umbul-umbul tersebut melibatkan setidaknya 70 orang yang terdiri dari 40 penjanur, enam perangkai bunga, dan supporting system sebanyak 10 orang.

Mereka yang terlibat dalam pembuatan umbul-umbul berasal dari perhimpunan profesional, penggemar, dan pembuat rangkaian bunga nusantara yang telah ada sejak 1967 di Yogyakarta.

Editor: Hanny Suwin

Tag:  #calon #menantu #paku #alam #jalani #prosesi #nyengker #pada #dhaup #ageng #pernikahannya #nyengker

KOMENTAR