Paparkan Peluang dan Tantangan Ekonomi 2025, Banggar DPR Ingatkan Kesiapan Hadapi Tantangan Global
Namun, Said mengingatkan bahwa proyeksi positif harus diimbangi dengan kesiapan menghadapi tantangan yang semakin kompleks di tingkat global dan domestik.
Berbagai lembaga internasional, seperti IMF, Bank Dunia, dan OECD, memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan berada di kisaran 5,1–5,2 persen, sejalan dengan target APBN 2025.
Inflasi juga diperkirakan tetap terkendali di level rendah, yakni antara 2,4–2,8 persen, di bawah rata-rata global yang mencapai 3,5 persen.
Menurutnya, dari seluruh proyeksi lembaga kredibel terhadap ekonomi makro Indonesia di tahun 2025, tampak tidak berbeda jauh dengan target APBN.
"Namun, kita tidak boleh terlena atas angka-angka proyeksi tersebut. Sebab, proyeksi bisa saja berubah bila dinamika ekonomi nasional dan global berubah drastis," kata Said dalam keterangannya, Jumat (3/1/2025).
Said menjelaskan, perang tarif antara Tiongkok, Amerika Serikat, dan Uni Eropa diprediksi akan memberikan efek ganda bagi Indonesia.
Di satu sisi, ketidakpastian bisnis global dapat meningkatkan biaya ekspor.
Namun di sisi lain, perang tarif membuka peluang bagi Indonesia untuk menggantikan produk impor yang dibutuhkan negara-negara tersebut.
"Indonesia harus memanfaatkan diplomasi perdagangan internasional untuk membuat tata perdagangan dunia lebih adil, setidaknya tidak merugikan kepentingan nasional Indonesia," tegasnya.
Namun, tantangan lain muncul dari melambatnya ekonomi Tiongkok, mitra dagang terbesar Indonesia.
Bank Dunia, kata dia, memperkirakan pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2025 hanya sebesar 4,5 persen, lebih rendah dibandingkan 2024.
Karenanya, Said meminta pemerintah perlu mencari pasar alternatif untuk mengantisipasi penurunan ekspor ke Tiongkok.
Sementara di dalam negeri, menurutnya, terjadi pelemahan konsumsi rumah tangga dan menurunnya kelas menengah menjadi tantangan utama.
"Pemerintah bisa mengombinasikan program makan siang bergizi gratis untuk siswa guna meningkatkan gizi anak, sekaligus menggerakkan ekonomi UMKM. Libatkan para pelaku UMKM dalam rantai pasok makan bergizi gratis," ucap Said.
Said juga menyoroti pentingnya memperkuat industri manufaktur.
Meskipun kontribusi sektor ini terhadap PDB menurun dari 21,28 persen pada 2014 menjadi 18,67 persen pada 2023, Said optimistis bahwa program hilirisasi dapat menjadi motor kebangkitan industri manufaktur.
"Perluasan hilirisasi bisa merambah ke bahan tambang selain nikel, perkebunan, pertanian, dan kehutanan, terutama yang menjadi kebutuhan rantai pasok global," jelasnya.
Said juga mengingatkan pentingnya diplomasi perdagangan internasional untuk menciptakan tata niaga dunia yang lebih adil.
Di sisi lain, reformasi struktural, seperti pemberantasan korupsi dan peningkatan efisiensi birokrasi, diperlukan untuk menurunkan Incremental Capital Output Ratio (ICOR), yang saat ini tertinggi di antara negara-negara sekelas Indonesia.
"Dengan ICOR yang rendah maka produk ekspor Indonesia bisa berdaya saing di pasar global. Menurunnya tingkat korupsi juga menguatkan kepercayaan kepada pemerintah," ucap Said.
Tag: #paparkan #peluang #tantangan #ekonomi #2025 #banggar #ingatkan #kesiapan #hadapi #tantangan #global