Sejarah dan Makna Hari Pahlawan: Momentum untuk Mengenang, Meneladani, dan Meneruskan Perjuangan Para Kusuma Bangsa
Ilustrasi hari pahlawan. (Freepik)
14:16
9 November 2024

Sejarah dan Makna Hari Pahlawan: Momentum untuk Mengenang, Meneladani, dan Meneruskan Perjuangan Para Kusuma Bangsa

— Menjelang peringatan Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November, sudahkah Anda mengetahui tentang seluk-beluk hari bersejarah bagi bangsa Indonesia ini?

Jas Merah, jangan lupakan sejarah! Yuk, muda-mudi Indonesia, kita kulik bersama tentang peristiwa sejarah yang menjadi bukti bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia mesti dipertahankan dari segala bahaya yang mengancamnya!

Sekutu Hendak Mengambil Alih Negeri, Para Pemuda Gigih Pertahankan Kemerdekaan Pertiwi

Setiap tanggal 10 November, bangsa Indonesia memperingatinya sebagai Hari Pahlawan, yang menjadi simbol keberanian dan perjuangan tanpa kenal takut yang ditunjukkan oleh para pejuang, utamanya arek-arek Suroboyo, dalam mempertahankan kemerdekaan.

Pada hari itu, bangsa Indonesia mengenang dan menghormati jasa para pahlawan yang telah berjuang, khususnya dalam Pertempuran Surabaya 1945, salah satu pertempuran terbesar dan paling berdarah selama masa revolusi nasional Indonesia.

Pertempuran ini terjadi sebab dipicu oleh kedatangan kembali pasukan Sekutu untuk mengambil alih kekuasaan setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.

Kekalahan Jepang pada Perang Dunia II mendorong Inggris untuk kembali datang ke Indonesia di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Aubertin Walter Sothern (A.W.S) Mallaby pada tanggal 25 Oktober 1945.

Tentara Inggris mendapat tugas dari AFNEI atau Allied Forces Netherlands East Indies untuk melucuti para tentang Jepang, menyelamatkan tawanan perang, dan menyingkirkan segala kekuasaan Jepang yang tersisa di Indonesia. Awalnya, kedatangan Inggris disambut baik. Namun, kedatangan tentara Inggris ini kemudian dimanfaatkan oleh Belanda yang saat itu tergabung dalam AFNEI. Setelah dibebaskan oleh Inggris, mereka pun menduduki Pelabuhan Tanjung Perak, Kantor Pos Besar, Gedung Bank Internatio, dan gedung-gedung penting lainnya di Surabaya.

Kemudian, pada tanggal 9 November, para petinggi di Surabaya kala itu menerima surat untuk menyerahkan diri. Setelah menerima ultimatum tersebut, Komandan Pertahanan Kota, Soengkono, mengumpulkan semua unsur kekuatan rakyat seperti TKR (Tentara Keamanan Rakyat) hingga Tentara Pelajar, dan memberikan dua opsi pilihan: 1) mempersilakan siapa pun untuk meninggalkan kota Surabaya dan mencari keamanan; 2) ikut berjuang mempertahankan Surabaya dengan menandatangani sepucuk surat persetujuan bahwa ingin ikut berperang.

Para pejuang di Surabaya yang tidak terima dengan perlakuan semacam ini pun memutuskan untuk mengangkat senjata demi mempertahankan kemerdekaan yang baru saja mereka peroleh; dengan semangat 45, arek-arek Suroboyo segera menyatukan barisan dan bergabung dalam pertempuran besar melawan kekuatan yang jauh lebih unggul dalam hal persenjataan.

Ketika batas waktu ultimatum telah jatuh, tepat pada 10 November 1945, Sekutu mulai melakukan pengeboman secara brutal ke sepenjuru Surabaya. Dengan alat perang yang lebih canggih dan modern, tidak sulit bagi mereka untuk melakukan penghancuran kota. Sayangnya, jiwa patriot dari Arek Suroboyo ini jauh lebih membara daripada serangan Sekutu.

Hanya dengan bermodalkan senjata rampasan dari tentara Jepang yang seadanya saja, para pemuda Surabaya sanggup membuat pasukan Inggris kewalahan. Pemimpin Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) yaitu Bung Tomo terus meneriakkan orasi untuk membakar semangat Arek-arek Suroboyo dengan Slogan yang terkenal hingga saat ini yang berbunyi, “Merdeka atau Mati!”

Pertempuran mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia yang terjadi di Surabaya ini berlangsung selama tiga minggu. Bahkan, pada saat itu Surabaya disebut sebagai neraka, karena pertempuran ini menimbulkan korban jiwa yang sangat banyak, sekitar 20.000 orang.

Semangat tak kenal menyerah inilah yang kini dikenang sebagai inspirasi dan simbol heroisme bangsa Indonesia.

Momentum untuk Mengenang, Meneladani, dan Meneruskan Perjuangan Para Pahlawan

Hari Pahlawan menjadi momentum yang tepat bagi bangsa ini untuk mengenang kembali jasa dan perjuangan para pahlawan bangsa, baik yang bernama ataupun tidak, yang telah berjuang mengusir penjajah di mana puncaknya terjadi pada peristiwa heroik di Surabaya, 10 November 1945.

Perjuangan demi perjuangan yang dilakukan para pahlawan untuk merebut dan mempertahankan Kemerdekaan, harus ditauladani saat ini hingga nanti. Pun dewasa ini, ketika sosok pahlawan tak lagi hanya melekat pada mereka yang terjun ke medan perang, dan siapa pun bisa menjadi pahlawan untuk siapa saja. Sudah saatnya bagi anda, para pemuda harapan bangsa, untuk menjadi sosok penerus para pahlawan bangsa.

79 tahun telah berlalu sejak pecah pertempuran mempertahankan kemerdekaan bangsa di Surabaya. Namun, perjuangan belum usai. Kini, para pahlawan itu bukan berperang menggunakan bambu runcing dan senjata rampasan, tapi dengan akal dan pikiran.

Sebagai generasi muda, anda harus terus menjaga dan meyakini makna dari Hari Pahlawan ini, yaitu untuk terus berjuang membangun Indonesia menjadi lebih baik lagi di masa depan.

Editor: Setyo Adi Nugroho

Tag:  #sejarah #makna #hari #pahlawan #momentum #untuk #mengenang #meneladani #meneruskan #perjuangan #para #kusuma #bangsa

KOMENTAR