KAI Jangan Hanya Fokus Tambah Kereta Mahal
- PT KAI (Kereta Api Indonesia) diminta menambah komitmen di sektor keselamatan. Tidak hanya fokus menambah kereta-kereta eksklusif nan mahal.
"Harapannya, ini jadi pembelajaran terakhir bagi PT KAI untuk fokus pada keselamatan. Kereta-kereta mahal mungkin lebih baik dikurangi, lalu konsentrasi untuk pengembangan kereta yang berkeselamatan," ujar pengamat transportasi Darmaningtyas kepada Jawa Pos kemarin (5/1).
Menurut dia, fokus keselamatan harus jadi isu penting bagi manajemen KAI maupun Kementerian Perhubungan sebagai regulator. Apalagi, beberapa waktu terakhir ada sejumlah insiden menonjol yang melibatkan kereta api.
Sementara itu, pengamat transportasi dan tata kota Universitas Trisakti Yayat Supriatna menilai PT KAI sudah cukup berupaya untuk meminimalkan terjadinya kecelakaan kereta api. Untuk itu, sebagai bahan evaluasi, perlu ditunggu hasil investigasi KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi). Apakah di dalamnya murni faktor human error atau ada masalah teknis.
"Kalau masalah human error, harus jadi catatan di mana letak kesalahan atau upaya perbaikan SDM (sumber daya manusia)-nya. Kalau terkait teknis, di mana letak kegagalan operasionalnya," katanya.
Menurut Yayat, PT KAI beberapa waktu terakhir sedang mendapat apresiasi karena prestasi kerjanya. Untuk itu, dia berharap insiden seperti di Cicalengka tidak terulang. Agar masyarakat tidak punya keraguan terhadap keselamatan perjalanan dengan kereta api.
"Ke depan, perlu dilakukan evaluasi pada lintasan yang paling rawan dan berpotensi kecelakaan. Perlu ada perbaikan sistem informasi dan teknologinya, serta upaya peningkatan SDM yang terlibat dalam operasionalnya," katanya.
Terakhir, sambung Yayat, jika dari temuan investigasi KNKT terbukti ada human error atau unsur kelalaian dalam pengaturan perjalanan, PT KAI harus siap mengambil tindakan tegas. "Perlu diketahui apakah peristiwa ini sering menjadi penyebabnya. Apakah kesalahan satu atau dua orang, atau kolektif. Kalau ditemukan kesalahan, harus diberi sanksi hukuman yang tegas," ucapnya.
Di sisi lain, pakar transportasi ITB Sony Sulaksono Wibowo menilai adanya jalur tunggal (single track) di jalur kereta api Indonesia membuat jalur itu rawan kecelakaan. "Dalam prosedur kereta api, untuk single track, kereta api harus bergantian. Kereta yang jadi prioritas itu biasanya Turangga. Nanti kereta api lokal masuk ke salah satu emplasemen di stasiun terdekat, menunggu kereta Turangga lewat, baru kereta lokal masuk ke jalur utama," tuturnya.
Sony mengatakan, tabrakan kereta api di jalur yang sama bisa terjadi karena masalah sinyal, komunikasi, dan sebagainya. "Ada kemungkinan miskomunikasi. Apakah salah dari sinyal, salah masinisnya, atau salah dari isyaratnya. Karena ada komunikasi lewat sinyal dan lewat isyarat," ujarnya.
Terkait kecelakaan itu, Sony berharap segera dibangun jalur ganda (double track) agar tidak terjadi insiden serupa. "Memang harus disegerakan pembangunan (double track) jalur selatan. Yang sudah double track baru jalur utara. Jalur selatan sempat tertunda. Karena bagaimanapun kereta api masih jadi angkutan favorit untuk jarak jauh, terutama saat musim liburan," paparnya.
Di sisi lain, dibutuhkan peningkatan dari berbagai kemungkinan timbulnya masalah di lapangan terkait komunikasi. Mulai dari perbaikan sinyal hingga komunikasi isyarat di jalur yang masih single track. (agf/pra/rls/c18/ttg)