Saat Damkar Sleman Jadi Pelarian Warga untuk Segala Masalah: Dari Ular hingga Urusan Hati
Personel Damkar Kabupaten Sleman. (ist)
15:28
27 November 2025

Saat Damkar Sleman Jadi Pelarian Warga untuk Segala Masalah: Dari Ular hingga Urusan Hati

Baca 10 detik
  • Laporan non-kebakaran di Damkar Sleman meningkat signifikan pascapandemi, melebihi laporan kebakaran dengan rasio 1:7.
  • Petugas damkar kini melayani berbagai laporan unik, mulai dari satwa hingga konsultasi pribadi, termasuk adanya laporan hoaks.
  • Keterbatasan sarana prasarana dan personel Damkar Sleman menjadi tantangan signifikan meskipun kepercayaan publik meningkat.

Dalam beberapa waktu terakhir, muncul fenomena baru: warga lebih memilih mengadu ke petugas pemadam kebakaran (damkar) ketimbang ke polisi, baik untuk urusan serius maupun yang dianggap remeh.

Tren ini juga dirasakan oleh petugas Damkar Kabupaten Sleman. Laporan non-kebakaran meningkat tajam dan kini jumlahnya jauh lebih besar dibanding laporan kebakaran.

Kepala Seksi Operasional dan Investigasi Bidang Damkar Satpol PP Sleman, Nawa Murtiyanto, menyebut perubahan ini mulai terasa sejak pascapandemi Covid-19.

“Sebenarnya ini pascacovid tren itu naik. Kita berbicara Indonesia ya, pascacovid naik. Ini terlepas dari situasi politik,” kata Nawa, Kamis (27/11/2025).

Laporan Meluas: Dari Satwa, Masalah Pribadi, Hingga Skripsi

Menurut Nawa, jenis laporan yang masuk kini jauh melebar dari urusan kebakaran. Mulai dari penangkapan satwa, barang hilang, hingga kasus serius yang menyangkut nyawa manusia.

Hingga kini, permintaan penanganan satwa—khususnya ular dan tawon—masih menjadi yang paling sering diminta. Setiap hari, Damkar Sleman menerima 5–6 laporan non-kebakaran. Rasio kasus kebakaran dibanding non-kebakaran bahkan sudah mencapai 1:7.

“Dulu itu awalnya kan ular. Ular, kucing, baru tawon. Itu yang kemudian merembet ke yang lainnya. Mulai dari yang serius sampai yang menurutku ya tidak serius,” ujarnya.

Hal sepele pun pernah dilaporkan, seperti ponsel atau kunci motor jatuh ke got.

Meski begitu, tetap ada kasus berbahaya yang membutuhkan respons cepat, termasuk penyelamatan nyawa.

“Yang serius pernah ada upaya bunuh diri, percobaan bunuh diri naik ke tower,” kata Nawa.

Beberapa warga bahkan meminta bantuan yang berada di luar kewenangan damkar, seperti konsultasi masalah rumah tangga hingga mencari pasangan hidup. Ada juga mahasiswa yang datang atau menghubungi lewat WhatsApp untuk meminta bantuan tugas kuliah.

“Kita tetap layani dengan baik,” ujarnya.

Laporan Hoaks Masih Sering Terjadi

Damkar Sleman juga menghadapi laporan palsu atau hoaks yang dikirim oknum tak bertanggung jawab. Sebagian besar laporan masuk lewat WhatsApp dan telepon.

“Itu sudah sering. Baru empat hari yang lalu juga ada yang iseng, ada yang ngetes,” ungkap Nawa.

Verifikasi tidak bisa dilakukan jarak jauh dan harus dicek langsung di lokasi. “Kalau kebakaran mungkin bisa ya karena saksi mata banyak. Tapi kalau laporan ular dan lainnya, tetap harus didatangi,” katanya.

Kebutuhan Skill Tambahan

Tingginya permintaan layanan non-kebakaran membuat personel damkar harus memperluas kompetensi. Damkar Sleman rutin mengirim personel untuk mengikuti pelatihan penyelamatan.

“Terkait ketugasan berhadapan dengan ular, tawon, itu awalnya otodidak. Kita belajar dari YouTube, literasi, lalu dikuatkan dengan mendatangkan ahli dan praktisi,” jelasnya.

Sarana dan Personel Masih Minim

Di tengah naiknya kebutuhan layanan, fasilitas Damkar Sleman justru terbatas. Tahun ini, mereka gagal melakukan pengadaan alat karena aturan pusat mewajibkan penggunaan produk dalam negeri, sementara sebagian besar peralatan pemadam masih impor.

“Mobil kita ada delapan, tapi yang layak operasi hanya empat,” katanya.

Jumlah itu dinilai jauh dari cukup untuk mengakomodasi seluruh wilayah Sleman. Idealnya Sleman memiliki enam pos, namun saat ini baru ada dua pos dengan total 36 personel—padahal kebutuhan ideal mencapai 56 personel.

Meski sarana terbatas, Nawa memastikan penanganan kejadian—khususnya non-kebakaran—masih bisa diupayakan.

Naiknya Kepercayaan Publik

Fenomena warga lebih memilih damkar daripada polisi disebut Nawa tak lepas dari naiknya tingkat kepercayaan publik. Reputasi damkar terbangun dari pengalaman langsung warga dan diperkuat oleh media sosial.

“Gelombang kepercayaan ini ada di media sosial. Ketika itu terverifikasi netizen, sudah tidak ada yang bisa membantah,” ujarnya.

“Nah, tingkat kepercayaan ini yang akhirnya terus menaikkan harapan publik terhadap damkar,” tutupnya.

Editor: Vania Rossa

Tag:  #saat #damkar #sleman #jadi #pelarian #warga #untuk #segala #masalah #dari #ular #hingga #urusan #hati

KOMENTAR