Prabowo: Kesalahan Besar Banyak Negara Asia Tenggara Cenderung Ikut Kekuatan Besar Dunia
Presiden Prabowo Subianto saat menyampaikan pidato di sesi pleno The 28th St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF 2025) yang digelar di Kota St Petersburg, Rusia Jumat (20/6/2025). (Dok. Sekretariat Presiden )
22:36
20 Juni 2025

Prabowo: Kesalahan Besar Banyak Negara Asia Tenggara Cenderung Ikut Kekuatan Besar Dunia

Presiden Prabowo mengungkapkan bahwa banyak negara di Asia Tenggara cenderung mengikuti kekuatan terbesar dan terkuat di dunia.

Hal ini merupakan kesalahan besar bagi banyak negara tersebut.

Menurutnya, setiap negara perlu memiliki kebijakan ekonomi dan filosofi ekonominya sendiri.

"Setiap negara perlu memiliki kebijakan ekonomi dan filosofi ekonominya sendiri. Salah satu kesalahan besar banyak negara di Asia Tenggara adalah kita cenderung selalu mengikuti kekuatan terbesar dan terkuat di dunia," kata Prabowo saat berbicara di St. Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (20/6/2025).

Kepala Negara menuturkan bahwa fenomena tersebut menciptakan dominasi pada filosofi pasar bebas klasik kapitalis neoliberal dalam 30 tahun terakhir.

"Dan elite Indonesia mengikuti filosofi ini. Dan karenanya, menurut saya, kita belum berhasil menciptakan lapangan bermain yang setara bagi semua rakyat kita," tutur Prabowo.

Karena filosofi itulah, kekayaan banyak dipegang oleh segelintir pihak saja.

Di Indonesia, misalnya, kekayaan berkelindan hanya pada 1 persen kalangan.

Padahal, kata dia, Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi sekitar 5 persen selama tujuh tahun berturut-turut.

"Ya, 5 persen dalam tujuh tahun, tetapi kita belum berhasil mencapai apa yang disebut trickle down effect. Kekayaan tetap berada di atas kurang dari 1 persen (kelompok masyarakat). Dan ini bukan rumus untuk mencapai kesuksesan, menurut pendapat saya," beber Prabowo.

Oleh karenanya, lanjut Prabowo, masing-masing negara harus mengikuti filosofi ekonominya sendiri, yang selaras dan dapat diterima oleh budaya serta latar belakang masing-masing negara.

Oleh karena itu, ia telah memilih jalan kompromi, yaitu jalan sosialisme terbaik dan kapitalisme terbaik, bukan sosialisme murni ataupun kapitalisme murni.

"Sosialisme murni, kita melihat banyak peluang, dan banyak kasus orang tidak mau bekerja. Kapitalisme murni menghasilkan ketimpangan, menghasilkan hanya sebagian kecil yang menikmati hasil kekayaan," jelas Prabowo.

"Namun jalan yang kita tempuh adalah jalan tengah. Kita ingin menggunakan kreativitas kapitalisme, inovasi, inisiatif, ya, kita membutuhkannya," tandas Prabowo.

Tag:  #prabowo #kesalahan #besar #banyak #negara #asia #tenggara #cenderung #ikut #kekuatan #besar #dunia

KOMENTAR