Fadli Zon: Pernyataan Saya Tak Menihilkan Penderitaan Korban Mei 1998
Menteri Kebudayaan RI Fadli Zon diwawancarai usai diskusi publik Sastra Mendunia di Gedung Kementerian Kebudayaan, Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (11/6/2025).(KOMPAS.com/MELVINA TIONARDUS)
13:46
16 Juni 2025

Fadli Zon: Pernyataan Saya Tak Menihilkan Penderitaan Korban Mei 1998

- Menteri Kebudayaan Fadli Zon menegaskan bahwa pernyataannya soal kerusuhan 13-14 Mei 1998 tidak dimaksudkan untuk menafikan adanya penderitaan para korban, termasuk kekerasan seksual yang terjadi saat itu.

Hal ini disampaikan Fadli dalam keterangan tertulis, pada Senin (13/6/2025), setelah menuai kritik atas pernyataannya dalam sebuah wawancara publik yang menyebut tidak ada “perkosaan massal” dalam peristiwa tersebut.

“Apa yang saya sampaikan tidak menegasikan berbagai kerugian ataupun menihilkan penderitaan korban yang terjadi dalam konteks huru hara 13-14 Mei 1998,” kata Fadli.

Fadli menyatakan, dirinya tetap mengecam berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan, baik yang terjadi di masa lalu maupun yang masih terjadi sekarang.

“Saya tentu mengutuk dan mengecam keras berbagai bentuk perundungan dan kekerasan seksual pada perempuan yang terjadi pada masa lalu dan bahkan masih terjadi hingga kini,” ujar dia.

Ia mengaku, pernyataannya berangkat dari keprihatinan akan penggunaan istilah “perkosaan massal” yang dinilainya masih memerlukan kehati-hatian dan verifikasi berbasis data.

“Liputan investigatif sebuah majalah terkemuka tak dapat mengungkap fakta-fakta kuat soal ‘massal’ ini. Bahkan, laporan tim gabungan pencari fakta (TGPF) ketika itu hanya menyebut angka tanpa data pendukung yang solid baik nama, waktu, peristiwa, tempat kejadian, atau pelaku,” kata Fadli.

Ia menilai, sejarah harus disampaikan dengan dasar yang kuat secara hukum dan akademik.

“Penting untuk senantiasa berpegang pada bukti yang teruji secara hukum dan akademik, sebagaimana lazim dalam praktik historiografi. Apalagi, menyangkut angka dan istilah yang masih problematik,” ujar dia.

Menurut Fadli, istilah “massal” dalam konteks kekerasan seksual pada kerusuhan 1998 sudah lama menjadi perdebatan.

“Istilah ‘massal’ juga telah menjadi pokok perdebatan di kalangan akademik dan masyarakat selama lebih dari dua dekade, sehingga sensitivitas seputar terminologi tersebut harus dikelola dengan bijak dan empatik,” ucap dia.

Ia menegaskan bahwa kejahatan tetap terjadi di masa kerusuhan, namun penggunaan istilah tertentu perlu kehati-hatian.

“Berbagai tindak kejahatan terjadi di tengah kerusuhan 13-14 Mei 1998, termasuk kekerasan seksual. Namun, terkait ‘perkosaan massal’ perlu kehati-hatian karena data peristiwa itu tak pernah konklusif,” kata Fadli.

Tag:  #fadli #pernyataan #saya #menihilkan #penderitaan #korban #1998

KOMENTAR