7 Kebiasaan yang Menunjukkan Seseorang Memiliki Kekurangan Kemampuan Berpikir Kritis, Menurut Psikologi
Ilustrasi Kebiasaan yang Menunjukkan Seseorang Memiliki Kekurangan Kemampuan Berpikir Kritis. (freepik)
10:42
11 Desember 2024

7 Kebiasaan yang Menunjukkan Seseorang Memiliki Kekurangan Kemampuan Berpikir Kritis, Menurut Psikologi

 

JawaPos.Com - Pernahkah Anda bertemu seseorang yang tampaknya sulit untuk melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang?    Atau mungkin mereka cepat sekali menyimpulkan sesuatu tanpa mempertimbangkan fakta yang lebih luas?    Berpikir kritis adalah keterampilan penting dalam menghadapi kompleksitas dunia modern.    Namun tidak semua orang memilikinya, bahkan sering kali mereka tidak menyadari bahwa kemampuan ini kurang terasah dalam diri mereka.    Dilansir dari Personal Branding Blog, psikologi membantu kita memahami tanda-tanda halus yang menunjukkan seseorang mungkin kurang memiliki kemampuan berpikir kritis.    Tanda-tanda ini sering kali terlihat dalam kebiasaan sehari-hari, keputusan yang diambil, atau cara mereka merespons suatu situasi.    Apakah Anda atau orang terdekat Anda menunjukkan tanda-tanda berikut ini?  

  1. Terburu-buru Menyimpulkan Tanpa Mempertimbangkan Fakta

Salah satu ciri utama orang yang kurang berpikir kritis adalah kebiasaan mereka menyimpulkan sesuatu dengan cepat tanpa mempertimbangkan fakta-fakta yang ada. 

Mereka cenderung terpengaruh oleh informasi pertama yang diterima tanpa mencoba mencari tahu lebih lanjut atau memvalidasi kebenarannya. 

Misalnya, ketika mendengar rumor tentang seseorang, mereka langsung mempercayainya tanpa menyelidiki sumber informasi tersebut.

Kebiasaan terburu-buru ini sering kali berdampak buruk, terutama ketika mereka menghadapi masalah yang membutuhkan analisis mendalam. 

Ketika keputusan diambil tanpa pertimbangan matang, hasilnya cenderung tidak optimal atau bahkan salah. 

Dalam dunia kerja, misalnya, sikap seperti ini bisa mengakibatkan kerugian karena keputusan yang diambil berdasarkan asumsi belaka, bukan bukti nyata.

Untuk mengatasi kebiasaan ini, penting bagi seseorang untuk melatih diri memperlambat proses pengambilan keputusan. 

Salah satu cara yang efektif adalah dengan mempraktikkan metode “check and balance” terhadap setiap informasi yang diterima. 

Dengan kata lain, biasakan untuk mengevaluasi sumber informasi, memeriksa keabsahannya, dan mempertimbangkan berbagai perspektif sebelum menarik kesimpulan. 

2. Kesulitan Melihat dari Perspektif Lain

Kemampuan untuk melihat suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda adalah bagian penting dari berpikir kritis. 

Sayangnya, orang yang kurang berpikir kritis cenderung terpaku pada cara pandang mereka sendiri. 

Mereka sering kali mengabaikan pendapat orang lain, bahkan ketika pendapat tersebut didukung oleh fakta atau argumen yang kuat.

Sikap ini biasanya berakar pada rasa tidak nyaman untuk keluar dari kerangka berpikir yang sudah mereka bangun. 

Akibatnya, mereka sulit menerima perubahan, enggan berkompromi, dan sering kali terlibat dalam konflik karena tidak mampu memahami apa yang dirasakan atau dipikirkan orang lain. 

Misalnya, dalam diskusi kelompok, mereka mungkin menolak ide baru hanya karena ide tersebut berbeda dari apa yang mereka yakini.

Melatih empati adalah langkah penting untuk memperbaiki pola pikir ini. 

Dengan mencoba memahami perasaan dan sudut pandang orang lain, seseorang tidak hanya memperluas wawasan tetapi juga membangun hubungan yang lebih baik dengan orang-orang di sekitarnya. 

Dalam dunia yang semakin kompleks dan beragam, kemampuan ini menjadi semakin penting untuk menghadapi berbagai tantangan.

3. Terlalu Percaya Diri dengan Kebenaran Pendapatnya

Keyakinan diri memang penting, tetapi jika berlebihan, hal ini bisa menjadi hambatan bagi berpikir kritis. 

Orang yang terlalu percaya diri dengan pendapat mereka sering kali menolak untuk mempertanyakan pandangan mereka sendiri, bahkan ketika fakta atau bukti menunjukkan sebaliknya. 

Mereka menganggap bahwa cara berpikir mereka adalah yang paling benar, sementara pendapat orang lain dianggap kurang relevan atau salah.

Sikap ini mencerminkan pola pikir yang kaku, di mana seseorang merasa nyaman dalam keyakinannya tanpa merasa perlu mengevaluasi atau mencari perspektif baru. 

Sayangnya, pola pikir seperti ini sering kali menghambat pembelajaran dan perkembangan pribadi. 

Misalnya, dalam situasi kerja, seorang pemimpin yang terlalu percaya diri dengan pendekatannya sendiri mungkin gagal melihat peluang inovasi yang ditawarkan oleh timnya.

Untuk mengembangkan berpikir kritis, penting bagi seseorang untuk mengadopsi sikap "humble inquiry" atau kerendahan hati dalam bertanya. 

Dengan bersedia menerima kritik dan belajar dari orang lain, seseorang dapat memperkaya wawasan dan menemukan solusi yang lebih efektif untuk setiap masalah yang dihadapi.

4. Kesulitan Melakukan Refleksi Diri

Berpikir kritis melibatkan kemampuan untuk melakukan evaluasi terhadap pemikiran, tindakan, dan keputusan yang telah diambil. 

Namun, orang yang kurang berpikir kritis cenderung menghindari introspeksi atau refleksi diri. 

Mereka lebih fokus pada mencari kesalahan orang lain daripada mengakui kekurangan mereka sendiri.

Kesulitan ini sering kali berakar pada rasa tidak nyaman untuk menghadapi kenyataan tentang diri sendiri. 

Ketika seseorang tidak terbiasa merenung, mereka kehilangan kesempatan untuk belajar dari kesalahan dan meningkatkan kualitas pemikiran mereka. 

Akibatnya, pola kesalahan yang sama cenderung terus berulang. Refleksi diri adalah kebiasaan yang dapat dilatih. 

Misalnya, dengan meluangkan waktu setiap hari untuk merenungkan apa yang telah dilakukan, apa yang bisa diperbaiki, dan bagaimana cara melakukannya lebih baik di masa depan. 

Proses ini mungkin tidak nyaman pada awalnya, tetapi seiring waktu, hal ini akan membantu seseorang untuk berkembang menjadi individu yang lebih bijaksana dan efektif.

5. Cenderung Mengikuti Apa yang Dilakukan Banyak Orang

Orang yang kurang berpikir kritis sering kali terjebak dalam pola pikir kolektif, di mana mereka menganggap bahwa sesuatu yang populer pasti benar. 

Prinsip “jika semua orang melakukannya, pasti benar” menjadi pedoman utama dalam tindakan mereka.

Namun, pola pikir seperti ini sangat rentan terhadap pengaruh negatif. Misalnya, mereka mungkin mengikuti tren atau keputusan kelompok tanpa mempertimbangkan apakah hal tersebut sesuai dengan nilai atau logika mereka sendiri. 

Dalam situasi yang lebih serius, pola pikir ini bisa menyebabkan seseorang terlibat dalam keputusan atau tindakan yang merugikan, hanya karena ingin "menyesuaikan diri" dengan lingkungan.

Melatih keberanian untuk berpikir secara mandiri adalah langkah penting untuk mengatasi kebiasaan ini. 

Dengan mempertanyakan setiap informasi atau tindakan yang diikuti banyak orang, seseorang dapat menghindari jebakan pola pikir kolektif dan membuat keputusan yang lebih bijaksana.

6. Mudah Terjebak oleh Informasi Menyesatkan

Pernah mendengar istilah "pisang di knalpot"? Istilah ini menggambarkan seseorang yang mudah tertipu oleh informasi palsu atau tipuan sederhana. 

Orang yang kurang berpikir kritis cenderung mempercayai klaim yang terdengar meyakinkan tanpa memverifikasi kebenarannya.

Hal ini sering kali terjadi karena mereka tidak terbiasa menganalisis informasi secara mendalam. 

Mereka cenderung hanya melihat permukaan tanpa mencoba menggali lebih dalam atau mengevaluasi sumber informasi. 

Akibatnya, mereka menjadi sasaran empuk bagi hoaks, teori konspirasi, atau bahkan penipuan finansial.

Mengembangkan kebiasaan untuk memeriksa sumber informasi dan mencari bukti pendukung adalah langkah penting untuk melindungi diri dari informasi menyesatkan. 

Dengan berpikir kritis, seseorang tidak hanya menjadi lebih waspada tetapi juga lebih percaya diri dalam menghadapi arus informasi yang begitu deras di era digital ini.

7. Kurang Memiliki Rasa Ingin Tahu yang Kuat

Rasa ingin tahu adalah bahan bakar utama bagi kemampuan berpikir kritis. Orang yang kurang berpikir kritis biasanya tidak terlalu tertarik untuk mengeksplorasi ide atau perspektif baru. 

Mereka cenderung merasa nyaman dalam zona aman dan enggan menghadapi tantangan yang mungkin mengguncang cara berpikir mereka.

Kurangnya rasa ingin tahu ini sering kali membatasi mereka untuk berkembang. 

Ketika seseorang tidak berusaha mencari jawaban atas pertanyaan "mengapa" atau "bagaimana," mereka kehilangan kesempatan untuk memahami dunia dengan lebih baik. 

Dalam jangka panjang, sikap ini membuat mereka menjadi kurang adaptif terhadap perubahan atau tantangan baru.

Untuk memupuk rasa ingin tahu, seseorang bisa mulai dengan membaca buku, mengikuti diskusi, atau mencoba hal-hal baru yang sebelumnya belum pernah mereka lakukan.    Dengan melibatkan diri dalam proses pembelajaran terus-menerus, mereka akan membuka pintu untuk berpikir kritis dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.     ***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #kebiasaan #yang #menunjukkan #seseorang #memiliki #kekurangan #kemampuan #berpikir #kritis #menurut #psikologi

KOMENTAR