4 Frasa Halus yang Hanya Digunakan oleh Orang yang Tidak Percaya Diri, Kata Seorang Psikolog
- Anda mungkin berpikir bahwa Anda percaya diri, namun kata-kata Anda bisa saja menceritakan kisah yang berbeda.
Percaya diri bukan hanya tentang bagaimana Anda membawa diri Anda; kepercayaan diri terjalin dalam frasa yang Anda gunakan setiap hari.
Tanpa disadari, ekspresi halus tertentu dapat mengungkapkan keraguan diri dan rasa tidak aman, bahkan ketika Anda berpikir bahwa Anda memproyeksikan kekuatan.
Menurut para psikolog, orang yang tidak percaya diri sering menggunakan frasa tertentu yang meruntuhkan kredibilitas, otoritas, atau harga diri mereka.
Dalam artikel ini, kami akan mengungkap 4 frasa halus ini dan menjelaskan bagaimana cara menggantinya dengan bahasa yang lebih memberdayakan. Dikutip dari hackspirit pada Minggu (8/12), berikut 4 frasanya.
1) “Saya minta maaf, tapi...”
Frasa ini adalah frasa yang umum digunakan oleh mereka yang kurang percaya diri. Mereka cenderung meminta maaf secara berlebihan, bahkan ketika tidak diperlukan.
Misalnya, mereka mungkin berkata, “Maaf, tapi bisakah Anda memberikan garamnya?” Permintaan maaf yang tidak perlu ini, menurut para psikolog, adalah cara untuk mengurangi rasa percaya diri mereka.
Ketika seseorang yang tidak percaya diri menggunakan frasa ini, mereka secara tidak sengaja menunjukkan keyakinan mereka bahwa permintaan atau pendapat mereka mungkin menjadi beban bagi orang lain. Penggunaan kata “maaf” yang berlebihan ini dapat menjadi penghalang, mencegah mereka untuk menegaskan diri mereka sendiri karena takut merepotkan orang lain.
Ganti “Maaf, tapi...” dengan alternatif yang lebih langsung dan sopan seperti, “Bisakah Anda mengambilkan garam?” Mengucapkan permintaan maaf menunjukkan rasa percaya diri sekaligus tetap sopan.
Simpan permintaan maaf untuk saat-saat yang benar-benar diperlukan-ini akan membuatnya lebih bermakna ketika Anda menggunakannya.
2) “Saya baru saja beruntung”
Ungkapan ini mungkin tampak seperti menunjukkan kerendahan hati, tetapi sering kali merupakan indikator kurangnya rasa percaya diri.
Ketika seseorang terus-menerus mengaitkan kesuksesan mereka dengan keberuntungan, mereka meremehkan keterampilan, upaya, dan pencapaian mereka, menunjukkan bahwa mereka tidak benar-benar percaya pada kemampuan mereka sendiri.
Tidak jarang orang yang tidak percaya diri merasa seperti penipu dalam kehidupan mereka sendiri, seolah-olah mereka telah menipu orang lain untuk percaya bahwa mereka kompeten. Hal ini dikenal sebagai Sindrom Penipu dan dapat menyebabkan rasa takut yang terus-menerus untuk 'ketahuan'.
Meskipun benar bahwa keberuntungan dapat berperan dalam hidup kita, kesuksesan yang konsisten jarang terjadi hanya karena keberuntungan. Biasanya kesuksesan berasal dari kerja keras, tekad, dan kemampuan.
Coba akui peran Anda dalam pencapaian Anda dengan mengatakan sesuatu seperti, “Saya bekerja keras untuk ini” atau “Saya bangga dengan usaha yang saya lakukan.”
Hal ini tidak terkesan sombong-ini adalah pengakuan jujur atas kontribusi Anda dan langkah untuk menerima nilai Anda.
3) “Saya bukan ahlinya”
Ungkapan ini adalah tanda halus lain dari rasa percaya diri yang rendah. Orang yang terus-menerus meremehkan pengetahuan atau keterampilan mereka sering kali bergumul dengan keraguan diri. Mereka mungkin merasa tidak memiliki hak untuk berbicara atau berbagi ide, bahkan ketika mereka memiliki informasi yang cukup tentang topik tersebut.
Hal yang menarik adalah, keraguan diri ini dapat muncul bahkan pada individu yang sangat kompeten. Hal ini disebut efek Dunning-Kruger, di mana mereka yang memiliki kemampuan tinggi dalam suatu tugas meremehkan kompetensi mereka.
Jadi, ketika Anda mendengar seseorang berkata, “Saya bukan ahlinya,” mereka mungkin sebenarnya tahu lebih banyak daripada yang mereka tunjukkan. Mereka mungkin hanya ragu-ragu untuk menyatakan pengetahuan mereka karena merasa tidak percaya diri.
Mengenali frasa ini dan implikasinya dapat membantu kita lebih percaya pada kemampuan kita dan mengingatkan diri kita sendiri untuk percaya pada pengetahuan dan keterampilan kita sendiri.
4) “Ini mungkin bodoh, tapi...”
Ketika seseorang mengawali pemikiran atau ide mereka dengan kalimat ini, itu adalah tanda bahwa mereka tidak menghargai perspektif mereka sendiri.
Mereka mungkin takut ide mereka akan ditolak atau ditertawakan, jadi mereka mengalahkan orang lain dengan mengkritik diri mereka sendiri terlebih dahulu.
Penting untuk diingat bahwa pemikiran dan ide setiap orang memiliki nilai. Tidak ada ide yang pada dasarnya 'bodoh'. Terkadang, ide yang paling tidak konvensional justru menjadi ide yang paling revolusioner.
Coba perkenalkan ide Anda dengan percaya diri dengan mengatakan, “Ini ide yang ingin saya sampaikan...” atau “Apa pendapat Anda tentang ide ini?”
Frasa-frasa ini menandakan bahwa Anda menghargai perspektif Anda sendiri sambil mengundang masukan yang konstruktif, sehingga menciptakan landasan yang lebih kuat untuk dialog yang tulus.
Tag: #frasa #halus #yang #hanya #digunakan #oleh #orang #yang #tidak #percaya #diri #kata #seorang #psikolog