7 Tanda Kamu Perlu Menjauh dari Anggota Keluarga yang Toxic Menurut Psikologi, Saatnya Mulai Prioritaskan Kesehatan Mentalmu!
- Hubungan yang beracun dapat merusak mental. Tetapi hubungan toxic yang hadir dari ikatan keluarga menjadi salah satu keputusan mustahil yang sulit untuk ditinggalkan atau dijauhi.
Namun, psikologi telah mengungkapkan bahwa memelihara hubungan ini mungkin akan lebih banyak menimbulkan kerugian daripada manfaat. Kamu akan merasakan cemas, depresi, hingga rasa bersalah setelah setiap interaksi dengan mereka.
Jika perasaan ini berlanjut, maka hal yang perlu kamu prioritaskan adalah kesehatan mental.
Dilansir dari Baseline Mag, terdapat 7 tanda psikologis yang menunjukkan bahwa mungkin sudah saatnya kamu untuk menjauh dari anggota keluarga yang beracun atau toxic.
1. Terkuras emosi secara konsisten
Dalam hubungan apapun pastinya ada pasang surut. Namun, saat kamu berhadapan dengan anggota keluarga yang toxic, pola negatif ini datang secara konsisten yang membuat kamu merasa terkuras secara emosional.
Saat berhadapan dengannya kamu akan selalu berada dalam posisi waspada dan mengantisipasi setiap komentar menyakitkan atau ledakan emosi berikutnya. Kritik yang terus menerus, pengalihan kesalahan, atau perasaan bersalah dapat membuat cemas, tertekan, atau bahkan meragukan harga diri.
Ingatlah, setiap orang punya hari-hari buruk atau saat-saat lemah. Namun, jika kenegatifan hadir terus-menerus dan luapan emosi tampaknya tak berujung, itu mungkin pertanda dinamika yang beracun.
2. Merasa ringan saat mereka tidak ada
Kamu mungkin merasa bahwa saat jauh dari orang-orang ini, ada beban yang terangkat dari pundak. Kamu akan merasa lebih rileks, menjadi diri sendiri, dan tidak terlalu stres. Tawa lebih mudah datang, begitupula ketenangan pikiran.
Sungguh suatu kesadaran aneh ketika ketidakhadiran anggota keluarga tertentu terasa lebih seperti kebebasan daripada kesepian. Keluarga seharusnya menjadi sumber dukungan dan kasih sayang, bukan sumber stres yang tak berkesudahan.
Jika ketidakhadiran mereka membawa kelegaan alih-alih kerinduan, mungkin sudah saatnya untuk mengevaluasi kembali hubungan kamu dengan mereka.
3. Kesehatan fisik yang terganggu
Kita seringkali meremehkan dampak lingkungan emosional terhadap kesehatan fisik. Namun, stres dan kecemasan dapat terwujud dalam bentuk berbagai gejala fisik. Gejalanya dapat berupa sakit kepala yang terus muncul, masalah perut, hingga kondisi yang lebih serius.
Faktanya sistem respon stres tubuh jika terus menerus diaktifkan dapat memicu peradangan dan perubahan pada cara tubuh berfungsi sehingga dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan.
4. Terus menerus mendapatkan persetujuan
Wajar saja jika kita ingin anggota keluarga bangga pada kita. Namun, jika kamu terus menerus selalu berusaha keras untuk mencapai standar persetujuan yang sulit itu bisa menjadi pertanda dinamika yang buruk.
Kamu mungkin akan merasa bahwa apapun yang dilakukan tidak pernah cukup. Setiap pencapaian akan diabaikan atau diremehkan. Akhirnya, kamu mulai mempertanyakan harga diri yang mengarah pada keraguan pada diri sendiri dan harga diri rendah.
5. Mimpi dan ambisi diabaikan
Setiap orang memiliki mimpi, aspirasi, dan tujuan. Biasanya keluarga adalah tempat pertama yang akan didatangi untuk berbagi mimpi-mimpi ini, mengharapkan dorongan dan dukungan.
Namun, dalam dinamika keluarga yang toxic, impian kamu mungkin akan disambut skeptis, ejekan, atau ketidakpedulian. Akibatnya kamu mulai merasa ragu untuk berbagi harapan dan ambisi karena takut dengan reaksi negatif dari keluarga.
Misalnya ketika kegembiraan kamu terhadap sebuah rencana atau ide baru disambut dengan sikap meremehkan. Sikap negatif yang terus-menerus seperti ini dapat mulai mengikis kepercayaan diri dan dapat membuat kamu mempertanyakan kemampuan diri sendiri.
6. Sering menjadi kambing hitam
Dalam beberapa dinamika keluarga yang beracun, seringkali ada peran yang tidak terucap tetapi jelas: kambing hitam. Orang ini selalu menjadi sasaran kekesalan keluarga. Orang ini selalu disalahkan saat terjadi kesalahan meskipun itu bukan kesalahannya.
Pada satu waktu kamu mungkin selalu bersikap defensif, terus-menerus mencoba membenarkan tindakan atau perkataan orang tersebut. Saling menyalahkan menjadi tema yang berulang, dan hal itu dapat berdampak buruk pada harga diri dan kesehatan mentalmu.
Tidak seorang pun seharusnya harus menanggung beban frustasi orang lain atau dimintai pertanggungjawaban atas hal-hal yang berada di luar kendalinya.
7. Tidak menghormati batasan
Batasan sangat penting dalam sebuah hubungan. Batasan seperti garis tak terlihat yang membantu melindungi ruang mental, emosional, dan fisik. Namun, dalam dinamika keluarga yang toxic, batasan ini mungkin sering diabaikan atau dilanggar.
Bayangkan menetapkan batasan untuk tidak membahas kehidupan pribadi saat makan malam keluarga, namun terus menerus dilanggar dengan pertanyaan yang mengganggu. Pengabaian terhadap ruang pribadi ini dapat membuat kamu merasa dilanggar dan tidak dihormati.
Tag: #tanda #kamu #perlu #menjauh #dari #anggota #keluarga #yang #toxic #menurut #psikologi #saatnya #mulai #prioritaskan #kesehatan #mentalmu