Kenali Lebih Awal, 11 Tanda Seorang Playing Victim yang Patut Diwaspadai sebab Dapat Membuatmu Merasa Bersalah
- Umumnya, orang yang playing victim membuat keadaan yang tidak baik dalam berbagai situasi hidup kita. Kondisi ini adalah suatu perilaku yang banyak dilakukan tanpa disadari, di mana kita merasa bahwa kita selalu dirugikan atau tidak diperlakukan dengan adil oleh orang lain atau keadaan.
Sayangnya, melakukan playing victim biasanya tidak akan memberikan hasil yang diharapkan. Sebaliknya, orang yang terus-menerus menganggap dirinya sebagai korban biasanya justru menjauhkan diri dari orang-orang terdekat seperti teman, keluarga, atau bahkan rekan kerja.
Sikap ini bisa menciptakan jarak emosional dan menghambat hubungan yang sehat, bahkan mereka tidak membuka ruang untuk komunikasi dan pemahaman yang lebih tepat. Dikutip dari lifehack.org, berikut beberapa tanda seorang playing victim yang dapat membuatmu merasa bersalah.
1. Mereka menghindari tanggung jawab
Saat seseorang berperan sebagai korban, mereka cenderung menghindari tanggung jawab atas situasi yang dialami. Sebaliknya, mereka sering menyalahkan orang lain supaya merasa bersalah atau bahkan mengabaikan kontribusi mereka sendiri dalam memperburuk masalah yang ada.
Setiap peristiwa, keadaan, atau tantangan dalam hidup seharusnya bisa menjadi peluang bagi seseorang untuk berkembang. Walaupun mereka mungkin tidak sepenuhnya bertanggung jawab atas apa yang terjadi, selalu ada ruang untuk merenung apakah mereka ikut berperan dalam situasi tersebut.
Dengan mempertanyakan hal ini, seseorang mampu lebih bertanggung jawab, lebih dewasa, dan lebih terbuka dalam bekerja sama guna mencari solusi. Selain itu, ini juga dapat membantu mereka menghindari terjebak dalam masalah serupa di masa depan.
2. Mereka memendam dendam
Orang yang playing victim cenderung memendam dendam lama dan sering membuat orang lain merasa bersalah atas tindakan mereka. Dendam ini mereka simpan layaknya senjata, seolah-olah sebagai persiapan jika ada yang mencoba mengajukan pertanggungjawaban.
Mereka mungkin mengungkit kembali kenangan atau peristiwa yang menyakitkan di masa lalu, namun kejadian ini akan menjadikannya sebagai alasan untuk tidak mengubah sikap, kehidupan, atau keadaan mereka saat ini.
Agar bisa maju dan menghentikan peran sebagai korban, penting dalam menyadari bahwa memendam dendam hanya menghalangi kemajuan. Dengan melepaskan dendam, seseorang bisa merebut kembali kendali atas diri dan hidup mereka.
3. Kesulitan bersikap tegas
Orang yang merasa sebagai korban sering merasa kehilangan kendali atas hidupnya, membuat mereka sulit mengungkapkan kebutuhan. Pola ini merusak harga diri dan meningkatkan risiko kecemasan. Solusinya adalah mencari bantuan profesional guna mengubah arah hidup secara positif.
Akan tetapi, belajar bersikap tegas bukanlah proses instan. Ini membutuhkan waktu, latihan, dan kesabaran. Seiring berjalannya waktu, mereka yang berhasil bersikap tegas akan mampu mengatasi perasaan tidak berdaya dan mengasihani diri yang menghambat kemajuan mereka.
4. Merasa tidak berdaya
Perasaan tidak berdaya bisa muncul secara tersembunyi, di mana korban tidak langsung menunjukkan kelemahan mereka. Sebaliknya, mereka mungkin menjadi manipulatif, memaksa, atau curang untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.
Kamu mungkin pernah berhadapan dengan seseorang yang menunjukkan ketidakberdayaan seperti ini. Biasanya, mereka merasa curiga, tidak aman, dan terus-menerus mencari informasi atau gosip, sambil melakukan playing victim.
Sebagai orang luar, hindarilah terlibat dalam permainan gosip, mendengarkan cerita manipulasi, atau memperkuat rasa tidak aman mereka. Tunjukkan bahwa kamu siap mendukung dan mendengarkan, tetapi jangan ikut memperparah perasaan tidak berdaya mereka.
5. Tidak percaya pada orang lain
Masalah ini tidak hanya berhubungan dengan ketidakpercayaan terhadap orang lain, namun juga ketidakpercayaan terhadap diri sendiri. Korban biasanya beranggapan bahwa orang lain juga tidak dapat dipercaya, sama seperti mereka.
Guna mengatasi masalah ini, korban perlu mengevaluasi bukti-bukti yang ada. Faktanya, ada banyak orang yang bisa dipercaya dan yang benar-benar menginginkan yang terbaik bagi mereka. Tugas korban adalah mulai mengubah pandangan mereka tentang orang lain dan berhenti melakukan playing victim.
6. Sering terlibat perdebatan
Orang yang playing victim sering kesulitan memilih pertempuran yang perlu dihadapi, karena mereka merasa setiap perbedaan pendapat merupakan ancaman. Mereka merasa diserang terus-menerus dan sulit dalam memahami bahwa tidak semua hal berkaitan dengan mereka.
Solusinya adalah korban harus menyadari bahwa perbedaan pendapat atau kritik tidak selalu tentang mereka. Terkadang itu lebih berhubungan dengan orang lain. Mereka perlu belajar untuk memilih apakah layak terlibat dalam pertengkaran kecil atau lebih baik mengabaikannya, dan memutuskan apa yang benar-benar penting bagi mereka.
7. Mengasihani diri sendiri
Orang playing victim biasanya terjebak dalam kebiasaan mengasihani diri sendiri, merasa tidak berdaya dan tidak dapat membela diri. Mereka mencari simpati yang tidak mereka terima dari orang lain dan pada akhirnya memperkuat peran mereka sebagai korban.
Orang playing victim perlu menyadari bahwa setiap manusia mengalami kesulitan dan kejadian buruk. Bahkan orang yang paling beruntung pun menghadapi masa-masa sulit. Mereka harus belajar untuk tidak merasa sebagai satu-satunya yang menderita atau diperlakukan tidak adil.
8. Sering membandingkan diri dengan orang lain
Orang playing victim sering terjebak dalam kebiasaan membandingkan diri mereka dengan orang lain secara negatif. Padahal, setiap orang mempunyai kekurangan, sehingga mudah terjebak dalam pola pikir seperti ini.
Dalam mengatasi hal ini, korban perlu mengubah cara pandang mereka. Mereka harus menyadari bahwa mereka juga memiliki kualitas positif dan mungkin hak istimewa tertentu yang dapat mendukung kesehatan mental mereka secara keseluruhan.
9. Melihat hidup penuh kekurangan
Bahkan ketika hal baik terjadi, orang palying victim cenderung fokus pada apa yang kurang atau hilang. Mereka sering mengeluh mengenai masalah mereka, lantas mengeluh karena tidak bisa berhenti mengeluh.
Sebaliknya, mereka harus mulai menghargai berkat yang dimiliki. Korban perlu mengembangkan kebiasaan positif dan optimis lewat rasa syukur, serta berupaya menjadi orang yang lebih bersyukur dan penuh harapan.
10. Kritis dan merendahkan orang lain
Korban sering merasa perlu merendahkan orang lain dan mencari kesalahan pada orang lain agar dirinya merasa lebih baik. Dengan cara ini, mereka mendapatkan rasa superioritas sementara dengan tetap berperan sebagai korban.
Solusinya adalah korban harus mengalihkan energi mereka dalam mendukung dan membangun orang lain. Tindakan ini tidak hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga akan memberikan dampak positif bagi diri mereka sendiri.
11. Menyingkirkan orang dari kehidupan mereka
Saat menghadapi kesulitan atau konflik dengan seseorang, orang palying victim sering merespons dengan menjauhkan orang tersebut dari hidup mereka. Tindakan emosional ini justru seringkali memperburuk hubungan.
Orang playing victim perlu menyadari pola ini dalam memutuskan hubungan, karena biasanya tidak menyelesaikan masalah atau konflik. Sebaliknya, mereka bisa memilih pendekatan yang lebih positif, seperti mengungkapkan perasaan mereka secara terbuka kepada orang lain.
Tag: #kenali #lebih #awal #tanda #seorang #playing #victim #yang #patut #diwaspadai #sebab #dapat #membuatmu #merasa #bersalah