Benarkah Kebiasaan Menggigit Kuku Dipicu Karena Stress dan Adanya Masalah Kesehatan Mental? Simak Fakta dan Cara Mengatasinya
Menggigit kuku. (freepik)
19:04
17 Oktober 2024

Benarkah Kebiasaan Menggigit Kuku Dipicu Karena Stress dan Adanya Masalah Kesehatan Mental? Simak Fakta dan Cara Mengatasinya

 

Menggigit kuku adalah kebiasaan umum yang sering kali dimulai sejak masa kanak-kanak dan berlanjut hingga dewasa.

Meskipun tampaknya kebiasaan ini sepele, menggigit kuku bisa menjadi tanda adanya masalah yang lebih mendalam, seperti stres, kecemasan, atau bahkan gangguan kesehatan mental tertentu.

Selain menyebabkan penampilan kuku yang tidak rapi, kebiasaan ini juga dapat merusak kulit, kutikula, dan dasar kuku, serta menyebabkan rasa sakit di sekitar kuku.

Bagi sebagian orang, menghentikan kebiasaan menggigit kuku bukanlah hal yang mudah. Meskipun mereka telah berusaha, kebiasaan ini sering kali sulit ditinggalkan, terutama ketika ada pemicu tertentu seperti kecemasan atau kebosanan.

Kebiasaan ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga mempengaruhi kesehatan mental secara keseluruhan.

Dilansir dari laman verywellhealth, Kamis (17/10), berikut adalah beberapa penyebab menggigit kuku dan cara-cara efektif untuk menghentikannya:

1. Stres dan Kecemasan
Menggigit kuku sering kali merupakan reaksi terhadap stres dan kecemasan. Kebiasaan ini berbeda dengan reaksi fisik seperti jantung berdebar atau hiperventilasi, yang cenderung memicu respons “fight or flight”. Menggigit kuku, di sisi lain, bisa memberikan rasa nyaman dan melepaskan ketegangan emosional, sehingga seseorang merasa lebih tenang.

2. Kebosanan
Tidak hanya stres yang bisa memicu perilaku kompulsif seperti menggigit kuku, tetapi juga kebosanan dan frustrasi. Menurut artikel di Scientific American tahun 2015, orang dengan kepribadian perfeksionis sering kali merasa terdorong untuk melakukan sesuatu ketika mereka bosan. Menggigit kuku mungkin dilakukan secara otomatis tanpa berpikir sebagai cara untuk mengisi waktu dan membuat tangan tetap sibuk.

3. Gangguan Kesehatan Mental
Menggigit kuku juga bisa dikaitkan dengan gangguan mental tertentu. Dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), menggigit kuku dikategorikan sebagai gangguan perilaku berulang yang berfokus pada tubuh, dan termasuk dalam gangguan obsesif-kompulsif (OCD). OCD adalah kondisi di mana seseorang memiliki pikiran atau dorongan yang mengganggu, yang membuat mereka merasa harus melakukan sesuatu secara berulang-ulang.

4. Gangguan Defisit Perhatian dan Hiperaktivitas (ADHD)
Orang yang mengalami ADHD sering kali menggigit kuku sebagai cara untuk menyalurkan energi berlebih atau menjaga fokus. ADHD adalah kondisi yang membuat seseorang kesulitan mempertahankan perhatian dan mengontrol impuls, yang sering kali menyebabkan perilaku berulang seperti menggigit kuku.

5. Gangguan Tantangan Oposisional (Oppositional Defiant Disorder - ODD)
Gangguan ini ditandai dengan perilaku menantang dan tidak patuh terhadap otoritas, dan dalam beberapa kasus, orang dengan ODD dapat mengembangkan kebiasaan menggigit kuku sebagai bentuk pelampiasan emosional atau frustrasi terhadap aturan dan otoritas.

6. Gangguan Kecemasan Berpisah
Anak-anak atau bahkan orang dewasa yang mengalami gangguan kecemasan berpisah cenderung menggigit kuku saat mereka merasa cemas akan berpisah dari orang-orang terdekatnya. Kebiasaan ini bisa menjadi cara untuk meredakan ketakutan atau rasa khawatir.

7. Sindrom Tourette
Menggigit kuku juga dapat terjadi sebagai bagian dari perilaku tic pada orang yang mengalami sindrom Tourette. Tic ini sering kali berupa gerakan berulang atau perilaku yang tidak disengaja, termasuk menggigit kuku.

8. Depresi
Dalam beberapa kasus, depresi juga dapat memicu kebiasaan menggigit kuku. Saat seseorang merasa sedih atau tidak berdaya, menggigit kuku bisa menjadi cara untuk melepaskan ketegangan atau rasa putus asa yang mendalam.

9. Faktor Genetika
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan menggigit kuku bisa bersifat genetik. Jika salah satu orang tua menggigit kuku, kemungkinan besar anaknya juga akan mengembangkan kebiasaan yang sama. Studi kembar menunjukkan bahwa kembar identik lebih mungkin memiliki kebiasaan menggigit kuku dibandingkan dengan kembar fraternal, yang menunjukkan adanya komponen genetik dalam perilaku ini.

Dengan memahami penyebab di balik kebiasaan menggigit kuku, langkah-langkah yang tepat dapat diambil untuk menghentikannya. Terapi perilaku kognitif, meditasi, atau penggunaan pelapis kuku khusus dapat membantu mengurangi kebiasaan ini dan meningkatkan kesehatan mental serta fisik secara keseluruhan.

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #benarkah #kebiasaan #menggigit #kuku #dipicu #karena #stress #adanya #masalah #kesehatan #mental #simak #fakta #cara #mengatasinya

KOMENTAR