Mengapa Kita Suka Meng-gaslight Diri Sendiri?
- Gaslighting sering dianggap sebagai perilaku manipulatif yang hanya bisa dilakukan oleh orang lain. Namun, tidak jarang seseorang justru melakukan gaslighting terhadap diri sendiri alias self-gaslighting.
Ketika bereaksi terlalu emosional, misalnya. Alih-alih memvalidasi perasaan yang muncul, seseorang yang melakukan self-gaslighting justru menganggap dirinya terlalu berlebihan dan terlalu sensitif.
Saat mengalami suatu masalah, ia akan menyalahkan dirinya sendiri, meskipun tahu bahwa kesalahan tersebut bukan disebabkan olehnya. Mengapa hal ini terjadi?
“Bisa jadi, memang mereka sudah terbiasa dari kecil sering disalahkan,” ungkap pendiri Cup of Stories, Fitri Jayanthi, M.Psi. Psikolog, saat dihubungi beberapa waktu lalu.
Gaslighting adalah perilaku manipulasi yang bisa membuat orang lain kehilangan kepercayaan diri, bahkan sampai bergantung secara emosional pada pelaku.
Manipulasi psikologis ini mengandalkan kata-kata untuk membuat korban meragukan persepsi, ingatan, atau penilaiannya sendiri, terhadap sesuatu sampai membuat mereka merasa bersalah.
Penyebab gaslighting terjadi adalah agar orang lain mengambil tanggung jawab atas permasalahan yang sedang terjadi. Walaupun sebenarnya masalah tersebut ada karena si pelaku.
Orangtua sering menyalahkan anak
Salah satu pola asuh buruk yang membuat anak tumbuh menjadi suka melakukan self-gaslighting adalah orangtua yang sering menyalahkan anak walau itu bukan kesalahannya.
“Orangtua melihat ada situasi yang tidak oke, lalu dari orangtua sering disalahkan anaknya. Dan mungkin anak mendapatkan kata-kata manipulatif dari orangtua,” tutur Fitri.
Misalnya adalah ketika ayah atau ibu sedang emosional karena masalah di pekerjaan. Kebetulan, mereka melihat rumah berantakan sepulang bekerja.
Bukannya menasihati anak agar selalu merapikan rumah setelah bermain, ayah atau ibu malah mengatakan kalimat, “Gara-gara kamu berantakin rumah, ayah jadi marah!”.
Bisa pula orangtua yang menyalahkan anak karena memperberat beban finansial, ketika anak kebetulan meminta untuk dibelikan beberapa barang demi keperluan sekolah.
“Akhirnya, anak selalu menanamkan di dalam dirinya bahwa ketika terjadi sesuatu yang buruk di hadapannya, itu adalah salahnya,” tutur Fitri.
Ketika hal tersebut terjadi secara terus-menerus, anak membangun kebiasaan untuk ‘melindungi’ diri dari konflik dengan melakukan self-gaslighting.
“Karena kalau dia melawan, otomatis dia akan masuk ke dalam konflik, entah dengan orangtua atau orang lain. Dia melindungi diri sendiri dengan bilang, ‘Iya aku yang salah’. Itu bentuk mekanisme pertahanan diri dia,” ucap Fitri.
Bertindak atas rasa takut
Fitri mengatakan bahwa para pelaku gaslighting bertindak seperti itu atas rasa takut. Apa yang mereka takuti adalah mengambil tanggung jawab atas kesalahannya.
“Karena ketakutan itu, dia melakukan perilaku yang bentuknya manipulasi, supaya orang lain orang mengambil tanggung jawab atas kesalahan itu,” ujar Fitri.
Orang-orang yang melakukan self-gaslighting pun sama. Mereka bertindak atas rasa takut untuk berkonflik dengan orang lain.
Bagaimana cara mengatasinya?
Menurut Fitri, cara mengatasi kebiasaan self-gaslighting adalah dengan melihat setiap situasi yang sedang dihadapi, melalui sudut pandang lain.
“Kenapa kita harus melihat sudut pandang lain dari setiap situasi? Karena, setiap situasi tidak bisa hanya dilihat dari satu sudut pandang tertentu,” kata dia.
Contoh paling sederhana adalah ketika kamu memiliki 10 pekerjaan yang belum diselesaikan. Dari 10 pekerjaan, kamu baru menyelesaikan dua.
Dilihat dari sudut pandang biasa, masih ada delapan pekerjaan yang harus diselesaikan. Tentunya, ini bisa membuatmu merasa kewalahan secara mental dan fisik.
Sudut pandang ini juga bisa membuat melakukan self-gaslighting karena kamu baru menyelesaikan dua pekerjaan.
“Kita bisa lihat dari sudut pandang, ‘Aku sudah selesai mengerjakan dua dari sepuluh pekerjaan’. Itu saja sudah menunjukkan bahwa kita bisa melihat suatu situasi dari dua sudut pandang yang berbeda,” terang Fitri.
Sudut pandang yang dipaparkan oleh Fitri bisa membantu meningkatkan semangat. Sebab, kamu berhasil menyelesaikan dua pekerjaan.