5 Cara Mengatasi Anak FOMO agar Tak Takut Ketinggalan Tren Menurut Para Ahli
Anak terlalu FOMO? Berikut 5 cara mengatasinya menurut para ahli. (Freepik)
20:15
14 Oktober 2025

5 Cara Mengatasi Anak FOMO agar Tak Takut Ketinggalan Tren Menurut Para Ahli

- Di era media sosial seperti sekarang, bukan cuma orang dewasa yang bisa merasa tertinggal dari kehidupan orang lain.

Anak-anak pun kini mulai akrab dengan istilah FOMO atau fear of missing out, rasa takut ketinggalan dari apa yang dilakukan teman-temannya.

Entah itu tidak diundang ke pesta ulang tahun, melewatkan main bersama, atau sekadar melihat unggahan seru di media sosial, semua itu bisa membuat anak merasa tidak cukup. 

Menurut Irin Rubin, pakar parenting sekaligus pendiri aplikasi MamaZen, media sosial memiliki peran besar dalam memicu FOMO pada anak. 

"Anak-anak sering melihat foto-foto teman seusianya yang terlihat keren, menghadiri pesta, atau bahkan memamerkan gadget baru yang wajib dimiliki," kata Rubin dilansir dari Parents, Selasa (14/10/2025). 

"Yang tidak mereka lihat adalah bahwa foto-foto itu merupakan cuplikan momen yang dikurasi dengan sangat baik dan sebagian besar bukan kehidupan nyata," lanjutnya. 

Masalahnya, mereka belum mampu membedakan mana kehidupan asli dan mana yang sudah diseleksi. Akibatnya muncul perasaan iri, tidak mampu, hingga rendah diri. 

Namun, FOMO tidak hanya terjadi karena media sosial. Anak-anak yang tidak aktif secara online pun bisa merasakannya, misal saat merasa tidak dilibatkan oleh teman atau takut ketinggalan hal seru. 

Mengenali tanda-tanda FOMO pada anak

Anak terlalu FOMO? Berikut 5 cara mengatasinya menurut para ahli. Anak terlalu FOMO? Berikut 5 cara mengatasinya menurut para ahli.

Menurut Rubin, FOMO pada anak biasanya tampak dari adanya tekanan, bahkan marah ketika merasa tertinggal dari teman-temannya. 

Anak bisa jadi terlalu fokus pada apa yang dilakukan orang lain, atau merasa kecewa jika tidak ikut serta.

Sementara itu, Dr. Kanchi Wijesekera, psikolog klinis dan pendiri Milika Center for Therapy & Resilience menjelaskan, bahwa tanda-tanda FOMO kadang muncul secara halus.

"Terkadang anak-anak akan langsung mengatakannya-'Semua orang melakukan ini kecuali aku!'-tetapi lebih sering, tanda-tandanya muncul dengan cara yang lebih halus," katanya.

Adapun beberapa hal yang bisa diperhatikan orangtua antara lain; anak yang terus-menerus memantau apa yang dilakukan teman-temannya. 

Lalu, anak terlihat murung atau cemas setelah menghabiskan waktu online. Kesulitan menikmati momen dan tampak sibuk dengan apa yang terjadi di tempat lain.

Selain itu, mengalami gangguan tidur karena terus memikirkan hal yang terlewat. Terakhir, terlalu fokus pada popularitas atau undangan. 

5 cara membantu anak mengatasi FOMO

1. Bicarakan dengan terbuka

Anak terlalu FOMO? Berikut 5 cara mengatasinya menurut para ahli. Dok. Freepik/tirachardz Anak terlalu FOMO? Berikut 5 cara mengatasinya menurut para ahli.

Langkah pertama yang bisa dilakukan orangtua adalah menciptakan ruang aman bagi anak untuk mengekspresikan perasaannya. 

"Anda dapat melakukannya dengan bersikap terbuka dan tidak menghakimi," kata Wijesekera. 

Ia menyarankan orangtua untuk berbagi pengalaman pribadi tentang perasaan tertinggal, agar anak tahu bahwa hal itu wajar dan mereka tidak perlu merasa FOMO.

2. Ajarkan literasi media 

Menurut Wijesekera, penting bagi orangtua untuk membantu anak memahami bahwa media sosial hanya menampilkan sisi terbaik seseorang. 

"Dorong mereka untuk menyadari ketika mereka membandingkan diri dengan sesuatu yang mereka lihat dan bagaimana hal itu seringkali tidak mencerminkan apa yang sebenarnya terjadi," tuturnya.

Dengan begitu, anak bisa menilai informasi secara lebih sehat dan tidak mudah terjebak dalam perbandingan sosial.

3. Arahkan ke aktivitas nyata 

FOMO juga bisa berkurang ketika anak memiliki kehidupan nyata yang bermakna di luar layar.

Leah Jacobs, LMHC, pendiri dan direktur Digital Wellness Project mengatakan, pentingnya membantu anak menemukan minat offline.

"Membantu anak Anda terhubung kembali dengan minat offline mereka bisa menjadi titik awal yang baik," katanya. 

Dari situ, mereka punya sumber kebahagiaan yang tidak bergantung pada pengakuan sosial. 

4. Tetapkan batas waktu layar

Menetapkan rutinitas keluarga yang sehat bisa membantu mengurangi paparan berlebih terhadap media sosial. 

Wijesekera menyarankan langkah-langkah seperti, jauhkan gadget dari kamar tidur di malam hari, sisihkan waktu keluarga tanpa gadget, serta mencoba "akhir pekan minim teknologi". 

"Ketika anak-anak dilibatkan dalam menetapkan batasan-batasan tersebut, mereka cenderung akan menghormatinya," paparnya. 

5. Ajarkan anak menikmati "JOMO"

Alih-alih FOMO, Jacobs menyarankan orangtua untuk menanamkan konsep JOMO, joy of missing out atau kegembiraan karena tidak selalu ikut dalam segala hal.

Menurut Jacobs, memperkenalkan JOMO bisa membantu anak menemukan kebahagiaan dari momen tenang, waktu istirahat, atau aktivitas pribadi yang menenangkan.

Ketika FOMO menjadi lebih serius 

Wajar jika anak sesekali merasa tak ingin tertinggal dari teman-temannya. Namun, jika rasa cemas itu terus berlanjut hingga memengaruhi tidur, prestasi, atau kepercayaan diri mereka, mungkin ada hal lebih dalam yang perlu diperhatikan.

"Ketika pola-pola ini terus-menerus dan memengaruhi kehidupan sehari-hari mereka, hal itu dapat mengindikasikan masalah mendasar seperti kecemasan, depresi, atau rendah diri," ujar Wijesekera. 

Tag:  #cara #mengatasi #anak #fomo #agar #takut #ketinggalan #tren #menurut #para #ahli

KOMENTAR