



Remote Work Makin Populer, Ibu Rumah Tangga Raih Cuan Jutaan Rupiah
Beberapa tahun belakangan, sejak pandemi dan perkembangan teknologi yang masif, tren kerja remote kian populer. Termasuk di Indonesia. Dalam dunia remote work, tak ada batasan usia, gender, status, penampilan. Fleksibel dan inklusif. Itu peluang terutama buat ibu rumah tangga untuk menjalankan peran sekaligus mendulang cuan. Tapi, tetap waspada scam.
LAILATUL FITRIANI, Surabaya –ZALZILATUL HIKMIA, Jakarta
---
LAPORAN Decoding Global Talent: Mobility Trends akhir 2024 lalu menunjukkan bahwa tren bekerja jarak jauh meningkat dari 62 persen pada 2020 menjadi 71 persen. Dyah Rachmawatie, Dika Rahma, dan Amandari berbagi cerita mengawali bekerja remote dan tips menghindari scam.
Dika mulai terjun ke dunia digital setelah terkena PHK dari perusahaan sektor fast moving consumer goods saat pandemi.”Saya punya anak kecil dan ingin fokus mengurus anak, jadi saya putuskan mencari penghasilan dari rumah,” kata Dika.
Dia mengawali langkahnya sebagai freelance content creator dan pembuat produk digital lewat Canva.” Setelah beberapa konten Instagram saya viral, saya ditawari kerja sama oleh sebuah platform edukasi digital,” tuturnya. Dari situ proyek demi proyek berdatangan.
Sebagai Canva enthusiast, Dika menggarap berbagai desain produk digital, konten edukatif, hingga menjadi tutor. Kliennya dari beragam bidang, sebagian besar dari platform edukasi.”Kalau ditekuni, bisa dapat penghasilan Rp 1–10 juta per bulan,” ungkapnya.
Agar bisa bersaing, Dika menekankan pentingnya portofolio dan menunjukkan hasil karya di media sosial. ”Kunci utamanya berani memulai, mau belajar, dan mem-posting karya kita. Jangan takut terlihat belum sempurna,” sarannya.
Ingin bisa lebih fokus mengurus anak jadi titik perkenalan Amandari, 36, dengan kerja remote. Pada Oktober 2021, dia resign dari kantor lantaran tak cocok dengan budaya kerjanya. ”Di sisi lain, ingin lebih fokus dengan anak,” ujar mantan karyawan bank tersebut.
Ibu dua anak itu dapat kerjaan dengan status freelancer. Setahun, kontraknya habis. Dia mulai kelabakan. ”Di usia yang tak lagi muda, ternyata cukup sulit untuk mendapat pekerjaan baru yang tetap memungkinkan fokus mengurus anak,” ungkapnya.
Pertengahan 2022, dia melihat iklan virtual assistant (VA).”Training 2 bulan mulai pengenalan apa itu VA, lalu step by step diajarin cara ’jualan’ dan dapat customer,” urainya.
Virtual Assistant
Senada dengan Amandari, Dyah, 44,sebelumnya bekerja sebagai banker dengan pengalaman lebih dari 20 tahun. ”Anak saya mulai remaja dan ART keluar. Jadi, 2022 saat kantor menawarkan program pensiun dini, saya anggap itu waktu yang tepat,” tuturnya.
Berbekal semangat belajar, Dyah merintis usaha travel yang fokus pada pemesanan hotel dan kebutuhan meeting. Karena permintaan tak datang setiap hari, dia melirik peluang digital lainnya. ”Saya ikut manajemen talent dan gabung di komunitas Ibu sibuk Influencer. Lalu belajar jadi virtual assistant (VA) karena lebih cocok kerja di balik layar,” lanjutnya.
Perjalanan menjadi VA tidak langsung mulus. Dyah ikut kursus dua bulan dan sempat putus asa karena tak kunjung dapat klien. Hingg aakhirnya, Maret 2023 dia berhasil mendapatkan proyek pertamanya dengan bayaran USD 3 per jam. ”Itu momen pecah telur saya,” kenang ibu rumah tangga yang berdomisili di Bandung itu.
Kini Dyah menangani tiga klien dengan jam kerja bulanan mencapai 120–150 jam. Dengan bayaran per jamnya berkisar USD 5–10. ”Kalau ditekuni, ini bisa jadi penghasilan utama. Tapi buat saya ini lebih ke cara mengisi hari agar tetap produktif,” ujar Dyah.
Join Komunitas Tepercaya
Setelah lulus, Amandari tergabung dalam grup berisi alumni-alumni pelatihan dan cukup banyak link-link job yang dibagikan. ”Kalau sekarang banyak scammingkan, nah grup ini meminimalkan kemungkinan tersebut,” paparnya.
Dia ingat, pekerjaan pertamanya sebagai VA datang dari perusahaan di Kalimantan pada 2023. Dia diminta untuk handle customer. Amandari dikirimi handphone untuk mendukung pekerjaannya l. Tiap malam ada rapat. ”Komisinya 10-20 persen dari project yang berhasil tembus,” ungkapnya.
Setelahnya, pada 2024, dia menerima job menjadi VA untuk menerjemahkan rekaman ataupun naskah bahasa asing ke dalam Bahasa Indonesia. Pada project ini ada tim VA lainnya. Rate-nya Rp 100–200 ribu per jam valid hour.”Itu dari berapa lama rekaman yang diserahkan ke kita. Setengah jam rekaman kadang butuh waktu kerja berjam-jam,” paparnya.
”Memang tidak sebesar (pendapatan) waktu masih kerja kantoran. Tapi, yang terpenting, bisa membersamai anak,” ucapnya. Selain VA, dia jadi reseller produk fashion.”Tapi, kalau tekun dan konsisten sebetulnya juga bisa menaikkan rate card kita,” paparnya.
Prioritas Keamanan
Dika, Amandari, dan Dyahsepakat, keamanan tetap jadi prioritas saat mencari kerja remote.”Jangan pernah kasih identitas pribadi, hindari komunikasi lewat Telegram, dan minta DP jika proyeknya freelance,” ujar Dyah. Pembayaran biasanya melalui aplikasi transfer uang antarnegara. Sementara Dika mengingatkan pentingnya kontrak kerja dan kejelasan scope of work (SOW).
Mereka juga menekankan pentingnya personal branding dan membangun jaringan. ”Komunitas bukan cuma tempat belajar, tapi juga sumber koneksi dan peluang. Kursus VA sesuaikan passion, apakah lebih cocok di bidang sosial media, administrasi, atau project management, misalnya,” imbuh Dyah.
Di tengah kesibukan domestik, mereka tetap menjaga ritme kerja dengan disiplin manajemen waktu. Dika memanfaatkan waktu tidur anak untuk bekerja, Dyah mengandalkan Google Calendar dan notifikasi HP agar semua urusan rumah dan klien tetap seimbang.
Bagi ibu rumah tangga yang ingin memulai, Dyah berpesan agar tak takut belajar dan ”ngulik”. "Banyak skill VA itu sebenarnya sudah kita punya sebagai ibu. Tinggal diasah dan dikembangkan,”ucapnya. Sedangkan Dika mengingatkan, ”Percaya diri dulu, baru hasil akan menyusul,”ujarnya. (lai/mia/nor)
Tag: #remote #work #makin #populer #rumah #tangga #raih #cuan #jutaan #rupiah