Rudal Hipersonik Houthi Mengamuk di Israel, Fasilitas Militer Hingga Infrastuktur Vital Hancur
Pasukan Houthi kembali menyerang situs-situs penting Israel menggunakan rudal balistik hipersonik yang dinamai “Palestine-2”. Serangan tersebut di antaranya menargetkan sasaran militer di kota Ashkelon, sedangkan serangan kedua menargetkan sasaran di kota Jaffa yang diduduki. 
16:30
17 Desember 2024

Rudal Hipersonik Houthi Mengamuk di Israel, Fasilitas Militer Hingga Infrastuktur Vital Hancur

Militer Houthi di Yaman mengeklaim bahwa pasukannya telah menembakkan rudal balistik hipersonik yang menargetkan fasilitas militer dan infrastruktur penting Israel.

Pernyataan tersebut dikonfirmasi langsung oleh juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, Senin (16/12/2024).

Dalam pengumuman resmi yang disiarkan televisi, ia mengatakan serangan pasukan Houthi menggunakan rudal balistik hipersonik yang dinamai “Palestine-2” telah berhasil mengenai sasaran dengan tepat.

Serangan tersebut di antaranya menargetkan sasaran militer di kota Ashkelon, sedangkan serangan kedua menargetkan sasaran di kota Jaffa yang diduduki.

“Pasukan rudal kami menyerang target militer di wilayah Yaffa yang diduduki dengan tepat,” kata Saree, dikutip dari Middle East Monitor.
 
Houthi tak sendiri, operasi tersebut dilakukan bersama pasukan perlawanan Islam di Irak, menggunakan drone dan rudal yang mampu melewati sendiri dalam menjalankan operasi serangan udara.

Kelompok Houthi berdalih serangan mereka di jalur pelayaran utama itu merupakan bentuk solidaritas dengan warga Palestina di Gaza yang menghadapi perang genosida Israel sejak 7 Oktober 2023.

Saree mengatakan operasi semacam itu akan terus berlanjut, menargetkan situs penting Israel termasuk fasilitas militer dan Gudang senjata IDF hingga Israel berhenti menyerang Gaza dan mencabut blokade.

Houthi Incar Pelabuhan Penting Israel

Lebih lanjut, selain menargetkan serangan di situs penting Israel, selama setahun terakhir, Houthi juga membombardir sejumlah kapal Israel yang melintas di Laut Merah.

Houthi bahkan berulang kali membombardir pelabuhan Eliat yang menjadi pusat perekonomian Israel.

Imbas serangan yang bertubi-tubi, pelabuhan Eilat dinyatakan bangkrut hingga semua aktivitas harus ditutup total untuk sementara waktu. 

Penutupan terjadi setelah milisi Houthi Yaman melakukan blokade di kawasan Laut Merah.

"Harus diakui bahwa pelabuhan ini berada dalam kondisi bangkrut," jelas CEO Pelabuhan Eilat, Gideon Golber dikutip dari Anadolu.

"Hanya satu kapal yang datang ke sini dalam beberapa bulan terakhir. Pihak Yaman telah secara efektif menutup akses ke pelabuhan," imbuhnya.

Sebelum dinyatakan bangkrut, Golber mengatakan, telah terjadi penurunan operasi sebesar 85 persen usai biaya pengiriman impor - ekspor melonjak akibat Yaman melarang kapal menyeberang ke Israel.

Alasan ini yang menyebabkan Israel merugi hingga sepuluh setengah miliar shekel atau sekitar 3 miliar dolar AS akibat terputusnya jalur Laut Merah dan Laut Arab. 

Reputasi Dagang Israel Hancur

Buntut serangan Houthi yang semakin memanas,  lebih dari 180 kapal dagang internasional mulai mengalihkan rute pelayaran menuju Cape of Good Hope untuk menghindari Laut Merah yang tengah dikuasai Houthi.

Para analis khawatir apabila gangguan Houthi Yaman terus terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka hal ini berpotensi menghancurkan reputasi israel yang selama ini dikenal sebagai mitra dagang yang aman.

“Separuh pekerja di Pelabuhan Eilat Israel berisiko kehilangan pekerjaan dampak dari perusahaan pelayaran mengubah rute kapal untuk menghindari serangan militan Houthi di Yaman,” jelas juru bicara Federasi Histadrut.

Tak hanya itu, dampak lain yang ditimbulkan dari serangan Houthi juga berdampak buruk bagi sektor bisnis gas alam cair (LNG) Israel

Sebelum konflik laut Tengah memanas, Israel sempat berambisi Israel untuk menjadikan dirinya sebagai eksportir Gas Alam Cair (LNG) terbesar di pasar internasional.

Namun akibat serangan brutal di kawasan itu, Israel semakin kesulitan untuk mengirimkan pasokan gas LNG-nya. Alhasil banyak mitra Israel yang memilih untuk beralih ke pasar lainnya yang jauh lebih aman.

Hal ini memicu tekanan inflasi  dalam jangka pendek hingga Bank Sentral Israel terpaksa memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak 2020, dari awalnya 4,75 persen menjadi 4,5 persen.

Selain memicu krisis, perang juga membuat tingkat kemiskinan Israel  melonjak tajam. Menurut catatan tahunan yang dirilis perusahaan riset Alternative Poverty Report, sebanyak 19,7 persen warga Israel kini kehilangan pendapatan imbas agresi perang.

(Tribunnews.com / Namira Yunia)

Editor: Sri Juliati

Tag:  #rudal #hipersonik #houthi #mengamuk #israel #fasilitas #militer #hingga #infrastuktur #vital #hancur

KOMENTAR