Korsel Hari Ini Sunyi Sepi, Pesawat Dilarang Terbang, Ada Apa?
- Pemerintah Korea Selatan memberlakukan sejumlah kebijakan luar biasa pada Kamis (13/11/2025), untuk mendukung pelaksanaan ujian masuk perguruan tinggi nasional atau Suneung, yang diikuti ratusan ribu siswa di seluruh negeri.
Selama ujian berlangsung, penerbangan domestik dan internasional dihentikan sementara, jam operasional pasar saham ditunda satu jam, dan layanan di kantor pemerintahan serta perbankan dimulai lebih lambat dari biasanya.
Langkah ini bertujuan menciptakan suasana hening dan minim gangguan bagi para peserta ujian, yang menjalani hari penentuan masa depan akademik dan sosial mereka.
Menurut Kementerian Pertanahan, sebanyak 140 penerbangan dijadwal ulang, termasuk 75 penerbangan internasional, untuk memastikan tidak ada gangguan suara antara pukul 13.05 hingga 13.40 waktu setempat—periode ketika ujian mendengarkan Bahasa Inggris berlangsung.
Pemandangan polisi yang bergegas mengantar siswa yang terlambat ke ruang ujian juga menjadi rutinitas tahunan setiap pelaksanaan Suneung.
Satu hari penuh ketegangan
Para siswa mengikuti ujian tahunan Scolastic Aptitude Test di sekolah menengah Poongmun di Seoul pada tanggal 13 November 2014. Korea Selatan memasuki mode diam karena hampir 650.000 siswa mengikuti ujian masuk perguruan tinggi tahunan yang akan memainkan peran besar dalam menentukan kehidupan dewasa mereka dalam masyarakat yang sangat kompetitif. Suneung dianggap sebagai gerbang menuju universitas unggulan dan pekerjaan bergengsi di Korea Selatan, menjadikannya salah satu ujian paling menentukan dalam kehidupan siswa.
“Saya sangat gugup, tetapi karena sudah banyak berlatih, saya akan melakukan yang terbaik,” ujar Kim Min-jae (18), salah satu peserta ujian, kepada AFP.
Meski berusaha tenang, Kim menyebut bahwa orangtuanya justru terlihat lebih tegang dibanding dirinya.
“Mereka memastikan saya membawa semua yang saya butuhkan,” katanya sambil tersenyum.
Setelah mengantar anak-anak mereka ke lokasi ujian, banyak orangtua langsung menuju tempat ibadah—baik gereja maupun kuil Buddha—untuk memanjatkan doa demi hasil terbaik.
“Saya akan menyesuaikan waktu doa dengan jadwal ujian anak saya—istirahat ketika dia istirahat, dan makan ketika dia makan,” ujar Han Yu-na (50), ibu dari seorang peserta ujian.
Han, yang juga mengelola lembaga bimbingan belajar, mengirim pesan penuh haru untuk putranya, “Young-woo, curahkan seluruh kemampuanmu sampai akhir. Ibu mencintaimu.”
Sorakan dukungan dan takhayul yang masih hidup
Seorang siswa Korea Selatan berdoa sebelum mengikuti Tes Kemampuan Skolastik Perguruan Tinggi, ujian standar untuk masuk perguruan tinggi, di sebuah ruang ujian di Seoul pada tanggal 13 November 2008.Di SMA Yongsan, Seoul, suasana tampak sibuk sejak pagi hari. Wartawan, petugas kepolisian, dan relawan lalu lintas memenuhi area sekitar sekolah.
Sementara itu, para siswa terlihat antre memasuki gedung untuk menjalani ujian sepanjang hari.
Siswa SMP yang belum ikut ujian tampak memberi semangat kepada kakak kelas mereka dengan membawa poster dan meneriakkan yel-yel seperti, “Dapatkan nilai 100 di Suneung!”
“Saya datang untuk mendukung para senior. Melihat mereka membuat saya termotivasi belajar lebih giat dua tahun ke depan,” kata Kang Dong-woo (16).
Dalam suasana penuh harap ini, kepercayaan tradisional juga tetap hidup.
Salah satu yang masih dipegang teguh adalah larangan makan sup rumput laut (miyeokguk) di hari ujian.
Hidangan ini dipercaya bisa menyebabkan "terpeleset" atau mengalami nasib sial saat mengerjakan soal.
Tahun ini, lebih dari 550.000 siswa tercatat mengikuti Suneung. Namun, tingkat kehadiran biasanya sedikit lebih rendah dari jumlah pendaftar.