Tanggapi Rusuh Berdarah di Rio de Janeiro, Presiden Brasil: Kami Tak Bisa Biarkan Kejahatan Organisasi Menguasai Warga
Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva. (Photo: Edgar Su/Reuters).
13:33
31 Oktober 2025

Tanggapi Rusuh Berdarah di Rio de Janeiro, Presiden Brasil: Kami Tak Bisa Biarkan Kejahatan Organisasi Menguasai Warga

- Setelah lebih dari 24 jam bungkam, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva akhirnya menanggapi operasi polisi besar-besaran di Rio de Janeiro yang berujung pada tewasnya lebih dari seratus orang. 

Respons hati-hati itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara pemerintah federal dan otoritas negara bagian Rio.

Lula yang sebelumnya menuai kritik karena menyebut pengedar narkoba sebagai 'korban pengguna' memilih berhati-hati kali ini. 

Menurut laporan media Brasil, ia sengaja menunda komentar publik setelah mendapat saran dari para penasihat agar tidak membuat pernyataan spontan yang bisa memicu kontroversi baru.

Sebelum berbicara, Lula terlebih dahulu menerima laporan langsung dari Menteri Kehakiman dan Keamanan Publik Ricardo Lewandowski, serta Kepala Kepolisian Federal Andrei Rodrigues. Keduanya baru saja bertemu Gubernur Rio, Cláudio Castro, di lokasi operasi.

Keheningan Lula sempat menjadi sorotan ketika ia menghadiri pelantikan ajudan barunya, Guilherme Boulos, pada Rabu (29/10). Banyak pihak menunggu komentarnya mengenai operasi di Rio, namun Presiden menahan diri.

Pernyataannya baru muncul malam harinya, melalui unggahan di media sosial X. Dalam tulisannya, Lula menegaskan bahwa Brasil tidak bisa menerima kejahatan terorganisir yang terus menghancurkan keluarga, menindas masyarakat, dan menyebarkan narkoba serta kekerasan.

“Kita membutuhkan upaya terkoordinasi yang menyerang akar permasalahan perdagangan manusia tanpa membahayakan petugas polisi, anak-anak, atau keluarga tak berdosa,” tulis Lula.

Ia juga memuji Operasi Karbon Tersembunyi, yang sebelumnya berhasil membongkar jaringan pencucian uang kelompok kriminal Komando Ibu Kota Pertama (PCC). Selain itu, ia menyoroti pentingnya Amandemen Konstitusi tentang Keamanan Publik yang tengah dibahas di Kongres.

Namun, menariknya, Presiden sama sekali tidak menyinggung korban jiwa dalam operasi di Rio.

Respons hati-hati Lula tak lepas dari memanasnya hubungan dengan Gubernur Cláudio Castro. Castro menuding pemerintah federal enggan membantu operasi polisi di wilayahnya, tuduhan yang segera dibantah oleh otoritas pusat.

Kepala Kepolisian Federal Andrei Rodrigues mengonfirmasi bahwa memang ada komunikasi tingkat operasional antara polisi Rio dan Kepolisian Federal. Namun, ia menegaskan bahwa kerja sama itu tidak bersifat resmi.

“Ada komunikasi yang memberi tahu kami soal operasi besar yang direncanakan,” kata Rodrigues kepada wartawan. “Namun kami menilai operasi itu tidak sesuai dengan protokol kami. Kami tidak punya wewenang hukum untuk ikut serta.”

Menanggapi polemik itu, Menteri Lewandowski kemudian memperjelas bahwa tidak pernah ada permintaan dukungan institusional, melainkan sekadar penyelidikan informal.

Sementara itu, mengutip Valor International, para penasihat presiden disebut khawatir Lula akan kembali tersandung pernyataan kontroversial, seperti yang terjadi pekan lalu saat kunjungan ke Jakarta. Saat itu, ia menyebut para pengedar narkoba sebagai 'korban pengguna', komentar yang segera menuai kritik tajam dari oposisi.

Belakangan, Lula mengakui ucapannya 'dirumuskan dengan buruk' dan menegaskan bahwa maksudnya adalah menyoroti pentingnya penanganan kecanduan dalam kebijakan narkotika nasional.

Kini, dengan operasi berdarah di Rio yang menewaskan lebih dari seratus orang, Lula tampaknya memilih jalur lebih hati-hati: menegaskan posisi negara melawan kejahatan terorganisir, namun tanpa memperkeruh situasi politik dan sosial yang sudah panas.

Editor: Kuswandi

Tag:  #tanggapi #rusuh #berdarah #janeiro #presiden #brasil #kami #bisa #biarkan #kejahatan #organisasi #menguasai #warga

KOMENTAR