



Netanyahu Tunda Pembukaan Perbatasan Rafah, Gencatan Senjata Israel–Hamas Terancam Gagal
-Harapan akan stabilitas di Gaza kembali memudar. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Sabtu (18/10) mengumumkan bahwa perbatasan Rafah antara Gaza dan Mesir akan tetap ditutup hingga waktu yang belum ditentukan.
Netanyahu menegaskan, pembukaan kembali jalur utama keluar-masuk warga Gaza itu baru akan dipertimbangkan jika Hamas menyerahkan seluruh jenazah sandera yang masih mereka kuasai.
Pernyataan itu muncul hanya beberapa jam setelah Kedutaan Palestina di Kairo mengumumkan bahwa penyeberangan Rafah akan dibuka kembali pada Senin (20/10) untuk pergerakan menuju Gaza.
Keputusan tersebut langsung memicu ketegangan baru di tengah situasi gencatan senjata rapuh yang dimediasi Amerika Serikat. Israel dan Hamas saling tuduh melanggar kesepakatan tersebut.
Departemen Luar Negeri AS menyatakan telah menerima laporan kredibel tentang potensi serangan yang direncanakan Hamas terhadap warga sipil Palestina. Jika itu terjadi, akan menjadi pelanggaran berat terhadap perjanjian gencatan senjata.
“Jika Hamas melanjutkan serangan itu, langkah-langkah akan diambil untuk melindungi rakyat Gaza dan menjaga integritas gencatan senjata,” bunyi pernyataan resmi AS.
Presiden Donald Trump, yang memediasi kesepakatan tersebut, sebelumnya juga menyebut bahwa Israel dapat melanjutkan operasi militernya jika Hamas gagal memenuhi komitmennya.
Dalam pernyataan balasannya, Hamas menuding keputusan Netanyahu sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata dan pengingkaran terhadap komitmen yang dibuat kepada mediator internasional.
Kelompok itu menambahkan, penutupan Rafah akan menghambat masuknya peralatan yang diperlukan untuk menemukan dan mengevakuasi jenazah sandera dari reruntuhan bangunan yang hancur akibat perang.
Israel menyebut telah menerima dua jenazah tambahan pada Sabtu malam, sehingga total 12 dari 28 jenazah sandera telah diserahkan sesuai perjanjian yang disponsori AS pekan lalu.
Sebagai bagian dari kesepakatan itu, Hamas membebaskan 20 sandera Israel yang masih hidup, sementara Israel membebaskan hampir 2.000 tahanan dan narapidana Palestina.
Namun, mengutip Reuters, Israel menilai Hamas terlalu lambat menyerahkan jenazah sandera lainnya. Hamas berdalih, kondisi di lapangan yang hancur membuat proses pencarian jenazah memakan waktu.
Rafah, yang sebagian besar ditutup sejak Mei 2024, menjadi satu-satunya jalur utama bantuan kemanusiaan ke Gaza. Meski Israel telah meningkatkan aliran bantuan sejak gencatan senjata dimulai, jumlahnya masih jauh dari cukup.
Menurut Program Pangan Dunia (WFP), rata-rata 560 ton bahan pangan masuk ke Gaza setiap hari sejak kesepakatan gencatan senjata diberlakukan. Namun angka itu masih jauh di bawah kebutuhan jutaan warga yang terancam kelaparan.
Hampir seluruh penduduk Gaza telah mengungsi, sementara fasilitas kesehatan lumpuh akibat kekurangan pasokan medis dan listrik. IPC, lembaga pemantau kelaparan global, sebelumnya mengonfirmasi kondisi kelaparan akut di wilayah tersebut.
Tag: #netanyahu #tunda #pembukaan #perbatasan #rafah #gencatan #senjata #israelhamas #terancam #gagal