Kontroversi dan Tragedi di Seoraksan: Antara Proyek Kereta Gantung dan Risiko Alam yang Mengancam
Pejabat pemerintah Korea Selatan menghadiri upacara peletakan batu pertama proyek Osaek Cable Car di Taman Nasional Seoraksan (Dok. Asia Economy)
15:33
13 Oktober 2025

Kontroversi dan Tragedi di Seoraksan: Antara Proyek Kereta Gantung dan Risiko Alam yang Mengancam

- Taman Nasional Seoraksan di Korea Selatan kembali menjadi sorotan publik, bukan hanya karena keindahan alamnya yang mempesona, tetapi juga karena dua isu besar yang tengah mengemuka, yaitu tragedi kecelakaan pendaki dan polemik proyek kereta gantung Osaek yang menuai perdebatan panjang.

Dalam waktu yang hampir bersamaan, kabar duka dari kawasan pegunungan ini mengguncang masyarakat sekaligus menyoroti persoalan keselamatan dan konservasi lingkungan di taman nasional paling terkenal di Negeri Ginseng tersebut.

Dilansir dari The Korea JoongAng Daily, dua insiden tragis terjadi pada Sabtu pagi di dua taman nasional berbeda, Seoraksan dan Bukhansan. Seorang pria berusia 60-an ditemukan tewas setelah jatuh dari tebing di area terlarang dekat Ansan, sisi barat laut Gunung Seorak. Petugas taman menerima panggilan darurat dari layanan penyelamatan 119 dan segera menurunkan tim evakuasi, namun medan curam membuat proses penyelamatan berlangsung sulit dan beresiko tinggi. Di hari yang sama, insiden serupa juga terjadi di Taman Nasional Bukhansan ketika seorang pria berusia 30-an terjatuh sekitar 30 meter dari tebing Insubong saat mendaki.

Kedua kecelakaan itu menjadi pengingat keras bagi para pendaki dan wisatawan untuk selalu memperhatikan peraturan keselamatan di area pegunungan. Otoritas taman menegaskan bahwa sebagian besar jalur pendakian yang tertutup bukan tanpa alasan, sebab medan ekstrem dapat dengan cepat berubah menjadi mematikan ketika diabaikan.

"Kami terus menghimbau masyarakat agar tidak melewati zona terlarang, terutama pada musim pendakian," ujar perwakilan dari Korea National Park Service.

Di tengah perhatian atas insiden itu, perhatian publik juga tertuju pada proyek besar di kawasan Seoraksan bagian Osaek yaitu pembangunan kereta gantung (Osaek Cable Car Project) yang sudah direncanakan selama lebih dari empat dekade.

Dilansir dari Asia Economy, proyek ini akhirnya dimulai pada November 2023 melalui upacara peletakan batu pertama yang dihadiri lebih dari 300 tamu, termasuk Perdana Menteri Han Duck-soo dan Gubernur Gangwon. Proyek ini bertujuan untuk memudahkan akses wisatawan menuju puncak Seoraksan tanpa harus mendaki, sekaligus mengembangkan potensi ekonomi lokal.

Rencana pembangunan kereta gantung ini mencakup jalur sepanjang 3,3 kilometer dari Osaek hingga area bawah Kkeutcheong, dengan 53 gondola berkapasitas delapan orang. Waktu tempuhnya sekitar 14 menit sekali jalan, dan diproyeksikan dapat membawa lebih dari 800 wisatawan per jam. Namun, di balik kemegahan proyek ini, muncul gelombang penolakan dari berbagai kelompok lingkungan yang menilai bahwa proyek tersebut mengancam keseimbangan ekosistem Seoraksan.

Beberapa aktivis lingkungan melakukan aksi protes di sekitar lokasi pembangunan. Mereka khawatir bahwa pembangunan infrastruktur besar di kawasan lindung akan menyebabkan erosi, gangguan pada habitat satwa liar, serta kerusakan tanaman endemik di daerah pegunungan. Penolakan ini semakin menguat setelah muncul laporan bahwa sejumlah tanaman langka terancam oleh proses relokasi yang dilakukan tanpa izin lengkap.

Kritik publik terhadap proyek semakin tajam ketika The Korea Times melaporkan bahwa Korea Heritage Service pada Juni 2025 memerintahkan penghentian sementara kegiatan konstruksi. Lembaga itu menemukan bahwa pihak pemerintah daerah Yangyang telah memulai pemindahan tanaman langka tanpa mengajukan rencana pelaksanaan yang sesuai dengan regulasi konservasi. Kekhawatiran utama mereka adalah relokasi tanaman alpine yang rapuh dapat gagal dan merusak ekosistem alami gunung.

Korea Heritage Service menyatakan akan melakukan inspeksi langsung di lokasi proyek untuk menilai dampak lingkungan yang terjadi. Jika ditemukan pelanggaran terhadap hukum warisan alam, lembaga tersebut dapat menempuh jalur hukum atau memerintahkan pemulihan area terdampak.

"Kami akan memastikan bahwa setiap langkah pembangunan tetap berada dalam koridor perlindungan warisan ekologis," tulis The Korea Times dalam laporannya.

Sementara itu, pemerintah daerah Yangyang berjanji untuk bekerja sama dengan lembaga nasional guna menyelesaikan masalah administratif dan teknis terkait proyek ini. Mereka berargumen bahwa kereta gantung Osaek akan membantu meningkatkan pariwisata berkelanjutan dan mengurangi tekanan pada jalur pendakian yang padat. Namun, aktivis lingkungan tetap menuntut agar proyek ini dievaluasi ulang dengan mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan ekonomi dan kelestarian alam.

Kontroversi seputar proyek kereta gantung di Seoraksan kini menjadi cerminan dari dilema klasik antara pembangunan dan konservasi. Di satu sisi, gunung ini menjadi simbol kebanggaan Korea Selatan dan sumber pendapatan pariwisata, di sisi lainnya juga merupakan habitat penting bagi spesies langka yang perlu dijaga kelestariannya. Ke depan, keputusan yang diambil pemerintah tidak hanya akan menentukan masa depan proyek Osaek, tetapi juga menjadi tolok ukur bagaimana Korea Selatan menyeimbangkan ambisi pembangunan dengan tanggung jawab ekologisnya.

Editor: Candra Mega Sari

Tag:  #kontroversi #tragedi #seoraksan #antara #proyek #kereta #gantung #risiko #alam #yang #mengancam

KOMENTAR