



Iran Tingkatkan Kualitas Rudal, Israel Tampik Kehabisan Rudal Pencegat
- Perang antara Iran dan Israel terus berkecamuk. Perang kedua negara menguji kemampuan dan ketersediaan rudal masing-masing. Keduanya sempat dikabarkan mengalami penipisan jumlah rudal.
Iran mengubah kuantitas rudal menjadi kualitas, sedangkan Israel siap menghadapi semua risiko meski enggan mengungkap perincian stok persenjataan.
Iran dalam posisi yang tidak akan menyerah begitu saja pasca kehilangan sejumlah fasilitas nuklir. Kemungkinan besar Iran akan berupaya memperpanjang waktu konflik untuk memberikan kerusakan yang lebih merugikan bagi Israel.
"Dari sudut pandang Iran, tidak ada yang benar-benar akan hilang paska program nuklirnya hancur. Serta banyak proxinya seperti Houthi, Hamas, dan Hizbullah yang direndahkan dengan serangan Israel," ujar Pakar Militer Afshon Ostovar, dikutip dari CNN.
Daya ungkit Iran yang akan menjadi pilihan berupa terus berperang. "Selama Israel menyerang, Iran dapat terus mengirimkan rudalnya untuk mengebom Israel," ujarnya.
Hal itu diperkuat dengan Iran yang menampik kabar dari Israel soal menipisnya jumlah rudal. Seorang pejabat senior Iran menyebut kepada CNN bahwa Iran telah mengubah kebijakan rudalnya. Dari sekedar menembakkan rudal dalam jumlah besar menjadi menembakkan rudal presisi yang lebih cangguh terhadap pusat militer dan keamanan di Israel. "Iran mengamati bahwa dan rudal itu dengan mudah menembus THAAD Amerika, Patriot, Arrow 3, Arrow 2, David's Sling dan keluarga sistem Iron Dome, menyerang target yang telah ditentukan sebelumnya," kata pejabat itu, mengacu pada jaringan sistem pertahanan rudal Israel. Menurut mereka, Israel tidak boleh senang dengan penurunan jumlah rudal yang ditembakkan dan lebih baik tetap diam. " Serta, hanya menjadi pengamat dalam menghadapi keseimbangan baru kekuatan superior Iran," katanya. Sementara rudal pencegat yang menjadi jantung pertahanan Israel juga dikabarkan menipis. Pasukan Pertahanan Israel (IDF) pada Jumat (21/6/2025) membantah laporan bahwa sistem pertahanan udara mereka telah kehabisan rudal pencegat seiring meningkatnya eskalasi konflik dengan Iran. Dalam pernyataannya, IDF menegaskan bahwa mereka siap dan siaga menghadapi segala skenario, meski menolak mengungkapkan perincian terkait stok persenjataan. Menurut sumber militer kepada Times of Israel, operasi militer terhadap Iran telah direncanakan selama berbulan-bulan. Rencana tersebut mencakup kalkulasi jumlah rudal balistik dan pesawat udara tak berawak (UAV) yang dapat digunakan Teheran, serta strategi untuk memastikan ketersediaan rudal pencegat dalam jumlah yang memadai. Komandan IDF Eyal Zamir mengungkapkan bahwa sebelum peluncuran Operasi Lion Rising pada Jumat (13/6/2025), Iran diperkirakan memiliki sekitar 2.500 rudal permukaan-ke-permukaan. Serangan udara Israel diyakini telah menghancurkan setengah dari jumlah tersebut. Dalam simulasi awal IDF terhadap kemungkinan serangan balik Iran, diperkirakan bahwa Iran akan meluncurkan beberapa ratus rudal dan UAV. Namun, pada kenyataannya, serangan awal hanya melibatkan sekitar 100 UAV. Selama lebih dari seminggu konflik, Iran meluncurkan lebih dari 470 rudal balistik dan sekitar 1.000 UAV ke arah Israel, jumlah yang lebih rendah dibandingkan prediksi awal IDF. Para pejabat Israel mencatat bahwa belakangan ini Iran meluncurkan lebih sedikit rudal, dan IDF pun mengurangi frekuensi penembakan rudal intersepsi dibandingkan perkiraan semula. Sebagian besar rudal berhasil dicegat, sebanding dengan respons Israel dalam serangan Iran pada 2024. IDF menyatakan bahwa hanya sekitar 5 persen hingga 10 persen rudal Iran yang berhasil menembus pertahanan dan jatuh di wilayah Israel. Beberapa di antaranya dibiarkan tanpa intersepsi karena diperkirakan akan jatuh di area terbuka dan tidak menimbulkan kerusakan. Namun, sejumlah rudal balistik Iran berhasil mencapai wilayah urban dalam beberapa hari terakhir, menyebabkan korban jiwa dan kerusakan infrastruktur. Para pejabat militer mengakui bahwa meskipun sistem pertahanan udara Israel sangat canggih, tidak ada jaminan 100 persen keberhasilan dalam menghadapi setiap serangan. Fabian Hinz, analis dari Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS), mengatakan bahwa kepemimpinan Israel untuk sementara waktu telah menerima risiko bahwa rudal balistik dapat menghantam wilayah sipil. Keseimbangan kekuatan antara kedua negara terus berubah, dan hanya akan berpihak pada Teheran jika Iran mampu meningkatkan produksi rudal atau melancarkan serangan presisi tinggi terhadap target strategis di Israel. Dalam wawancara pada Kamis (19/6), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak mengonfirmasi kabar bahwa persediaan rudal pertahanan udara Arrow mulai menipis. Dia hanya menyebutkan bahwa Amerika Serikat membantu mengisi kembali stok rudal Israel. The Washington Post pada Rabu (18/6) melaporkan bahwa tanpa dukungan militer AS, Israel hanya memiliki cukup rudal pencegat untuk mempertahankan diri selama 10-12 hari jika intensitas serangan Iran tetap tinggi. (idr)Tag: #iran #tingkatkan #kualitas #rudal #israel #tampik #kehabisan #rudal #pencegat