Keluarga Tawanan Israel Blokir Bantuan masuk Palestina, Sebut Bantuan untuk Gaza Sebagai Kegagalan Moral
Demonstran Israel blokir bantuan masuk Gaza/MEE/
07:18
28 Januari 2024

Keluarga Tawanan Israel Blokir Bantuan masuk Palestina, Sebut Bantuan untuk Gaza Sebagai Kegagalan Moral

 

 Jalan masuk bantuan ke Palestina tidak hanya terhalang oleh pasukan penjajahan Israel.

Baru-baru ini sekelompok pengunjuk rasa dari golongan keluarga tawanan Israel ikut blokir bantuan masuk ke wilayah konflik tersebut.

Para pengunjuk rasa itu menuntut agar keluarga mereka yang masih ditawan sejak 7 Oktober 2023 segera dibebaskan.

Mereka berencana akan terus lakukan aksi mereka sampai keinginan mereka terkabul.

Dilansir dari MEE (27/1), Para pengunjuk rasa Israel, termasuk keluarga mereka yang ditawan di Gaza pada tanggal 7 Oktober, telah menghalangi bantuan darurat untuk mencapai daerah Palestina tersebut melalui penyeberangan perbatasan Kerem Shalom.

Menurut media Israel, para pengunjuk rasa telah mengepung truk-truk kemanusiaan yang hendak memasuki Gaza, mereka menuntut agar bantuan dihentikan sampai para tawanan yang tersisa dibebaskan.

Rombongan pengunjuk rasa berhasil melewati penghalang jalan, berjalan beberapa kilometer menuju persimpangan perbatasan.

Seorang kerabat salah satu tawanan Israel, saudara ipar dari tawanan bernama Elyakim Libman, mengatakan bahwa bantuan diberikan ke Gaza adalah bentuk ‘kegagalan moral’ karena beberapa tawanan masih tetap berada di daerah konflik tersebut.

Para pengunjuk rasa mendesak pemerintah untuk melarang bantuan kemanusiaan mencapai Gaza.

Pada hari Rabu 24 Januari 2024, para pengunjuk rasa menahan lebih dari 100 truk, beberapa di antaranya akhirnya dialihkan dan terpaksa mencari pintu masuk alternatif dari Mesir.

Pemblokiran oleh pengunjuk rasa Israel ini telah menunda bantuan disalurkan dan memaksanya menjalani pemeriksaan lebih lanjut.

Surat kabar Israel, Haaretz, melaporkan pada hari Rabu bahwa organisasi 'Mothers of Combat Soldiers' juga terlibat dalam pemblokiran penyeberangan tersebut.

Mereka menuntut bahwa setiap bantuan yang masuk ke Gaza harus dengan syarat bahwa para tawanan dikembalikan bersamaan dengan pelucutan senjata Hamas.

Pada tanggal 24 Januari 2024, Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menuduh Israel menunda pengiriman bantuan ke Gaza.

“Ini adalah bentuk tekanan terhadap Jalur Gaza dan rakyatnya atas konflik dan pembebasan sandera. Mereka menggunakan ini sebagai alat tekanan terhadap rakyat Jalur Gaza,” kata Sisi dalam komentarnya untuk memperingati hari polisi nasional di Mesir.

Protes untuk memblokir bantuan terjadi ketika, selama seminggu terakhir, pasukan Israel juga menyerang warga Palestina di Gaza yang sedang mengantri untuk mendapatkan bantuan.

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat ,Antony Blinken memperbarui seruan pada hari Kamis 25 Januari 2024 agar Israel melindungi warga sipil, setelah serangan mematikan Israel terhadap fasilitas PBB pada hari Rabu 24 Januari 2024 yang menewaskan sedikitnya 12 warga Palestina dan melukai puluhan lainnya.

Amerika Serikat mengutuk serangan tersebut. Namun, mereka tidak menyalahkan pihak Israel atas penyerangan mereka di fasilitas PBB tersebut, sementara Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki masalah ini, menurut media Israel.

Pada serangan itu, dua peluru tank Israel menghantam tempat perlindungan PBB dan menyebabkan kehancuran yang luas.

Selama kunjungannya ke Angola, Blinken mengatakan kepada wartawan bahwa tempat penampungan PBB sangat penting dan harus dilindungi.

“Kami telah menegaskan kembali hal ini dengan pemerintah Israel, dan menurut pemahaman saya, mereka, sebagaimana diperlukan dan pantas, sedang menyelidiki insiden ini,” kata Blinken, tanpa mengatakan pada tingkat apa diskusi tersebut dilakukan.

Setidaknya 26.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak dimulainya perang pada 7 Oktober, kata Kementerian Kesehatan Palestina pada hari Jumat. Israel melancarkan perangnya di Gaza pada bulan Oktober, menyusul serangan Hamas yang menyebabkan 1200 orang tewas.

Namun Surat kabar Israel Haaretz mengungkapkan yang sebenarnya terjadi lebih dari 1000 warga sipil dan anak-anak yang diklaim mereka dibunuh Hamas, justru terbunuh karena serangan militer Israel pada peristiwa serangan Lintas Batas oleh Hamas.

Sejak itu, Gaza terjerumus ke dalam krisis kemanusiaan yang parah, setelah Israel memutus semua bahan bakar, air, listrik, dan bantuan untuk wilayah tersebut.

Sejak November 2023, lembaga-lembaga kemanusiaan mengatakan bahwa Gaza menghadapi ancaman kelaparan dan penyakit setelah pengiriman bantuan terhenti karena kekurangan bahan bakar dan pemadaman komunikasi. 

 ***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #keluarga #tawanan #israel #blokir #bantuan #masuk #palestina #sebut #bantuan #untuk #gaza #sebagai #kegagalan #moral

KOMENTAR