Pesan Menyakitkan dari Hamas ke Netanyahu Saat Penyerahan Gelombang Pertama Jenazah Sandera Israel
16:50
20 Februari 2025

Pesan Menyakitkan dari Hamas ke Netanyahu Saat Penyerahan Gelombang Pertama Jenazah Sandera Israel

- Adegan serah terima jenazah tawanan Israel, di Khan Younis, Gaza Selatan, Kamis (20/2/2025), sarat dengan pesan-pesan yang ingin disampaikan kelompok perlawanan Palestina, Hamas buat pendudukan Israel.

Khaberni, mengabarkan, pesan-pesan itu menjadi hal 'menyakitkan' bagi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, karena sebagian besar mengingatkan pada kerugian yang diderita Israel selama perang di Jalur Gaza.

Brigade Al-Qassam, sayap militer Gerakan Hamas, menyerahkan gelombang pertama jenazah sandera yang diserahkan sebagai bagian dari fase pertama perjanjian gencatan senjata.

Hamas menyerahkan jenazah 4 tahanan Israel, termasuk seorang ibu dan dua anaknya dari keluarga Bibas.

"Mereka semua tewas akibat tembakan pasukan pendudukan Israel (IDF) saat berupaya menyelamatkan mereka dengan paksa," sebagaimana dikatakan koresponden Al Jazeera di Palestina, Elias Karam.

Mayat-mayat itu ditempatkan dalam peti mati hitam, masing-masing berisi foto dan rincian pemiliknya, di atas panggung yang memuat gambar yang memperlihatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebagai vampir.

Di atas gambar ini, kelompok perlawanan Palestina menulis, "Penjahat Netanyahu dan tentaranya membunuh orang-orang ini dengan rudal Nazi mereka."

empat peti mati hitam berisi empat jenazah sandera Israel PETI HITAM - Tangkap layar Khaberni, Kamis (20/2/2025) menunjukkan empat peti mati hitam berisi empat jenazah sandera Israel yang diserahterimakan dari Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas, ke pihak Palang Merah Internasional untuk diberikan ke pihak Israel. Prosesi ini dilakukan di Khan Younis, Gaza Selatan.

Pesan Tegas, "Kembali Perang= Sandera Kembali dalam Peti Mati"

Di atap rumah-rumah yang hancur di daerah Bani Suhaila di kota Khan Yunis di Jalur Gaza selatan, perlawanan mengangkat spanduk yang menunjukkan penyergapan yang dialami pasukan pendudukan di sejumlah daerah di Jalur Gaza selama perang.

Di antara penyergapan yang fotonya dipublikasikan oleh kelompok perlawanan adalah penyergapan Al-Farahin yang terjadi di daerah Al-Zana di sebelah timur Kota Gaza.

Kelompok perlawanan menulis di spanduk bahwa itu bukanlah piknik, tetapi 'holocaust'. 

Gambar-gambar menunjukkan bahwa penyergapan ini telah mengakibatkan tewasnya 8 personel pasukan Israel.

"Beberapa pejuang Qassam membawa senjata yang digunakan dalam operasi ini, yang sering muncul dalam video yang disiarkan gerakan perlawanan tentang operasi sebelum gencatan senjata," tulis ulasan Khaberni menggambarkan pesan simbolik lainnya yang disampaikan Hamas.

Salah satu petempur juga memberikan pernyataan tentang operasi yang terjadi di sebelah timur Kota Gaza selama perang, rinciannya, cara pelaksanaannya, dan kerugian yang diderita akibat pendudukan.

Di tengah alun-alun lokasi penyerahan jenazah, kelompok perlawanan juga memasang spanduk berisi gambar peti mati dan statistik operasi serta kerugian Israel, serta gambar lain yang menunjukkan konfrontasi para pejuang dengan kendaraan Israel.

Sebuah spanduk juga dikibarkan di area tersebut dengan tulisan, "Kembalinya perang = kembalinya tahanan dalam peti mati," merujuk pada nasib yang menanti tahanan Israel di Gaza jika Perdana Menteri Benjamin Netanyahu memutuskan untuk kembali berperang lagi.

Spanduk yang dipasang Brigade Al-Qassam SPANDUK PESAN - Spanduk yang dipasang Brigade Al-Qassam, Kamis (20/2/2025) di lokasi penyerahan jenazah empat sandera Israel di Khan Younis, Gaza Selatan. Hamas menyatakan, para sandera Israel terbunuh justru oleh pengeboman buta Israel saat melakukan agresi militer di Gaza.

Komandan Batalyon Timur Al Qassam Muncul

Pemilihan Khan Younis, Gaza Selatan sebagai lokasi prosesi penyerahan jenazah sandera Israel, rupanya juga memiliki makna dan pesan. 

Koresponden Al Jazeera, Ashraf Abu Amra mengutip salah satu pemimpin perlawanan yang mengatakan kalau Al Qassam melakukan banyak operasi kompleks melawan pasukan Israel di wilayah yang terletak di sebelah timur Kota Gaza ini.

Menurut pemimpin Qassam, selama perang, daerah ini menjadi saksi pemboman 6 rumah di mana pasukan Israel bersembunyi dengan peluru anti-personel.

Qassam juga merinci ada 26 operasi penargetan yang berbeda, 21 operasi penembak jitu yang ia gambarkan sebagai operasi yang rumit, dan hantaman peluru Al-Yassin ke 20 tank IDF.

Komandan wilayah timur Brigade Qassam, yang dinyatakan tewas dalam perang oleh Israel, muncul dan menyerahkan para jenazah kepada Palang Merah. 

Komandan batalion utara, yang coba dibunuh Israel, juga menghadiri penyerahan tersebut.

Perlawanan juga memasang spanduk bertuliskan "Nazisme Zionisme dalam Angka", dan di spanduk tersebut tertulis jumlah warga sipil yang menjadi martir yang dibunuh oleh pendudukan selama perang, serta jumlah luka-luka dan pembantaian yang dilakukan di berbagai wilayah.

Angka-angka ini mencakup rincian jumlah martir, termasuk wanita, anak-anak, dan keluarga yang menjadi sasaran dan lainnya yang terhapus sepenuhnya dari catatan sipil.

Menurut angka yang dipublikasikan, 61 ribu orang tewas selama perang, termasuk 13 ribu orang yang masih tertimbun reruntuhan.

Kemarin, Rabu, sempat terdengar kabar bahwa proses serah terima jenazah tidak akan diwarnai perayaan apa pun, namun prosesi tersebut tetap dilaksanakan seperti sebelumnya, dengan kehadiran rakyat dan militer, dan banyak yang naik ke atap-atap rumah yang setengah hancur di area serah terima.

Nasib Jenazah Sandera Israel Setelah Diserahterimakan

Setelah diserahterimakan, para jenazah sandera Israel ini akan dibawa pihak ketiga, Palang Merah Internasional ke pihak Israel untuk dibawa ke wilayah pendudukan. 

Koresponden Al Jazeera di Palestina, Elias Karam menduga kedatangan jasad para tahanan tersebut akan menimbulkan kekhawatiran di jalan-jalan Israel merujuk pada rasa prihatin pemukim Yahudi atas terbunuhnya para sandera tersebut di Gaza.

Dia menyatakan, lembaga medis Israel akan memeriksa jasad-jasad tersebut untuk menentukan penyebab pasti kematian mereka.

Karam mengatakan, tentara Israel akan menerima jenazah-jenazah tersebut di suatu titik yang masih berada di bawah kendalinya di dalam Jalur Gaza.

Disebutkan jenazah-jenazah tersebut akan menerima upacara pemakaman Yahudi sebelum dipindahkan ke Institut Kedokteran Forensik di selatan Tel Aviv.

"Di Institut Kedokteran Forensik, proses diagnosis penyebab kematian akan dimulai, yang menurut Karam dapat memakan waktu hingga 7 jam, karena melibatkan pengujian DNA, pemindaian CT, dan rontgen gigi," kata Elias Karam.

"Pihak berwenang Israel diketahui sudah memiliki berkas kesehatan semua sandera Operasi Banjir Al-Aqsa untuk mempercepat proses diagnosis penyebab kematian mereka, yang akan menentukan pihak yang bertanggung jawab atas kematian mereka," kata Karam, seraya mencatat kalau hal ini dapat memperkuat tudingan kegagalan militer Israel.

Ada foto-foto yang mengonfirmasi kalau keluarga Bebas, yang jenazahnya diserahkan, masih hidup pada awal perang, menurut Karam.

Adapun Hamas mengeluarkan pernyataan yang mengatakan kalau pihaknya berusaha menyelamatkan nyawa para tahanan dengan segala cara.

Hamas justru menuduh pendudukan bertindak brutal terhadap keluarga-keluarga Israel ini.

Hamas mengirim pesan kepada keluarga Bibas dan Lifshts, mengatakan bahwa ia berharap mereka kembali hidup-hidup, tetapi pendudukan lebih memilih untuk membunuh mereka dan 17.000 anak Palestina bersama mereka.

Gerakan ini menekankan, kalau mereka telah menjaga kesucian jasad orang-orang yang telah meninggal, sementara pemerintah Israel justru tidak menghormati warga mereka sendiri yang masih hidup dan malah membunuh mereka beserta para penculiknya.

Hamas menyatakan kalau Benjamin Netanyahu sebagai 'penjahat', menangisi orang yang meninggal untuk menghindari tanggung jawab atas pembunuhan mereka.

 

(oln/khbrn/*)

 
 

Tag:  #pesan #menyakitkan #dari #hamas #netanyahu #saat #penyerahan #gelombang #pertama #jenazah #sandera #israel

KOMENTAR