Houthi Siap Bertindak jika Rencana Trump untuk Relokasi Warga Gaza Dilanjutkan
HOUTHI SIAP SERANG - Tangkap layar YouTube Times Of India yang tayang dan diambil pada Jumat (14/2/2025), menampilkan video respons Houthi terhadap rencana Donald Trump soal relokasi Gaza. Houthi berjanji akan lakukan aksi militer jika rencana Trump untuk mengusir warga Gaza dilanjutkan 
16:50
14 Februari 2025

Houthi Siap Bertindak jika Rencana Trump untuk Relokasi Warga Gaza Dilanjutkan

- Pemimpin Ansarullah Yaman (Houthi), Abdul-Malik Al-Houthi, berjanji akan mengambil tindakan militer jika Israel atau Amerika Serikat (AS) melanjutkan rencana mereka untuk mengosongkan Jalur Gaza dari penduduknya dan memindahkan mereka ke negara lain.

"Sikap kami dalam mendukung bangsa Palestina dan para pejuangnya sudah jelas dan berprinsip. Kami akan berdiri tegas di pihak mereka," kata Al-Houthi dalam pidatonya yang disiarkan dari ibu kota Yaman, Sana'a, pada Kamis (13/2/2025), dikutip PressTV.

"Jika AS berhasil menjalankan rencananya terhadap Gaza, kami akan bertindak secara militer untuk mencegahnya. Ini adalah bagian dari tugas agama kami, dan kami tidak akan tinggal diam."

Houthi juga menyoroti kegagalan Israel untuk memenuhi komitmen gencatan senjata di Gaza, dengan mencegah masuknya bantuan, barang kebutuhan pokok, dan tenda-tenda untuk warga Gaza.

Ia mengecam rezim Zionis yang menurutnya melanggar gencatan senjata atas dorongan dari pemerintahan AS. 

"Neraka untukmu, Trump, dan mereka yang seperti dirimu—para tiran, penjahat, dan penindas," ujar Al-Houthi.

Ia menegaskan, rencana pemindahan Gaza oleh Trump adalah lelucon yang tidak masuk akal dari seorang pemimpin yang mengklaim mewakili negara yang beradab.

"Rencana Trump untuk memindahkan warga Palestina dari tanah air mereka adalah bentuk perampasan hak yang mendasari banyak hak lainnya."

"Trump adalah penjahat yang sering membuat pernyataan ceroboh dan tak masuk akal."

Al-Houthi juga menyoroti bahwa rencana Trump ini mencerminkan niat jahatnya untuk menyangkal hak-hak warga Palestina dan mengabaikan keadilan.

"Rencana ini adalah sesuatu yang jahat dan kejam. Trump tampaknya serius ingin mewujudkannya dan menekan beberapa negara Arab untuk menerimanya," tambahnya.

"Kami tidak terkejut dengan rencana ini, karena ini menunjukkan kekejaman dan catatan kriminal negaranya."

"Ambisi Trump tidak memiliki batas. Dia percaya pada rencana Zionis yang agresif dan tidak adil serta berusaha mewujudkannya."

Al-Houthi melanjutkan, melalui rencananya, Trump berusaha untuk mencapai apa yang gagal dilakukan oleh agresi Israel di Gaza—mengusir warga Palestina dari tanah mereka.

"Ketika Amerika mengangkat isu pemindahan paksa warga Palestina dari Jalur Gaza dan Tepi Barat, mereka mencoba melikuidasi sepenuhnya perjuangan Palestina."

Ia memperingatkan, rencana pemindahan paksa ini merupakan bagian dari proyek Zionis yang bertujuan memperluas pengaruh entitas pendudukan, terutama di tempat-tempat suci, termasuk Masjid al-Aqsa.

"Rencana Trump untuk Gaza tidak akan berhasil selama negara-negara Arab, khususnya yang berada di dekat Palestina, menolaknya."

"Tanggung jawab besar ada di tangan negara-negara Arab dan Muslim untuk menolaknya secara tegas, dan lebih dari itu, menunjukkan sikap perlawanan yang kuat."

"AS berusaha menjebak rezim-rezim Arab ke dalam skandal besar dengan memaksa mereka bertindak melawan kepentingan negara dan rakyat mereka."

Al-Houthi memperingatkan bahwa menyetujui rencana Amerika ini, akan membawa konsekuensi yang sangat serius bagi keamanan nasional negara-negara Arab dan seluruh kawasan Asia Barat.

Analis: Houthi Masih Menjadi Ancaman

Selama setahun terakhir, Israel, Amerika Serikat, dan pasukan koalisi terus berupaya keras untuk menahan serangan Houthi, terutama di wilayah Laut Merah.

Beberapa serangan udara terkoordinasi telah dilancarkan terhadap pelabuhan, infrastruktur minyak, lokasi senjata, serta bandara di Sana'a, Yaman.

Meskipun demikian, kelompok Houthi tidak menunjukkan tanda-tanda mundur.

Serangan Houthi terhadap kapal-kapal yang terafiliasi dengan Israel di Laut Merah baru mereda setelah tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas pada 19 Januari lalu.

Namun, seperti dilansir ABC News, Danny Citrinowicz, peneliti di Institute for National Security Studies, sebuah lembaga pemikir di Tel Aviv, meyakini bahwa meskipun gencatan senjata di Gaza bertahan lama, ancaman dari Houthi belum berakhir.

“Jin sudah keluar dari botolnya,” ujarnya, menggambarkan Houthi sebagai tantangan yang lebih kompleks.

"Tidak ada solusi cepat. Bahkan jika perang di Gaza berakhir, ancaman ini tidak akan hilang begitu saja," tambah Citrinowicz.

Anggota Poros Perlawanan Iran, yang mencakup Houthi, Hamas, dan Hizbullah, telah melemah dalam setahun terakhir.

Israel berhasil menyingkirkan sejumlah pemimpin tinggi Hamas dan Hizbullah di Gaza dan Lebanon serta menghancurkan sebagian struktur militer mereka.

Namun, para ahli mengatakan situasi dengan Houthi berbeda.

Yaman tidak berbatasan langsung dengan Israel, sehingga operasi darat yang dilakukan di Gaza dan Lebanon tidak bisa diterapkan dengan mudah di sini.

Citrinowicz, mantan kepala unit intelijen pertahanan Israel cabang Iran, menambahkan bahwa kekurangan informasi intelijen tentang Houthi menjadi tantangan besar.

“Itu adalah sesuatu yang belum kami fokuskan karena perhatian kami tertuju pada ancaman yang lebih mendesak,” katanya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Editor: Suci BangunDS

Tag:  #houthi #siap #bertindak #jika #rencana #trump #untuk #relokasi #warga #gaza #dilanjutkan

KOMENTAR