Puluhan Ton Sampah Menumpuk di Gaza, WHO: Mengerikan, Penyakit Berbahaya Ancam Nyawa Pengungsi
Sampah menumpuk di jalanan sekitar kamp pengungsi Rafah, di selatan Jalur Gaza lantaran layanan pembuangan limbah tak dapat lagi beroperasi selain itu masyarakat juga kesulitan untuk mengakses tempat pembuangan limbah yang berada di area yang berbahaya. 
19:30
21 Januari 2024

Puluhan Ton Sampah Menumpuk di Gaza, WHO: Mengerikan, Penyakit Berbahaya Ancam Nyawa Pengungsi

Pasca konflik Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober lalu, pusat layanan pembuangan limbah di Jalur Gaza dilaporkan mengalami gangguan, hingga puluhan ton sampah menggunung di sepanjang jalan menuju pusat kamp pengungsian.

Puluhan ton sampah ini dibiarkan menumpuk di jalanan kota lantaran layanan pembuangan limbah tak dapat lagi beroperasi pasca Israel memutus aliran listrik di sejumlah wilayah.

Kondisi ini kian diperparah karena masyarakat Gaza kesulitan untuk mengakses tempat pembuangan sampah yang berada di area yang berbahaya.

Imbas masalah ini, para pengungsi terpaksa untuk menumpuk limbah sampah di sepanjang jalan yang berdekatan dengan kamp pengungsian.

Adalah Muhammad Jadallah, pria berusia 65 tahun asal Beit Lahia itu berulangkali mengeluhkan dampak dari penumpukan sampah yang ada di sekitar kamp pengungsian seperti timbulnya bau busuk yang menyengat.

“Kami dari Nuseirat dan datang ke sini, karena kami tidak menemukan tempat. Kami datang pada malam hari, dan kami terpaksa memasang tenda di tempat ini, Betapa terkejutnya Kami di pagi hari karena ada tumpukan sampah di depan kami.” jelas Muhammad Jadallah, dikutip dari Alarabiya.

Limbah Sampah Memicu Gangguan Kesehatan

Keluhan serupa juga dilontarkan Salim Al-Barassi, seorang pengungsi lain dari Kota Gaza.

Ia menjelaskan penumpukan limbah sampah juga memicu gangguan kesehatan hingga penularan penyakit di lingkungan pengungsi meningkat tajam.

“Selain bom setiap hari dan suara ledakan, ada sampah, bau tak sedap, dan penyakit yang menyebar di antara kita. Setiap minggunya ada yang sakit, baik anak-anak maupun orang tua, karena bau dan sampah,” keluh Salim Al-Barassi.

Sementara itu pemerintah kota Deir al-Balah mengatakan bahwa masalah pengumpulan sampah sudah ada sebelum perang, namun situasinya memburuk pasca peristiwa 7 Oktober.

“Kami menghadapi defisit dalam layanan yang kami berikan kepada warga sebelum perang, jadi bagaimana dengan hari ini,” kata Diab Al-Jarou, Walikota Deir Al-Balah.

“Pelayanannya pasti akan berkurang dan kami tidak akan bisa memberikan pelayanan yang layak kepada warga,” imbuhnya.

WHO Peringatkan Ancaman Penyakit di Gaza

Seorang pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan kondisi Gaza yang semakin memburuk lantaran sistem pelayanan kesehatan terus mengalami krisis pasokan.

Dalam catatan WHO yang dikutip dari The Guardian, hampir 180.000 orang di pengungsian Gaza Utara menderita infeksi saluran pernapasan.

Sementara 136.400 kasus diare saat ini menimpa para pengungsi terutama anak-anak Gaza yang berusia di bawah lima tahun.

Tak hanya itu terdapat 55.400 kasus penularan penyakit kutu dan kudis, 5.330 kasus cacar air,serta 42.700 kasus ruam kulit, termasuk 4.722 kasus impetigo, di Gaza.

Baru - baru ini jutaan nyawa yang berada di kamp pengungsian Gaza turut terancam terkena penyakit Hepatitis A.

Penyebaran penyakit ini terjadi setelah jutaan warga Gaza mulai mengungsi secara besar-besaran, namun hal tersebut tak didukung dengan adanya penambahan fasilitas air bersih dan kesehatan.

Kondisi kian diperparah lantaran cuaca musim dingin dan kurangnya nutrisi yang dikonsumsi jutaan pengungsi.

Hal ini yang membuat penyebaran penyakit di Gaza meningkat tajam dalam beberapa pekan terakhir.

Anak di Gaza Berpotensi Alami Stunting dan Gizi Buruk

Selain ancaman penyakit jutaan warga Gaza juga mengalami ancaman krisis pangan.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengungkap, saat ini sebanyak jutaan rumah tangga di Jalur Gaza menderita kerawanan pangan akibat aksi blokade yang dilakukan militer Israel.

“Sebelum 7 Oktober, sebanyak 33 persen penduduk menghadapi kerawanan pangan. Kini dapat kami pastikan bahwa 100 persen penduduk sudah menghadapinya,” kata Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu sebagaimana dikutip dari Anadolu Agency.

Meski akses masuk di pintu perbatasan Rafah yang memisahkan Gaza dan Mesir telah diperlonggar, namun sayangnya dari ratusan truk bantuan kemanusiaan yang mengantri hanya 19 persen yang diperbolehkan masuk ke wilayah Gaza.

Israel bersikukuh tindakan blokade dilakukan untuk melumpuhkan kekuatan militan Hamas. Namun akibat aksi pemblokiran akses pangan warga Palestina tidak dapat mencukupi kebutuhan pangan dengan baik.

Badan Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med bahkan menggambarkan situasi yang tengah terjadi di Gaza sebagai "perang kelaparan".

“Sejak dibukanya kembali pintu perbatasan Rafah kami hanya dapat mengirim 40 sampai 50 truk sementara kami membutuhkan 100 truk per hari agar bisa memberikan bantuan pangan kemanusiaan yang berarti bagi warga di Gaza,” kata Kyung-nan.

"Kondisi itu membuat 9 dari 10 keluarga di Gaza tidak bisa makan secara rutin setiap hari,” imbuhnya

(Tribunnews.com / Namira Yunia Lestanti)

Editor: Garudea Prabawati

Tag:  #puluhan #sampah #menumpuk #gaza #mengerikan #penyakit #berbahaya #ancam #nyawa #pengungsi

KOMENTAR