IRGC Iran Luncurkan Drone Super-Berat 'Gaza' dan Rudal AI Saat Israel Ogah Angkat Kaki dari Lebanon
Drone super-berat milik IRGC Iran yang diberi nama Gaza diluncurkan pada latihan militer skala besar Angkatan Laut Iran di Teluk Persia, MInggu (26/1/2025). 
15:00
27 Januari 2025

IRGC Iran Luncurkan Drone Super-Berat 'Gaza' dan Rudal AI Saat Israel Ogah Angkat Kaki dari Lebanon

Pasukan Dirgantara Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Iran dilaporkan meluncurkan pesawat tak berawak superberat, yang diberi nama Gaza.

Pesawat tak berawak itu diperkenalkan pada Minggu (26/1/2025)  selama latihan militer berskala besar -- dengan nama sandi 'Great Prophet Authority'.

Drone Gaza memiliki lebar sayap 22 meter dan berat lepas landas 3.100 kilogram.

Drone ini memiliki daya tahan terbang 35 jam dan kecepatan terbang 350 kilometer per jam.

Kapasitas muatan pesawat nirawak Gaza sedikitnya 500 kilogram, yang memungkinkannya membawa hingga 13 bom.

Jangkauannya 1.000 kilometer dan radius operasional 4.000 kilometer.

"Dalam operasi gabungan yang dilakukan di sela-sela latihan militer, Pasukan Dirgantara IRGC berhasil menghancurkan delapan target secara tepat dengan menggunakan pesawat tak berawak Gaza untuk pertama kalinya," tulis laporan PressTV, dikutip Senin (27/1/2025).

Drone super-berat milik IRGC Iran yang diberi nama Gaza Drone super-berat milik IRGC Iran yang diberi nama Gaza diluncurkan pada latihan militer skala besar Angkatan Laut Iran di Teluk Persia, MInggu (26/1/2025).

Rudal Berteknologi AI

Panglima Angkatan Laut IRGC, Laksamana Muda Alireza Tangsiri mengatakan pada Minggu sebelumnya KALAU pesawat tanpa awak canggih buatan dalam negeri Iran yang dioperasikan oleh pasukan elitenya telah meluncurkan rudal yang dilengkapi kemampuan kecerdasan buatan (AI) selama latihan angkatan laut besar yang sedang berlangsung di Teluk Persia.

Laksamana Muda Alireza Tangsiri mengatakan kepada wartawan di kota pelabuhan selatan Iran, Bushehr, pada hari Minggu bahwa unit Angkatan Laut IRGC menembakkan berbagai macam rudal permukaan (pantai)-ke-laut serta rudal permukaan-ke-permukaan dengan jangkauan yang berbeda-beda pada hari kedua latihan militer Payambar-e-A'azam (Nabi Besar) berskala besar.

Sebuah rudal angkatan laut ditembakkan pada hari kedua latihan perang angkatan laut Payambar-e-A'azam (Nabi Besar) berskala besar di Iran selatan pada tanggal 26 Januari 2025. 
Sebuah rudal angkatan laut ditembakkan pada hari kedua latihan perang angkatan laut Payambar-e-A'azam (Nabi Besar) berskala besar di Iran selatan pada tanggal 26 Januari 2025. (Foto oleh kantor berita DEFA Press)

Ia mencatat bahwa teknisi IRGC telah melengkapi kendaraan udara tak berawak multiperan Mohajer-6 ISTAR dan drone tempur Ababil-5 dengan versi baru rudal berpemandu presisi Qaem dan Almas yang menggabungkan fitur kecerdasan buatan untuk menyerang target yang ditentukan.

Komandan tersebut menyatakan bahwa Angkatan Laut IRGC meluncurkan rudal Navvab untuk pertama kalinya guna memberikan perlindungan udara bagi kapal tempur patroli Shahid (Martir) Soleimani.

Tangsiri menyoroti bahwa pasukan angkatan laut IRGC juga menembakkan rudal jelajah dan balistik, serta versi terbaru rudal Qadr, yang jangkauan dan presisinya telah ditingkatkan untuk melawan peperangan elektronik.

Menurut komandan, latihan angkatan laut Payambar-e-A'azam ditujukan untuk meningkatkan kesiapan pasukan angkatan laut IRGC dalam menghadapi segala petualangan musuh dan mengirimkan pesan perdamaian dan persahabatan ke negara-negara tetangga.

Pasukan Israel yang beroperasi di Lebanon Selatan, Januari 2025. Pasukan Israel yang beroperasi di Lebanon Selatan, Januari 2025. (Kredit: IDF.)

Lebanon Selatan Memanas, Israel Ogah Angkat Kaki

Unjuk kekuatan militer oleh IRGC Iran ini terjadi saat situasi di Lebanon Selatan memanas.

Israel dilaporkan enggan angkat kaki dari wilayah agresi militernya di wilayah tersebut lantaran menyebut infrastruktur gerakan Hizbullah belum sepenuhnya dinetralisir.

Hizbullah adalah sekutu teraktif Iran di kawasan dalam konteks perang panjang mereka melawan Israel yang sudah berlangsung setidaknya satu dekade terakhir.

Belakangan, gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel diperpanjang hingga 18 Februari.

"Perjanjian gencatan senjata antara Israel dan Lebanon telah diperpanjang sekitar tiga minggu setelah rezim Zionis Israel menolak menarik pasukannya sesuai dengan kesepakatan awal," tulis laporan PressTV, dikutip Senin (27/1/2025).

Pengumuman itu disampaikan melalui pernyataan resmi Gedung Putih pada Minggu. 

Pernyataan itu menegaskan bahwa kesepakatan antara Lebanon dan Israel akan terus berlaku hingga 18 Februari 2025.

Ditambahkannya, Lebanon, Israel, dan AS juga akan mengadakan negosiasi untuk memulangkan tahanan Lebanon yang diculik setelah 7 Oktober 2023.

Perdana Menteri Lebanon Najib Mikati juga mengonfirmasi perpanjangan tersebut, dan menambahkan bahwa Lebanon akan menghormatinya.

Menurut kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan antara Israel dan Hizbullah pada bulan November, pasukan Israel dijadwalkan mundur dari Lebanon selatan pada hari Minggu.

“Pemerintah Lebanon menegaskan kembali komitmennya… untuk terus melaksanakan perjanjian gencatan senjata hingga 18 Februari 2025,” kata Mikati dalam sebuah pernyataan, menurut kantor berita AFP.

Perkembangan baru ini terjadi setelah pada hari Minggu, pasukan Israel menembaki warga Lebanon yang mencoba kembali ke rumah mereka di selatan, menewaskan sedikitnya 22 warga sipil dan melukai lebih dari 120 lainnya.

Namun, warga Lebanon bersumpah akan kembali ke desa dan kota mereka, meskipun ada ancaman Israel.

Penarikan itu ditetapkan dalam kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan gerakan perlawanan Hizbullah.

Namun, pasukan rezim tidak meninggalkan wilayah yang diduduki, yang merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap perjanjian gencatan senjata dan pelanggaran terhadap kedaulatan Lebanon.

Selama akhir pekan, militer Israel memperingatkan warga Lebanon untuk tidak kembali ke kampung halaman mereka di selatan negara itu dan memasang barikade di daerah tersebut.

Israel terpaksa menerima gencatan senjata dengan Hizbullah pada 27 November 2024, setelah menderita kerugian besar di medan perang dan gagal mencapai tujuannya meskipun telah menewaskan lebih dari 4.000 orang di Lebanon.

Pejuang Hizbullah saat berlatih simulasi operasi penangkapan. Pejuang Hizbullah saat berlatih simulasi operasi penangkapan. (Dok. Al Mayadeen)

Tentara Zionis Luka Parah usai Buldoser Injak Ranjau Darat Hizbullah

Dalam insiden terbaru, seorang perwira Israel dan dua tentara terluka parah setelah buldoser D-9 menabrak ranjau darat Hizbullah di Lebanon selatan.

Kejadian Sabtu (25/1/2025) tersebut terjadi menjelang penarikan mundur Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dari wilayah Lebanon.

Penarikan mundur itu merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi Israel dalam perjanjian gencatan senjata dengan Hizbullah.

Di mana batas waktu ditetapkan pada hari Minggu, 26 Januari 2025.

Sebagaimana diatur dalam perjanjian gencatan senjata.

Para tentara yang terluka diangkut ke rumah sakit untuk perawatan medis.

Dan keluarga mereka telah diberitahu terkait kondisi tersebut, mengutip Al Mayadeen.

Dalam insiden serupa namun lebih fatal pada Desember 2024, media Israel mengungkapkan bahwa tiga tentara Israel dari Brigade ke-146 tewas dan beberapa lainnya terluka setelah ranjau darat meledak di Ras al-Naqoura.

Dalam konteks terkait, media Israel melaporkan bahwa militer Israel berada dalam siaga tinggi menjelang berakhirnya batas waktu 60 hari yang ditetapkan untuk penarikan total pasukannya dari Lebanon selatan.

Hal ini juga sesuai dengan ketentuan perjanjian gencatan senjata dengan Lebanon, yang berlaku sejak 27 November 2024.

Di bawah perjanjian gencatan senjata, Angkatan Darat Lebanon diminta untuk dikerahkan bersama pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon selatan ketika militer Israel menyelesaikan penarikannya selama periode 60 hari.

Hizbullah berkewajiban untuk menarik pasukannya kembali ke utara Sungai Litani, sekitar 30 kilometer (20 mil) dari perbatasan, dan membongkar infrastruktur militer yang tersisa di selatan.

Sementara pada hari Jumat (24/1/2025), Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel tidak akan memenuhi batas waktu 60 hari untuk penarikan penuh dari Lebanon selatan.

Ini terjadi ketika militer Israel terus melanggar ketentuan gencatan senjata.

Pasukan zionis itu meratakan seluruh kota ke tanah dan melibas tanah untuk menghalangi kembalinya penduduk yang terlantar ke rumah mereka di Lebanon selatan.


 

Tag:  #irgc #iran #luncurkan #drone #super #berat #gaza #rudal #saat #israel #ogah #angkat #kaki #dari #lebanon

KOMENTAR