Ramai Pesan WhatsApp tentang DBD Shock, Epidemiolog Dicky Budiman Buka Suara
Mengenai hal ini, epidemiolog dan peneliti Indonesia dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman, memberikan tanggapan.
Menurutnya penamaan DBD shock kurang tepat.
"Sebetulnya DBD shock itu kata yang kurang tepat. Pertama penyakit ini adalah dengue fever. Dangue itu nama virusnya, atau infeksi dengue, itu yang tepat," ungkapnya saat dihubungi Tribunnews, Selasa (19/3/2024).
Infeksi virus dengue ini diketahui diperantarai oleh nyamuk Aedes aegypti.
Menurut Dicky, ada beberapa tahapan dalam demam dangue ini.
Tahap dengue fever menjadi suatu tahapan dengan kondisi pasien cenderung sedang.
"Tidak disebut lebih ringan, tapi juga tidak berat," katanya.
Namun, pada tahapan berikutnya ada yang disebut dengan dengue haemoragic fever (DHF) atau demam berdarah.
"Jadi, ini yang tahapan berikutnya. Bicara shock, itu dengue shock syndrom. Jadi DSS disingkat dalam klinis," jelasnya.
Pada tahapan ini trombosit memang mengalami penurunan sehingga harus dilakukan transfusi darah akibat banyaknya gejala pendarahan.
"Dari hidung, atau mungkin juga buang air besar keluar darah atau gusinya. Ini yang memang harus dirawat intensif. Dan ini karena shock namanya. Bisa drop dan sebagainya," papar Dicky lagi.
"Kalau bicara DBD shock, tidak terlalu tepat. Dan itu menurut saya melihat beritanya cenderung atau kategori hoaks ya. Walau ada beberapa benar. Tapi secara umum ke arah kategori hoaks," imbuhnya.
Lantas, adakah kaitannya dengan penyebaran nyamuk Wolbachia?
"Kalau kaitannya dengan penyebaran nyamuk Wolbachia, sebetulnya dalam konteks kaitan di banyak kota, tidak bisa dikatakan kaitannya. Karena Wolbachia ini masih dalam riset," kata Dicky.
Dapat dikatakan dampak dari nyamuk Wolbachia masih sedikit.
Jadi, menurut Dicky, tidak ada kaitannya dengan penyebaran nyamuk wolbachia.
(Tribunnews)
Tag: #ramai #pesan #whatsapp #tentang #shock #epidemiolog #dicky #budiman #buka #suara