Sama-Sama Jadi Pemicu Kematian, Ini Alasan Penanganan TBC Tidak Semasif Covid-19
Kementerian Kesehatan mencatat kasus Tuberkulosis (TBC) di Indonesia mencapai 1.060.000 kasus. Selain itu, angka kematian karena TBC adalah 140.700. Dengan kata lain, 16 orang per jam meninggal akibat TBC.
Hal ini diungkapkan oleh Guru Besar dari Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K).
Indonesia sebenarnya telah punya target eliminasi TBC pada 2030. Dan target ini hanya berjarak 6 tahun lagi dari sekarang.
"Target ada, tapi tidak semasif Covid-19. Saat ini di Indonesia orang bekerja sendiri-sendiri. tidak dalam satu orkestrasi (saling kolaborasi)," ungkapnya dalam Konferensi pers pengukuhan Guru Besar dari Fakultas Kedokteran (FK) UI Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi di Jakarta Pusat, Sabtu (17/2/2024).
Selain itu, Prof Erlina ungkap alasan kemungkinan kenapa perhatian Covid-19 lebih besar dari pada TBC. Pertama, kematian disebabkan oleh Covid-19 lebih cepat.
"Covid-19 memang perbedaannya adalah meninggalnya cepat. Tiga hari lalu dikatakan positif, dua hari kemudian meninggal. Orang kaget," tambahnya.
Sedangkan pada TBC, orang baru kaget jika seseorang telah mengalami muntah darah. Padahal, batuk darah menandakan situasi TBC sudah sangat berat. Karena sudah ada lubang di paru-paru.
Kedua, masyarakat masih menyangkal jika ada tanda-tanda mengarah pada TBC. Misalnya, batuk dianggap biasa, penurunan berat badan juga dianggap wajar.
"Di Indonesia batuk dianggap biasa. Padahal normal itu tidak batuk loh. Kalau batuk pasti ada sesuatu," imbuhnya.
Tag: #sama #sama #jadi #pemicu #kematian #alasan #penanganan #tidak #semasif #covid