Terobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%!
- Faricimab terbukti efektif memperbaiki penglihatan dan mengurangi frekuensi pengobatan penyakit retina.
- Studi internasional dan nasional tunjukkan hasil positif Faricimab untuk pasien di Asia, termasuk Indonesia.
- Roche Indonesia dorong kolaborasi dan inovasi guna tingkatkan perawatan mata di Tanah Air.
Penyakit retina seperti Degenerasi Makula terkait Usia (Age-related Macular Degeneration/AMD) dan Edema Makula Diabetik (Diabetic Macular Edema/DME) menjadi penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di dunia.
Penyakit yang bersifat progresif ini tidak hanya menurunkan kualitas hidup pasien, tetapi juga menambah beban sosial dan ekonomi masyarakat.
Di Indonesia, diperkirakan 5 hingga 6 juta orang mengalami gangguan penglihatan. Karena itu, Kementerian Kesehatan RI menargetkan penurunan gangguan penglihatan akibat retinopati diabetik, penyebab DME sebesar 25% pada tahun 2030.
Sebagai upaya untuk mendorong inovasi di bidang kesehatan mata, Roche Indonesia menggelar Roche Retina Summit 2025. Acara ini mempertemukan para ahli retina dari dalam dan luar negeri untuk membahas perkembangan terbaru dalam pengobatan penyakit retina, khususnya melalui terapi Faricimab.
Hasil studi global terbaru menunjukkan Faricimab memiliki efektivitas yang tinggi dan daya tahan pengobatan lebih lama. Obat ini berpotensi membantu pasien dengan mengurangi frekuensi suntikan mata, karena lebih dari 60% pasien bisa menjalani pengobatan hanya setiap empat bulan sekali.
Dari perspektif internasional, Dr. Yuen Yew Sen, Spesialis Bedah Retina dari Universitas Nasional Uveitis Singapura, menjelaskan bahwa Faricimab juga bermanfaat besar bagi pasien Retinal Vein Occlusion (RVO) atau yang dikenal sebagai “stroke mata”.
PerbesarTerobosan Baru Atasi Kebutaan: Obat Faricimab Kurangi Suntikan Mata Hingga 75%! “Penanganan dini sangat penting untuk penyumbatan stroke mata. Menunda pengobatan dapat mengakibatkan kerusakan penglihatan yang permanen, atau perbaikan tajam penglihatan yang tidak optimal meskipun bengkaknya akhirnya sembuh," kata Dr. Yuen.
Ia menambahkan bahwa hasil studi Faricimab untuk pengobatan RVO sejalan dengan penyakit retina lainnya.
“Faricimab, yang kini disetujui untuk mengobati stroke mata di Indonesia, terbukti efektif untuk memperbaiki penglihatan dan mengurangi bengkak di retina, sekaligus berpotensi mengurangi frekuensi suntikan mata dalam jangka panjang,” sambungnya.
Dari Indonesia, Dr. dr. Elvioza, SpM(K), Ketua Vitreo-Retina Service dan Chief Medical Director di JEC Eye Hospitals & Clinics, juga membagikan hasil studi SALWEEN yang dilakukan di Asia dan dipresentasikan di Paris pada 2025 lalu.
“Studi SALWEEN di Asia menyediakan bukti kuat dalam menangani PCV, yaitu benjolan polip pada pembuluh darah di sekitar retina,” ungkap dr. Elvioza.
Ia menambahkan, data terbaru ini menunjukkan pasien bisa mendapat perbaikan penglihatan dengan beban pengobatan yang lebih ringan.
“Pada Studi Salween ini, Faricimab dapat menghilangkan polip (regresi polip) 61% dan sekitar 83% interval injeksi bisa diperpanjang hingga tiga bulan atau lebih,” tambahnya.
Presiden Direktur Roche Indonesia, Sanaa Sayagh, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk komitmen Roche untuk terus menghadirkan inovasi kesehatan mata di Indonesia.
“Penyelenggaraan Roche Retina Summit adalah bentuk komitmen kami terhadap pasien dengan gangguan penglihatan,” jelas Sanaa Sayagh.
Dengan memfasilitasi diskusi seputar data Faricimab terbaru, kata dia nantinya peserta tidak hanya berbagi inovasi ilmiah terdepan, tetapi juga menegaskan komitmen kami dalam mentransformasi standar perawatan retina.
"Kami berdedikasi untuk menyediakan solusi yang tidak hanya efektif, tetapi juga benar-benar meringankan beban pasien dan memperkuat sistem layanan kesehatan,” ucapnya.
Tahun ini, Faricimab juga mendapatkan persetujuan indikasi baru untuk pengobatan Retinal Vein Occlusion (RVO), setelah sebelumnya digunakan untuk neovascular AMD (nAMD) dan Diabetic Macular Edema (DME).
Data terbaru untuk tiga penyakit utama penyebab kebutaan, PCV, nAMD, dan DME semakin memperkuat bukti bahwa Faricimab efektif dalam memberikan hasil penglihatan yang tahan lama dan membantu pasien mengurangi beban terapi.
Acara ini ditutup dengan pesan kolaboratif dari dr. Referano Agustiawan, SpM(K), Ketua Umum INAVRS, yang menekankan pentingnya kerja sama semua pihak.
“Kami mendukung kolaborasi untuk membangun ekosistem layanan kesehatan retina yang kuat di negeri ini, sehingga bersama-sama kita dapat menurunkan beban hilangnya penglihatan akibat penyakit retina,” tutup dia.
Tag: #terobosan #baru #atasi #kebutaan #obat #faricimab #kurangi #suntikan #mata #hingga