Tantangan Menciptakan Pasar untuk Obat Berbahan Herbal 
Ilustrasi obat. Jadwal minum obat hipertensi.(Dok. Pixabay)
20:42
17 Oktober 2025

Tantangan Menciptakan Pasar untuk Obat Berbahan Herbal 

 

Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia, rumah bagi ribuan spesies tanaman yang berpotensi menjadi bahan baku obat. Namun, di balik kekayaan alam tersebut, pengembangan obat herbal dalam negeri masih menghadapi tantangan besar.

Menurut Director of Business Development and Scientific Affairs PT Dexa Medica, Prof.Raymond Tjandrawinata, salah satu tantangan utama dari pengembangan obat herbal adalah tidak adanya pasar yang jelas.  

"Tanpa pasar yang jelas, kita akan tidak bisa mengkomersialsikan secara tepat kepada siapa kita membawa obat herbal itu. Kalau sudah ada pasar, maka kita akan mencari bahan yang paling tepat untuk digunakan sebagai bahan obat herbal, bahan bakunya," paparnya di sela acara kunjungan perwakilan WHO dan Badan POM RI ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS) di Cikarang, Jawa Barat (16/10/2025).

Menurut Prof.Raymond, bagi banyak produsen proses regulasi yang panjang untuk mendapatkan nomor izin edar ke Badan POM juga tidak mudah karena perbedaan syarat penelitian.

"Kadang-kadang studi yang kami lakukan tidak sama dengan apa yang Badan POM minta. Sehingga kami harus melakukan studi-studi lagi. Setelah itu, melakukan juga uji klinis, nah itu tantangan lagi. Merekrut pasien, menemukan investigator yang tepat, kemudian kalau hasilnya baik, baru kami produksi pada skala yang besar. Jadi, kembali lagi pada perlunya pasar," ujarnya.

Terkait dengan pasar obat herbal terstandar, belum masuknya Obat Bahan Alam dalam Formularium Nasional JKN karena terbentur Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 54 Tahun 2018 tentang Penyusunan dan Penerapan Formularium Nasional dalam Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan.

Padahal, menurut Prof.Raymond, jika obat-obatan itu dapat dipakai maka akan mendorong penelitian dan produksi obat herbal karena ekosistemnya sudah terbentuk. Dengan demikian, obat herbal bisa menjadi andalan industri kesehatan nasional.

Delegasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama Badan POM RI melakukan kunjungan ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (16/10/2025).Dok Dexa Medica Delegasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama Badan POM RI melakukan kunjungan ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (16/10/2025).

Kunjungan delegasi WHO dan BPOM

Delegasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bersama Badan POM RI melakukan kunjungan ke Dexa Laboratories of Biomolecular Sciences (DLBS). Kunjungan ini bertujuan meninjau langsung penerapan riset farmasi berbasis biodiversitas Indonesia untuk pengembangan Obat Modern Alami Integratif (OMAI).

Dalam kunjungan itu Prof. Raymond memaparkan perjalanan DLBS dalam pengembangan obat berbahan alam sejak tahun 2005. Bahan baku yang digunakan tidak hanya dari tumbuhan, tetapi juga dari hewan seperti produk Disolf yang dikembangkan dari cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang dapat membantu melancarkan sirkulasi darah.

“Banyak dokter spesialis saraf dan jantung juga telah meresepkan produk kami, karena sebagian besar fitofarmaka di sini diresepkan oleh dokter. Tidak hanya digunakan di Indonesia, tetapi juga diekspor ke beberapa negara ASEAN dan beberapa negara lainnya,” papar Prof. Raymond.

DLBS mengintegrasikan teknologi 4.0 dalam setiap tahapan riset dan pengembangan produk, mulai dari penemuan bahan aktif berbasis Tandem Chemistry Bioassay System (T-CEBS) hingga pemantauan kualitas dari produk setelah diproduksi. Pengembangan produk OMAI sangat saintifik sehingga dapat dibuktikan secara klinis.

Direktur Standardisasi Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik BPOM RI, Dian Putri Anggraweni menyampaikan bahwa inovasi DLBS menjadi contoh pengembangan obat bahan alam Indonesia menjadi produk berkelas global. 

“Perusahaan ini telah melakukan banyak inovasi dalam pengembangan obat herbal. Kita bisa berbagi best practice tentang bagaimana Dexa Medica mengembangkan obat herbal menjadi produk berkelas global,” ujar Dian Putri.

Selama kunjungan, para delegasi meninjau fasilitas laboratorium bioteknologi, pusat ekstraksi bahan alam, serta area pengembangan OMAI. Mereka juga berdialog dengan tim peneliti DLBS mengenai proses pengembangan produk OMAI.

Dalam kesempatan kunjungan tersebut, Dr. Pradeep Kumar Dua dari WHO menekankan pentingnya pengembangan fitofarmaka yang memenuhi standar global. 

“Saya melihat bahwa Dexa melakukan integrasi dan inovasi dalam pengembangan produk yang terkait dengan keanekaragaman hayati yaitu fitofarmaka,” kata Dr. Pradeep.

“Ini adalah sebuah inisiatif di mana regulator dan pelaku industri berkolaborasi. Kami berharap kolaborasi lintas sektor antara berbagai bidang dan pemerintah di negara-negara anggota dapat semakin ditingkatkan,” katanya.

 

Tag:  #tantangan #menciptakan #pasar #untuk #obat #berbahan #herbal

KOMENTAR