Perokok Aktif di Indonesia Capai 70 Juta Orang, Pendekatan Berhenti Merokok Tak Cukup Hanya Konseling
Ilustrasi perokok. (Dok. jawaPos.com)
07:38
12 Juni 2025

Perokok Aktif di Indonesia Capai 70 Juta Orang, Pendekatan Berhenti Merokok Tak Cukup Hanya Konseling

- Data Kementerian Kesehatan menunjukkan jumlah perokok aktif di Indonesia kini menyentuh angka 70 juta jiwa, termasuk 7,4 persen remaja usia 10–18 tahun. Meski prevalensi merokok secara persentase menurun, angka absolut justru meningkat, terutama di kelompok usia dewasa muda dan perokok pemula. 

Kondisi ini menunjukkan bahwa pendekatan berhenti merokok tak bisa hanya mengandalkan konseling semata. Diperlukan intervensi medis seperti Terapi Pengganti Nikotin (NRT) untuk meningkatkan efektivitasnya.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memproyeksikan prevalensi merokok di Indonesia bisa melonjak hingga 37,5 persen pada 2025 jika tidak ada intervensi serius.

Sebagai respons, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) bersama Kenvue dan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) meluncurkan Gerakan Berhenti Merokok untuk Indonesia Sehat dalam rangka memperingati Hari Tanpa Tembakau. Kampanye ini mendorong pemanfaatan pendekatan berbasis bukti ilmiah dalam upaya berhenti merokok.

“Meskipun prevalensi merokok secara persentase menurun, jumlah absolut perokok justru meningkat, terutama pada kelompok usia di atas 15 tahun dan perokok pemula. Pengguna rokok elektronik juga meningkat 10 kali lipat pada 2023,” ujar Direktur Penanggulangan Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmidzi, Rabu (11/6).

Oleh karena itu, dia menegaskan bahwa gerakan berhenti merokok yang didukung komunitas, masyarakat, dan sektor swasta akan memperkuat perlindungan terhadap generasi muda Indonesia. 

Menurut dia, strategi industri tembakau seperti iklan, sponsor, rasa menarik, dan harga murah, turut memicu paparan tembakau pada anak dan remaja. Tak hanya merusak kesehatan, rokok juga menyedot biaya ekonomi yang besar.

Disebutkan bahwa pengeluaran untuk pengobatan akibat rokok mencapai tiga kali lipat dari pemasukan negara melalui cukai tembakau. Untuk memperkuat strategi nasional, Nadia menyebut pemerintah telah mengeluarkan PP No. 28 Tahun 2024 dan UU Kesehatan No. 17 Tahun 2023 yang di antaranya menegaskan pentingnya akses layanan berhenti merokok, termasuk penyediaan NRT di puskesmas.

Target pemerintah, seluruh puskesmas akan memiliki Layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM) pada tahun 2029 dan akan terintegrasi dengan platform SATUSEHAT.

Dalam kesempatan yang sama, Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K)., MHPM., FISR., FAPSR., selaku Penasehat Pengurus Pusat PDPI dan Direktur Utama RSUP Persahabatan, menyoroti bahaya rokok sebagai penyebab utama kanker paru dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).

“Rokok menyebabkan 268.614 kematian setiap tahun, atau 12,3 persen dari total kematian di Indonesia. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan mencapai Rp 288 triliun,” ungkap Agus.

Dia juga menepis anggapan bahwa rokok elektrik atau vape adalah alternatif yang lebih aman.

“Vape mengandung zat berbahaya seperti acetaldehyde, acrolein, formaldehyde, diasetil yang memicu popcorn lung, logam berat, dan karsinogen. Semua ini bisa memicu penyakit serius seperti kanker paru, PPOK, asma, dan acute lung injury seperti EVALI,” jelas Prof. Agus.

Sebagai bagian dari komitmen bersama, Kemenkes, Kenvue, dan PDPI juga menyelenggarakan pelatihan untuk para tenaga kesehatan. Pelatihan ini bertujuan membekali tenaga medis dengan pengetahuan kebijakan dan layanan UBM, dampak medis rokok dan vape, penggunaan NRT, serta keterampilan wawancara motivasional.

“Pelatihan ini merupakan langkah penting untuk mengedukasi dan meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam memberikan layanan berhenti merokok yang efektif,” jelas Prof. Agus.

“Kami di PDPI percaya bahwa pendekatan berhenti merokok tidak bisa hanya bersifat edukatif, tetapi harus dibarengi intervensi klinis yang tepat seperti penggunaan NRT. Jika dikombinasikan dengan konseling serta komunikasi yang empatik dan berorientasi pada perubahan perilaku, tingkat kesuksesan berhenti merokok bisa meningkat hingga lima kali lipat," tandas Agus. 

Dengan kolaborasi lintas sektor dan pendekatan yang lebih komprehensif, diharapkan angka perokok aktif di Indonesia bisa ditekan secara signifikan demi kesehatan masyarakat dan masa depan generasi muda.

Editor: Latu Ratri Mubyarsah

Tag:  #perokok #aktif #indonesia #capai #juta #orang #pendekatan #berhenti #merokok #cukup #hanya #konseling

KOMENTAR