



Efek Samping Konsumsi Daging Berlebihan Usai Idul Adha: Gangguan Pencernaan dan Hipertensi
Setelah momen Idul Adha, terdapat peningkatan gangguan kesehatan, terutama masalah pencernaan, peningkatan tekanan darah, dan lonjakan kadar kolesterol.
Lonjakan konsumsi daging merah dalam waktu singkat serta cara pengolahan yang kurang tepat menjadi penyebab utama kondisi ini.
Banyak masyarakat yang tidak sadar telah mengonsumsi daging melebihi batas wajar sehingga memicu gangguan kesehatan yang baru dirasakan setelah perayaan.
Masalah kesehatan pasca-Idul Adha ini sebenarnya bisa dicegah dengan pengaturan konsumsi dan pengolahan daging yang bijak.
Ternyata, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tidak mengalami efek buruk setelah mengonsumsi daging dalam jumlah besar.
Berikut penjelasan lengkap mengenai kondisi kesehatan setelah Idul Adha dan cara menghindarinya.
Gangguan pencernaan jadi keluhan utama
Menurut dr. Nindya Putri Permata Risadayu, Sp.PD dari RS Soeradji Tirtonogoro, pasien pasca-Idul Adha sering mengeluhkan masalah pencernaan.
"Pasien yang datang biasanya mengalami nyeri perut, susah buang air besar, bahkan maag karena konsumsi daging yang berlebihan dan olahan pedas bersantan," ujarnya dalam siaran langsung Instagram Kementerian Kesehatan RI, Kamis (5/6/2025).
Kebiasaan makan yang hanya berulang pada kombinasi daging dan nasi tanpa variasi nutrisi lain membuat saluran pencernaan bekerja ekstra berat.
Olahan rendang, gulai, dan sate yang biasa ditemukan di Indonesia menambah beban tubuh karena kandungan santan dan rempah yang tinggi.
Selain gangguan pencernaan, tekanan darah dan kadar kolesterol juga rentan naik setelah konsumsi daging merah berlebihan.
"Makanan yang diproses dengan cara dibakar berkali-kali atau menghangatkan santan berulang dapat meningkatkan risiko inflamasi dan penyumbatan pembuluh darah," jelas Nindya.
Meski kadar kolesterol tidak bisa naik secara instan, konsumsi daging berlebih dapat memperburuk kondisi yang sudah ada sebelumnya tanpa disadari oleh penderita.
Pentingnya mengatur porsi dan cara memasak
Nindya mengingatkan agar masyarakat lebih bijak dalam mengolah dan mengonsumsi daging.
Menyimpan daging dalam porsi kecil dan mengolahnya per porsi sangat dianjurkan untuk menjaga kualitas makanan.
“Jangan langsung masak sekaligus semua daging yang didapat,” katanya. “Misalnya memasak rendang yang kemudian dihangatkan berulang kali akan meningkatkan kandungan lemak jenuh dan transfat yang memicu inflamasi, sehingga risiko penyakit jantung meningkat.”
Mengolah daging dengan cara dibakar berulang kali juga menimbulkan risiko kesehatan, terutama kandungan karsinogenik yang dapat memicu gangguan kesehatan jangka panjang.
Nindya menyarankan teknik memanggang dengan alat yang tepat dan menghindari penggunaan minyak berlebih agar risiko tersebut bisa diminimalkan.
Tips mengelola konsumsi daging setelah Idul Adha
Untuk menghindari dampak negatif konsumsi daging berlebih, Nindya memberikan beberapa saran, yakni:
- Simpan daging dalam porsi kecil di freezer agar hanya mengolah sesuai kebutuhan
- Hindari menghangatkan masakan bersantan berulang kali; jika perlu gunakan pemanasan dengan suhu rendah atau kukus santan terpisah
- Gunakan metode memasak yang sehat seperti merebus, mengukus, atau memanggang dengan alat yang tepat tanpa minyak berlebih
- Konsumsi daging merah cukup 200-500 gram per minggu untuk orang sehat, dan lebih sedikit bagi yang memiliki penyakit penyerta seperti hipertensi, diabetes, atau asam urat
Momen Idul Adha memang identik dengan konsumsi daging merah dalam jumlah besar.
Namun, demi menjaga kesehatan, penting bagi masyarakat untuk mengatur pola makan dan pengolahan daging secara tepat.
Langkah ini penting untuk mencegah gangguan pencernaan, kenaikan tekanan darah, dan risiko penyakit kronis.
Tag: #efek #samping #konsumsi #daging #berlebihan #usai #idul #adha #gangguan #pencernaan #hipertensi