Kenali Indikasi Kurus pada Anak dan Solusinya: Kejar Peningkatan Berat Badan, Beri Asupan Padat Kalori
RUTIN DITIMBANG: Pengukuran berat badan dan tinggi badan anak perlu dilakukan secara rutin sebagai deteksi dini untuk memastikan tumbuh kembangnya optimal. (Foto Ilustrasi. Dipta Wahyu/Jawa Pos)
19:08
28 Januari 2024

Kenali Indikasi Kurus pada Anak dan Solusinya: Kejar Peningkatan Berat Badan, Beri Asupan Padat Kalori


Pemenuhan asupan nutrisi yang tepat sangat penting untuk anak. Terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan anak. Hari Gizi pada 25 Januari menjadi momentum untuk memastikan tumbuh kembang anak terbebas dari masalah gizi. Salah satunya, wasting atau kurus.

---

ANAK wasting memiliki berat badan rendah jika dibandingkan dengan tinggi badan atau panjang badannya. Berat badan normal antara –2SD (standar deviasi) sampai +1SD. Anak wasting berada di bawah –2SD sehingga tampak kurus atau sangat kurus.

”Sebagai contoh, anak perempuan usia 18 bulan memiliki berat badan 6 kg, panjang badan 71 cm. Setelah diplot di kurva WHO, grafik BB menurut panjang badan untuk anak perempuan umur 0–5 tahun, ternyata dia di bawah –3 SD. Ini udah masuk gizi buruk. Di bawah –2 SD aja sudah wasting atau gizi kurang,” jelas dr Erva Yunilda SpA(K).

Wasting biasanya terjadi ketika asupan nutrisi anak tidak memadai. Baik secara kualitas maupun kuantitas. Anak yang tidak mendapat ASI eksklusif berisiko mengalami wasting. Begitu pun anak yang mendapat ASI, tetapi ibunya kurang gizi dan anemia.

”Masalah kesehatan juga bisa jadi penyebab. Saat sakit terutama proses infeksi itu akan mengambil banyak kalori dari tubuh. Jadi, kebutuhan kalorinya meningkat, sedangkan saat sakit seringnya nggak nafsu makan. Akhirnya BB-nya turun drastis,” imbuh dokter spesialis anak di klinik tumbuh kembang anak Superkidz itu.

Wasting sama berbahayanya dengan stunting jika tidak segera ditangani. Dampaknya, anak mudah terinfeksi penyakit karena imun yang rendah. Saat dewasa pun, mereka berisiko menderita penyakit metabolik seperti jantung, diabetes, dan hipertensi.

”Anak wasting tiga kali lebih berisiko untuk menjadi stunting. Sebab, berat badan yang kurang dalam waktu lama atau kronis akan memengaruhi tinggi badan,” ungkap konsultan tumbuh kembang anak tersebut.

Pada usia sekolah, kondisi itu bisa memengaruhi kognitif anak. Untuk itu, apabila anak terindikasi wasting, segera kejar peningkatan berat badannya. Caranya dengan memberikan makanan padat kalori serta frekuensi yang lebih sering.

”Makanan padat kalori mengandung karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dalam penyajiannya. Contoh, nasi telur daging, gadon kentang ayam, nasi bakar pepes udang, dan mi goreng telur puyuh,” urai Anna Maria Ariesta Putri SGz RD.

dr Erva Yunilda SpA(K) dan Anna Maria Ariesta Putri SGz RD.

Di samping makan utama tiga kali sehari, lanjut dia, selingan padat kalori bisa diberikan 2–5 kali bergantung kemampuan anak. Ortu perlu terus bereksplorasi dan kreatif dalam menyiapkan makanan demi tumbuh kembang si kecil yang lebih baik. ”Misalnya, berikan kue lumpur ekstra keju, kroket ayam, bola-bola udang, atau steak tempe,” lanjut dietisien RS Katolik St. Vincentius A Paulo (RKZ) Surabaya itu.

Untuk mendukung kenaikan berat badan, asupan kalori yang masuk harus lebih banyak atau surplus daripada yang dikeluarkan. Lemak memiliki bobot kalori lebih banyak (1 gram lemak = 9 kalori) ketimbang karbohidrat (1 gram karbohidrat = 4 kalori) dan protein (1 gram protein = 4 kalori).

Jadi, penting untuk selalu menambahkan lemak dalam setiap makanan si kecil. ”Ketika sumber masalah seperti infeksi telah teratasi dan nafsu makan si kecil berangsur membaik, biasanya 1–3 bulan akan terlihat kenaikan berat badannya,” ujar Anna. (lai/c7/nor)

Editor: Dhimas Ginanjar

Tag:  #kenali #indikasi #kurus #pada #anak #solusinya #kejar #peningkatan #berat #badan #beri #asupan #padat #kalori

KOMENTAR