Bitcoin Gagal Breakout, Emas dan Perak Cetak Rekor Baru
– Memasuki pekan terakhir jelang Natal 2025, harga Bitcoin (BTC) dalam kondisi penuh ketidakpastian. Harga aset kripto terbesar dunia ini bergerak di sekitar level 90.000 dollar AS, sementara pelaku pasar terbelah antara optimisme dan kekhawatiran koreksi lebih dalam.
Dikutip dari Cointelegraph dan TradingView, Senin (22/12/2025), BTCUSD kembali mendekati level tertinggi beberapa hari terakhir. Pergerakan ini memberi sedikit kelegaan setelah Bitcoin sempat melemah di penutupan pekan sebelumnya.
Namun, perbedaan pandangan di kalangan analis kian mencolok. Sebagian memperkirakan harga Bitcoin bisa kembali ke level terendah, sementara lainnya melihat peluang reli lanjutan menuju fase bull market penuh.
Trader CrypNuevo dalam analisis terbarunya di platform X menilai kedua skenario masih mungkin terjadi. Ia menyebut tekanan jual sudah banyak terserap sejak Bitcoin mencetak rekor tertinggi di 126.000 dollar AS dua bulan lalu.
“Saya percaya kemungkinan besar tidak banyak lagi yang tersisa untuk dijual saat ini. Jadi, skenario bearish utama adalah penyapuan level terendah,” tulisnya.
Menurut CrypNuevo, penurunan di bawah 80.000 dollar AS berpotensi membawa harga ke area support berikutnya di kisaran 73.000–72.000 dollar AS. Namun, ia menilai peluang tersebut semakin kecil kecuali muncul pemicu baru.
Sebaliknya, CrypNuevo menargetkan area exponential moving average (EMA) 50 hari di sekitar 93.500 dollar AS sebagai sasaran jangka pendek.
“Dengan kondisi ini, tidak akan mengejutkan jika terjadi lonjakan agresif hingga akhir tahun dan awal 2026,” lanjutnya.
Ia menambahkan, penembusan resistance lokal di 94.500 dollar AS, yang sejalan dengan EMA 50 harian, akan menjadi sinyal kuat. Setelah itu, Bitcoin diperkirakan menghadapi resistance berat di level psikologis 100.000 dollar AS.
Meski demikian, pandangan bearish tetap ada. Trader Killa memperkirakan Bitcoin bisa turun hingga 60.000 dollar AS mulai kuartal I 2026.
Sementara itu, trader Roman membandingkan kondisi saat ini dengan akhir bull market 2021 dan memprediksi periode akhir tahun yang “sangat membosankan” bagi kripto dan saham.
Emas dan Perak Cetak Rekor, Obligasi Jepang Jadi Sorotan
Di sisi lain, volatilitas global justru terlihat di pasar logam mulia dan obligasi Jepang.
Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 10 tahun mencapai rekor 2,1 persen, tak lama setelah bank sentral Jepang menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 30 tahun dan menyiapkan paket stimulus senilai 140 miliar dollar AS.
Ketidakpastian di Jepang secara historis kerap memicu tekanan di pasar kripto. Di sisi lain, investor terlihat beralih ke aset aman. Harga emas dan perak sama-sama mencetak rekor tertinggi sepanjang masa.
Harga emas mencapai 4.420 dollar AS per ons pada Senin (22/12), sementara perak mendekati level 70 dollar AS untuk pertama kalinya, naik hampir 150 persen sepanjang 2025.
Namun, sentimen terhadap kelanjutan reli emas dan perak masih terbatas. Data CME Group FedWatch Tool menunjukkan peluang pemangkasan suku bunga The Fed pada Januari hanya sebesar 22 persen.
Sinyal Bear Market Bitcoin Kian Menguat
Platform analitik onchain CryptoQuant menilai Bitcoin saat ini berada dalam fase bear market. Salah satu indikator utamanya adalah Bull-Bear Market Cycle Indicator yang telah berada di zona negatif sejak awal September 2025.
Indikator ini mengukur rata-rata pergerakan sederhana (SMA) 30 hari dari indeks Profit & Loss (P&L) trader dibandingkan SMA 365 hari. Saat ini, nilainya berada di -0,52, level terendah sejak bear market 2022.
“Harga memasuki mode bear ketika indikator beralih dari Bull ke BEAR,” tulis CryptoQuant.
Kontributor CryptoQuant, GugaOnChain, menyamakan kondisi ini dengan tahun 2018, yang juga ditandai perlambatan aktivitas jaringan Bitcoin.
“Indikator mengonfirmasi skenario defensif. Namun, basis pengguna yang lebih luas saat ini menunjukkan ketahanan ekosistem yang lebih kuat,” ujarnya.
Tekanan Jual dari AS Masih Bertahan
Tekanan jual dari investor Amerika Serikat juga belum mereda. Data Coinbase Premium menunjukkan selisih harga BTCUSD di Coinbase dan BTCUSDT di Binance masih berada di zona negatif.
Pada 18 Desember, Coinbase Premium sempat mencapai minus 56 dollar AS sebelum pulih, namun tetap negatif hingga saat ini. Kondisi ini menandakan minimnya minat beli dari pasar AS.
Mendekatnya Bitcoin ke level 90.000 dollar AS sempat meningkatkan sentimen pasar sembilan poin berdasarkan Crypto Fear & Greed Index. Meski demikian, indeks masih berada di level 25 dari 100, yang mencerminkan “extreme fear”.
Sebagai perbandingan, sentimen pasar saham berada di level netral, yakni 45 dari 100.
Trader Michaël van de Poppe menilai kondisi ketakutan ekstrem sering kali menjadi awal pergerakan kuat ke atas.
“Pasar berada dalam ketakutan ekstrem, yang sering kali menjadi peluang pergerakan besar setelahnya,” tulisnya.
Pandangan ini sejalan dengan riset Santiment yang menegaskan bahwa pasar kerap bergerak berlawanan dengan ekspektasi mayoritas pelaku ritel.
“Ketika pasar memperkirakan harga naik, harga justru turun. Saat pasar memperkirakan penurunan, harga justru naik,” tulis Santiment.
Tag: #bitcoin #gagal #breakout #emas #perak #cetak #rekor #baru