IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia 2025 Jadi 4,5 Persen, tapi Waspadai Ketegangan AS-China
Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. IMF memperingatkan ketegangan dagang AS-China bisa menghambat pertumbuhan ekonomi Asia yang kini diproyeksikan naik menjadi 4,5 persen tahun 2025.(Freepik)
05:48
17 Oktober 2025

IMF Naikkan Proyeksi Pertumbuhan Asia 2025 Jadi 4,5 Persen, tapi Waspadai Ketegangan AS-China

— Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia untuk tahun 2025 menjadi 4,5 persen. Namun, lembaga keuangan global itu memperingatkan bahwa ketegangan perdagangan yang kembali memanas antara Amerika Serikat (AS) dan China bisa menjadi pukulan berat bagi kawasan yang sangat bergantung pada rantai pasok global.

“Ketika risiko global muncul, Asia akan kehilangan lebih banyak. Kawasan ini sangat terintegrasi dalam rantai pasok dunia, sehingga ketegangan antara ekonomi besar seperti AS dan China akan memberikan dampak yang lebih besar bagi Asia,” kata Direktur Departemen Asia dan Pasifik IMF, Krishna Srinivasan, dalam konferensi pers di Washington, Kamis (16/10/2025) waktu setempat, dikutip dari Reuters.

Menurut Srinivasan, aktivitas ekonomi di kawasan Asia-Pasifik masih bertahan lebih baik dari perkiraan pada April lalu, meski wilayah ini terkena imbas langsung dari tarif impor AS.

IMF mencatat, ekspor kawasan tetap ditopang oleh langkah perusahaan yang mempercepat pengiriman barang sebelum kenaikan tarif, serta lonjakan perdagangan intra-kawasan.

Ia menjelaskan, proyeksi pertumbuhan 4,5 persen untuk tahun depan naik 0,6 poin persentase dibandingkan estimasi IMF pada April lalu.

Angka ini memang sedikit melambat dibandingkan pertumbuhan 4,6 persen tahun 2024, namun menunjukkan ketahanan ekonomi Asia di tengah tekanan global.

Untuk tahun 2026, IMF memperkirakan pertumbuhan Asia akan melambat menjadi 4,1 persen.

Srinivasan juga menyoroti bahwa Asia diperkirakan kembali menjadi penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi global, sekitar 60 persen pada tahun ini dan 2026.

Kendati demikian, ia memperingatkan risiko ke depan masih condong ke sisi negatif. “Debu tarif belum sepenuhnya mengendap dan bisa saja meningkat,” ujarnya.

Ketegangan antara AS dan China kembali meningkat setelah Beijing memperluas kontrol ekspor logam tanah jarang, yang dibalas dengan ancaman dari Presiden AS Donald Trump untuk menaikkan tarif hingga tambahan 100 persen mulai 1 November.

Selain itu, IMF melihat booming teknologi berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence) turut mendongkrak ekspor dari negara seperti Jepang dan Korea Selatan.

Pasar saham yang menguat, biaya pinjaman jangka panjang yang menurun, serta pelemahan dollar AS, yang saat ini berada di kisaran Rp 16.500 per dollar AS, juga membantu menopang perekonomian kawasan.

Namun, jika ketegangan geopolitik semakin meningkat, suku bunga global bisa kembali naik dan memperberat beban utang di sejumlah negara Asia.

“Kondisi keuangan yang lebih ketat dapat menekan pertumbuhan ekonomi,” ujar Srinivasan.

Untuk memperkuat ketahanan ekonomi, IMF mendorong negara-negara Asia agar memperluas basis permintaan domestik dan mengurangi ketergantungan pada ekspor.

Srinivasan menambahkan, integrasi ekonomi yang lebih dalam antarnegara Asia dapat meningkatkan produk domestik bruto (PDB) kawasan hingga 1,4 persen dalam jangka menengah.

Tag:  #naikkan #proyeksi #pertumbuhan #asia #2025 #jadi #persen #tapi #waspadai #ketegangan #china

KOMENTAR